jeongin dan cassius

751 162 19
                                    

Hari ini, suasana cukup berbeda dari beberapa hari sebelumnya. Dua kursi di sebelah kosong. Mejanya pun masih terlihat rapi, tidak terlihat berkas-berkas yang biasanya menumpuk karena tumpukan berkas itu berpindah ke meja Jeongin. Ya, saat ini Jeongin hanya sendirian di ruangan. Kemarin, Jisung menyampaikan kepadanya jika ia akan mendampingi Pak Seungmin untuk menghadiri rapat penting yang diadakan di salah satu hotel bintang lima di Jakarta. Ia bilang, biasanya rapat yang mengharuskan mereka untuk keluar kantor, dilaksanakan cukup lama, sehingga Jisung meminta maaf kepada Jeongin tidak bisa mengantarnya pulang hari ini. Juga, Jisung memberikan beberapa laporan yang harus Jeongin kerjakan. Cukup banyak, sampai membuat jarinya kaku karena terlalu lama mengetik. Untungnya, pekerjaan sudah usai. Jeongin bisa menghela napas lega.

"Capek juga.." Rengek Jeongin. Bibir merah mudanya mengerucut gemas.

"Oh iya, nanti aku pulang sama siapa ya? Kak Ino gak bisa jemput karena kafenya lagi ramai..." Jeongin menghela napas.

"Coba aku punya pacar.." Jeda sejenak, kemudian Jeongin menggeleng. Apa sih yang ia pikirkan?

"Naik ojek online aja deh kalo gitu."

Jeongin menghampiri mesin pembuat kopi, berniat untuk membuat kopi susu. Ia pun lekas membuat. Jeongin tidak terlihat kebingungan karena sang ayah juga mempunyai mesin semacam itu di rumah. Sudah terbiasa. Saat sedang asik membuat kopi sambil sesekali bersenandung, suara pintu terbuka mengagetkan Jeongin. Sebuah kepala mungil menyembul dari balik pintu.

"Daddy?"

Seorang anak mengedarkan pandangan ke dalam ruangan, sambil masih memegang kenop pintu. Tentu dengan bersusah payah karena ia harus jinjit untuk menjangkaunya. Jeongin masih terbengong dengan gelas kopi dalam genggaman, memandang anak kecil yang berada di balik pintu.

Sang anak menyadari adanya Jeongin, kemudian bertanya kembali, "Where ish (is) my daddy?" Bicaranya masih sedikit belepotan.

Daddy? Siapa yang dipanggil daddy oleh anak ini? Mata Jeongin kemudian berbinar. Anak yang kemungkinan masih berumur sekitar empat tahun itu, benar-benar sangat menggemaskan. Surai hitam yang terlihat sangat lembut, mata besar beningnya, bulu mata lentik, sweater coklat yang terdapat telinga beruang pada tudungnya, dan celana biru selutut yang sangat pas dikenakan olehnya.

 Surai hitam yang terlihat sangat lembut, mata besar beningnya, bulu mata lentik, sweater coklat yang terdapat telinga beruang pada tudungnya, dan celana biru selutut yang sangat pas dikenakan olehnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Are you daddy's boysfend (boyfriend)?" Belepotan lagi, tapi Jeongin paham dengan pertanyaan anak laki-laki menggemaskan itu.

Masalahnya, Jeongin masih tidak tahu sosok sang daddy seperti apa. Pun, Jeongin juga tidak punya pacar. Saat Jeongin ingin menjawab pertanyaan anak itu, sang anak sudah terlebih dahulu bertanya untuk yang kesekian kali, "Sho (so), can i call you papa?"

"P-papa?" Jeongin mencicit.

"Yeay! Papa!" Anak berkemeja merah muda itu berlari kecil menghampiri Jeongin sambil merentangkan tangan ke atas, meminta digendong. Jeongin gelagapan, segera ia taruh gelas kopi di meja dan berjongkok. Memeluk tubuh mungil sang anak dan kemudian menggendongnya.

☆ pak seungmin (seungmin x jeongin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang