Cheonsa : Bab Pertama 🦢

3 2 0
                                    

Hentakan kaki tidak henti hentinya berhentak menghasilkan nada yang terdengar membahagiakan bagi pemiliknya. Senyum lebar tak pernah hempas dari lekuk wajah mempesona itu.

Namun Tidak bertahan lama.

Kembali senyum ceria itu terkantup, mimik sedih mulai ditampakkannya kala pijakan terakhir sampai di pintu utama kantin, mata yang berkaca mulai terlukis di manik mata indahnya.

Sekali putaran ia berbalik dengan langkah cepat meninggalkan kantin dan berakhir menuju tempat dimana ia bisa mencurahkan segala isi hatinya.

"Lagi?" Seorang cowok kembali muncul dihadapan Rara, hampir setiap dirinya menangis tersedu-sedu selalu saja cowok itu yang memergokinya. Sebal? sudah pasti, selama ini Rara yang terlihat kuat untuk menutupi sisi lemahnya, selalu terlihat paling rapuh jika dihadapan cowok ini.

"Sekarang gara-gara si kunyuk atau adik lo sendiri?" Satu kalimat yang mampu membuat Rara kembali merasa seperti seorang pecundang, curut kecil yang lebih memilih tersiksa hati daripada menyampaikan apa yang sedang dirasakannya.

"Susah ngomong sama orang yang sok kuat padahal rapuh banget, baru ditoel aja udah patah tulang."

"Beringsik lo, tau apa lo soal diri gue? mending lo pergi sana."

"Tau kok, gue tau banyak tentang lo. Lo!" Cowok itu menunjuk Rara menggunakan sebelah tangannya yang tidak bersedakap.

"Rantika Raya, kelas XI IPS 2, cewek dengan peringkat yang gak pernah naik dari rangking dua belas, tapi kalau ada tugas pasti udah selesai duluan, Aneh? Emang. Pokonya lo itu pinter tapi gara-gara suka sama cowok dan gak berani ngomong makanya itu otak jadi lolot."

"Apaan tuh lolot?" Tanya Rara sesenggukan setelah tangisnya mereda membuat Braga menatap Rara dengan wajah malas. Bagaimana bisa disaat seperti ini Rara menanyakan hal yang tidak penting.

"Tuhkan dibilangin, emang lolot nih cewek, untung cantik." Gumam Braga yang tak terdengar jelas oleh Rara.

"Mau tau?" Rara mengangguk. "Elap dulu ingus sama air matanya, jorok." Braga bergidik.

Rara memutar bola matanya jengah. "Ingus orang cantik ini, paling lo juga suka liat ingus gue." Braga kembali bergidik ngeri karena kejorokan Rara. "Biasa kali itu muka, Buruan penasaran gue."

"Hmm, Lolot itu pujian Ra." Sahut Braga dengan wajah datarnya.

"Bohong."

"Sekedar informasi cogan nggak ada yang suka bohong, adanya cogan itu kebanyakan kharisma makanya para cewek pada nempel."

"Kecuali lo." Ketus Rara.

"Siapa bilang, gue cogan tulen dari lahir, makanya udah banyak yang mau jadi pacar gue." Braga tersenyum memperlihatkan matanya yang sipit, dan hal itu mampu membuat Rara ikut tersenyum. "Nah gitu dong Ra, senyum, kan jadi cantik."

"Emang dari dulu, baru nyadar?"

"Gara gara Si kunyuk kan Ra?" kembali Braga bertanya.

"Reyhan, Ga!" tegas Rara.

"Bodo amat mau Reyhan, rendot, reot, merot atau apalah itu enakan kunyuk manggilnya."

"Serah lo, gue rasanya kaya mau nyerah tapi masih sayang Ga, gimana dong?"

"Kalau sayang makanya ngomong Ra, mulut nggak cuma buat makan."

"Enak banget ngomongnya, masalah terbesar itu sekarang Reyhan lagi deket sama adik gue Ga. gue lebih nggak bisa berkutik."

"Yakin seratus persen Reyhan cuma mau mainin adik lo doang."

"Jelek amat doanya Ga." kesal Rara. "Bukan doa Ra, tapi kenyataannya gitu gue udah lihat pake indra kesebelasan gue."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CHEONSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang