Kagami otomatis berdiri dan panik ketika yang menyapanya adalah seseorang yang seharusnya dia tau. Mereka memang tidak pernah bicara tapi mereka kenal satu sama lain.
Orang itu adalah Arako Masaki, pelatih Yosen, tim Murasakibara.
Apa yang dia lakukan disini? Di Tokyo?
"Kau... Kagami Taiga kan? Ace Seirin. Apa yang kau lakukan malam malam di luar sendirian? Berbahaya, nak." katanya dengan kasual. Maksudnya tidak terbaca, apa-apaan pertanyaannya itu? dia tidak melihat televisi?
Kagami mundur selangkah, dua langkah, sambil tetap menatap tajam Araki, badannya siaga entah itu mendorong perempuan ini jatuh ataupun lari. Dia menyesal dia memperlakukan Momoi seperti itu tapi ada bagian dirinya yang tidak ragu untuk melakukannya berkali kali kalau itu berarti selamat.
Melihat reaksi Kagami yang seperti binatang liar yang terpojok, Araki menghela napas. "... oke, aku akan langsung ke intinya. Aku tau anak yang mempunyai apa yang kau punya juga sekarang"
Langkah Kagami terhenti. "Apa maksudmu?"
Araki melihat sekitar sebelum berkata "Ikut aku, Dinding punya telinga."
.
.
.
Mereka berjalan menuju sebuah café yang sepi pelanggan, sepertinya pemiliknya adalah kenalan Masako. Mereka disediakan meja yang jauh di sudut belakang ruangan, tertutup oleh dekorasi kayu yang menjadi bagian dari desain interior ruangan.
Café ini punya bau kopi dan makanan yang enak, musik background slow jazz dan interior kayu yang hangat, lampu yang menggantung di langit langit memancarkan cahaya yang lembut, menerangi ruangan yang terasa seperti rumah. Siapapun orang yang masuk ke café ini pasti akan relaks dan punya pengalaman yang baik.
Tapi Kagami tidak memperdulikan hal itu, kewaspadaannya tetap tinggi dan fokusnya hanya ada pada wanita di depannya ini.
'Kenapa tempat ini?' dia sudah minum kopi dan Masaki juga tau itu. Lagipula dia tidak punya uang, uang terakhir yang dia pegang dia pakai untuk beli kopi tadi.
"Pesanlah makanan hangat, aku yang bayar"
"Tidak, terima kasih."
"Kalau aku saja yang makan dilihatnya nggak enak"
Baru selesai Masaki bicara perut Kagami bunyi.
Masaki tersenyum. Kagami canggung.
"..." perlahan Kagami mengambil daftar menú dan memilih makanan dengan porsi terbesar, dia tidak berpikir bahwa memesan makanan berporsi besar di situasi seperti ini adalah hal yang kurang tepat menurut common sense dan hal ini saja yang tidak berubah darinya tanpa dia sadari.
Tapi kagami memesan dengan pikiran jika wanita ini melakukan semua ini dengan kesadaran penuh, maka dia juga tidak berhak untuk komentar soal pesanan makanannya.
Sembari menunggu pesanan mereka Masaki mulai berbicara "pasti sulit, ya"
Mata Kagami yang fokus melihat tangannya sendiri bergulir ke atas, menatap mata Masako Araki, pelatih Yosen. Yah, setidaknya itulah identitas wanita ini baginya.
Kagami langsung memotong basa-basi yang ditawarkan Araki dan langsung menanyakan inti dari perbuatan aneh wanita ini "Ada urusan apa?" tanyanya dengan lugas.
Araki mengrenyitkan matanya, kesabarannya mulai tersentil, dia paling nggak suka anak anak yang tidak sopan dan pembangkang "Anak muda, apakah begitu sikapmu kepada orang yang menolongmu dari kelaparan? sopan sekali, ya"
Kagami mendengus geli "Orang yang menolong orang sepertiku tidak akan punya maksud yang tulus, dan aku akhir-akhir ini belajar banyak tentang hal itu, tante."
Oh, oke, lempar keluar semua ramah tamahmu, Araki.
Araki dan Kagami terdiam di meja mereka, suasana menjadi dingin dan tegang, beberapa tamu yang duduk di sekitar mereka berpindah bangku, atau menyelesaikan kopi mereka sebelum bergegas pergi, hanya dengan membaca suasana didekat mereka.
Saat hidangan telah ada di atas meja, dan tidak ada seorangpun yang ada di dekat mereka, Araki menghela napas dan menyesap kopinya sebelum berbicara, sedangkan Kagami tidak menyentuh makanannya sedikitpun.
"Camkan hal ini terlebih dahulu, apa yang aku katakan ini adalah sesuatu dengan tingkat kerahasiaan tertinggi oleh aliansi Internasional, jika ini bocor, semuanya yang pernah berhubungan denganmu tidak akan menjalani hidup yang sama selama sisa umur mereka, dan kau sendiripun akan mengalami hal yang jauh lebih buruk dari apa yang kau alami sekarang." itu adalah hal yang mereka berdua tau dan perkataannya barusan hanyalah sebuah konfirmasi bahwa hal itu akan benar benar terjadi dan bukan sebuah candaan.
Kagami mengangguk "aku tau."
Araki menatapnya dengan lamat-lamat selama beberapa detik sebelum meneruskan. "Projek ini dinamai sebagai [Artificial Heart Project] secara resmi tapi semua yang terlibat menyebutnya [Electric] atau [Ion Heart], adalah sebuah projek di bidang medis untuk pembuatan jantung palsu yang disponsori oleh peerintah, dan sudah berjalan selama 10 tahun."
"Dalam kurun waktu 10 tahun tersebut, produk yang berhasil dibuat hanya ada 2." Araki menyampaikan gestur dan nada penekanan atas kalimat ini, membuat poin penting.
"Karena 2 hasil ini belum diuji, jadi masih belum diresmikan, apalagi diedarkan atau diumumkan ke khalayak umum, pasti akan terjadi kegemparan yang tidak diinginkan. Bahkan pemerintah sendiri tidak berniat untuk mengumumkan hal ini jika berhasil sekalipun. Hanya memberitahu ke pasien yang mampu dan membutuhkan beserta keluarga saja, dan pastinya akan ada perjanjian tertulis akan kerahasiaannya."
"Tapi selalu ada saja orang yang menyimpang, bukan?" Araki bersandar pada kursi dan bersidekap, dia menutup matanya dan raut mukanya berubah jadi masam.
Kagami sangat mengerti akan hal itu, orang orang egois yang mementingkan kepentingan mereka sendiri, apapun alasannya, adalah orang yang menginjak orang lain.
"terjadi miskomunikasi dalam tim penelitian, mengakibatkan kerusuhan yang besar dan menghilangnya kedua produk yang sudah susah payah didapat, menyebabkan projek ini dihentikan sementara, hingga setidaknya satu dari mereka didapatkan kembali."
Kagami terdiam, matanya melebar dan pikirannya kosong. terlalu banyak informasi yang dia dapatkan dalam beberapa menit barusan.
Araki mencondongkan badannya kedepan perlahan, membuat penekanan sekali lagi "Satu dari hasil itu ada dalam dirimu, Kagami Taiga. Profesor yang membuat kekacauan itu sepertinya ingin menyembunyikan barang bukti dan, sayangnya, kau ada disana"
Kekuatan terakhir yang dia punya seolah menguap begitu saja dari tubuhnya, Kagami menopang kepalanya dengan kedua tangannya, melihat ini Araki menepuk salah satu bahunya. "Tapi syukurlah aku menemukanmu dalam keadaan baik baik saja"
"... apa kau juga terlibat?"
"Tentu saja. kalau tida, tak mungkin aku ada disini, berkata seperti ini, kan?"
"..."
Araki menutup matanya, tugasnya sudah beres, sepertinya mentalnya sudah retak sebelum dia datang dan tak disangka pemuda ini begitu mudah dibujuk, tapi ya sudahlah, semua berjalan mulus baginya "Karena itu, maukah kau ikut denganku?"
"... baiklah"
.
.
.
Kuroko khawatir karena sudah dua jam lebih Kagami keluar, dia turun dari lantai dua setelah berbincang dengan Alex. Dilantai satu sudah ada Kise yang menangkan Aomine lebih jauh, Midorima bertanya apakah dia mau keluar
"Aku mau mencari Kagami-kun sebentar, dia sudah terlalu lama keluar." jawab Kuroko. Himuro menawarkan diri untuk menemani Kuroko mencari Kagami dan diterimalah tawarannya itu.
mereka sudah mencarinya selama setengah jam tapi masih belum menemukan Kagami, dan saat mereka berniat untuk keliling sekali lagi, mereka berdua melihat Kagami memasuki sebuah mobil di depan kafe yang tidak mereka sadari. Mereka terlambat saat memanggilnya, dan saat mereka mencoba mengejar, mobil itu sudah lumayan jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Electric Hearts Project
FanfictionAku, Kagami Taiga, 16 tahun-menuju tujuh belas pemain basket, Ace dari tim, hidupku sempurna Sekarang sedang menjadi buronan DENGAN TUDUHAN PALSU! Aku tidak percaya siapapun Apa aku akan mati seperti ini? A Kuroko no basuke fanfiction, all character...