Aku harus lari dari sini, cepat!
Aku berlari sekuat tenaga, menghindari orang orang dengan lihai, menuruni tangga yang syukurlah! langsung menuju keluar, selesai turun tanpa jeda sedikitpun aku menambah kecepatanku saat berlari ke tempat parkir, setelah tempat parkir adalah gerbang dan aku akan bisa menghindarinya.
Cepat, cepat!
Akhir akhir ini aku banyak berlari jadi ini akan menjadi latihan yang sama dengan yang diberikan pelatih, sepertinya. Aku tertawa getir saat mataku melihat gerbang dan otakku seenaknya memutar ingatanku saat latihan harian di Seirin.
Aku berbelok dan luput melihat orang yang ada di sana.
"Buh!"
"Kyaaa!"
Aku menangkapnya tepat sebelum terjatuh, otakku berhenti sejenak, belum bisa merespon semuanya. Siapa yang kutabrak?
Mataku terbelalak dan rasanya jantungku berhenti berdetak sesaat. Rasa panik langsung menyebar keseluruh tubuh.
Gadis itu, dia, memanggilku saat kutegakkan tubuhnya dan bersiap untuk pergi dari sini, secepat mungkin.
"Kagamin...!" dia terisak saat menyebut namaku, memendam emosi dan suaranya, gadis pintar.
"Jangan" satu kataku untuk menahannya melakukan atau mengatakan apapun. Aku tak tau kenapa aku menariknya ke tempat dekat sana yang lebih sepi tapi itulah yang aku lakukan.
Kenapa aku melakukan ini? Seharusnya ku tinggalkan saja dia. Sepertinya Aomine pun tak membicarakan apa yang dia lakukan bersama yang lain pada gadis ini, Momoi Satsuki. Tapi... mungkin Momoi kurang lebih sudah bisa menebak semuanya. Kata Riko-senpai, namanya insting perempuan.
Apa karena itu juga wartawan yang sering membahayakanku-maksudku, menerka tempat persembunyianku, contohnya- adalah perempuan?
"... bagaimana kabarmu?" dia memulai dengan suara yang gemetar dan pelan. Cerminan tepat anak perempuan yang rapuh dan berhati lembut. Kepalanya tertunduk dan kedua tangannya ada di belakang tubuhnya.
Aku mengrenyitkan alisku, kau serius menanyakan hal itu Momoi? Diantara semua pertanyaan yang bisa kau hujankan kepadaku? Oh well...
"Tidak begitu bagus"
".. ooh, pasti sulit yaa" Momoi masih menundukkan kepalanya, entah kenapa masih tidak berani melihat ke arahku. Suaranya pun lirih, kurang bersemangat dari pada saat dia bertemu Kuroko atau dalam pertandingan, maupun saat bersama semuanya. Dulu, dari yang kuingat.
"La-langsung saja, Kagami-kun" ah, dia bahkan melepaskan panggilan konyolnya "apa, apa aomine-kun entah bagaimana terlibat denganmu?"
Aku menghela nafas, sudah kuduga. Mau kujawab bukan urusannya tapi dia teman dekat Aomine...
"Tanya saja sendiri ke orangnya, dalam waktu dekat akupun akan menghilang dari kota ini setelah urusanku selesai" Urusanku tentu saja menemui dokter yang menanamkan masalah ini padaku. Aku sendiri juga tak ingin melibatkan orang lain lebih jauh, perasaanku juga sama seperti mereka, tak ingin membahayakan keluarga dan orang-orang yang mereka pedulikan, kalau terlibat dengan kriminal, perlindungan itu akan rusak.
Pikiranku terusik dengan suara dari kejauhan, semua ini membuat indraku menajam selama sebulan terakhir jadi jujur saja aku bisa lebih mengandalkan diriku, suara itu sekarang samar-samar terdengar semakin jelas, Momoi masih mengajakku bicara tapi tidak kuhiraukan, lalu aku menyadari bahwa ada yang kesini.
Orang-orang.
Aku membelalak dan melihat lagi kearah Momoi, entahlah, harusnya aku tak berharap banyak, tapi aku sedikit merasa terkhianati. Aku langsung tau kalau di belakang tubuhnya, yang dipegang kedua tangannya adalah alat komunikasi, atau sesuatu yang bisa menandai lokasinya yang akan menyala saat dia menemukanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Electric Hearts Project
FanficAku, Kagami Taiga, 16 tahun-menuju tujuh belas pemain basket, Ace dari tim, hidupku sempurna Sekarang sedang menjadi buronan DENGAN TUDUHAN PALSU! Aku tidak percaya siapapun Apa aku akan mati seperti ini? A Kuroko no basuke fanfiction, all character...