" Aku gagal. "
Itulah satu-satunya hal yang bisa Hinata katakan saat melihat hasil tesnya.
Dia gagal.
Hinata menyandarkan kepalanya di atas meja dan mengehela nafas.
' Kenapa aku gak bisa ngedapetin nilai yang bagus sih? Aku goblok banget plis ... '
Pikir Hinata, dia merasa pada dirinya sendiri. Meskipun dkecewaia telah belajar dengan giat tadi malam, tetapi hasilnya sama buruknya dengan biasanya.
" Hinata-kun! Bagaimana ujianmu? "
Hinata mengangkat kepalanya dan segera memasang senyum seperti biasanya.
Berdiri di hadapannya adalah teman sekelasnya. Hinata ingat bahwa mereka adalah teman sekelas yang sering berbicara dengannya di kelas.
' Aku lupa nama mereka ... tapi Aku juga gak terlalu peduli sih... '
" Ah ... aku gagal .... "
" Hee?? Benarkah?? Tapi terakhir kali kamu bilang kalo- "
Hinata hanya tersenyum mendengar obrolan mereka.
' Berisik. '
Hinata berpikir tentang bagaimana caranya biar dia bisa menjauh dari mereka, sampai akhirnya dia mendengar suara bel dan tersenyum lebar.
" Ah, belnya udah bunyi! Aku harus pergi ke gym! Kita lanjutin nanti ya, bye-bye! "
Hinata dengan cepat mengambil barang miliknya dan lari keluar kelas sebelum teman sekelasnya sempat menghentikannya.
Hinata benar-benar bersyukur karena tidak ada tugas piket hari ini. Karena kalau jujur, melihat hasil ulangan itu membuat moodnya turun drastis. Hinata merasa seperti ada bom waktu yang terikat di otaknya dan bisa meledak kapan saja.
Lorong menuju gym anehnya tidak seramai biasanya, Hinata merasa sangat bersyukur.
Senyuman yang tertanam di wajahnya selama ini langsung diganti dengan cemberut, wajahnya yang ceria berubah menjadi poker face.
" Ah ... sial, pipiku sakit. "
Hinata memegangi pipinya yang perih karena terlalu lama tersenyum lebar.
" Cih, berapa lama aku harus bersikap seperti ini? Aku keliatan kayak orang tolol pas masang senyum bodoh itu. "
Bisik Hinata pada dirinya sendiri, selama perjalanan ke ruang Klub dia terus mengumpat.
Hinata sebenarnya sangat suka mengumpat, tapi dia lebih memilih untuk tidak melakukannya karena dia ingin menjadi contoh kakak yang baik untuk adiknya. Tetapi untuk beberapa alasan rasanya hari ini dia hanya ingin mengutuk seluruh dunia dan isknga, mungkin ini terjadi karena suasana hatinya saat ini.
Dia akhirnya mencapai ruang Klub dan berdiri di depan pintu.
Hinata hanya berdiri di depannya dengan wajah yang sangat dingin, ia merasa malas untuk mencoba membuka pintu dan berpura-pura senang dan ceria seperti biasanya.
" Sial. "
Hinata sibuk mengumpat dan tiba-tiba saja dia mendengar sesuatu.
" Minggir boke, kamu ngalangin jalan. "
Hinata berbalik dan menemukan Kageyama yang berdiri persis di belakangnya. Hinata mengangkat kepalanya, tinggi badan Kageyama membuatnya mau tidak mau harus mengangkat kepalanya jika ingin melihat wajah Kageyama.
' Dasar tiang, kenapa dia tinggi banget sih? Aku harus ngedongak kan kalo mau ngeliat wajahnya. '
Kemudian dia segera menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What A Pain
Fanfiction" beri aku perhatian " Ucapnya sambil memegangi lehernya, nafasnya tidak teratur seakan akan seseorang memegangi lehernya.