tHe H in ATa 's

930 116 5
                                    

Hinata membuka matanya, dia mengerjapkan matanya menunggu nyawanya memasuki raganya sepenuhnya.

Hinata bangkit, meregangkan tubuh lalu melihat sekeliling.

Atensinya seketika terpaku pada sosok lain bersurai jingga yang terbaring pulas disebelahnya, jika kalian lebih dekat kalian bisa melihat jejak air mata di pipinya.

Sosok itu adalah Hinata Natsu, orang yang paling Hinata sayang setelah ibunya. Ia sangat sayang kepada Natsu dan bersumpah untuk melindungi Natsu.

Hinata mengusap rambut Natsu pelan, sorot matanya menyiratkan rasa sedih yang mendalam ketika mengingat kejadian tadi malam.
















" Natsu? "

Hinata dengan setengah nyawanya menatap pintu kamarnya yang terbuka, menampilkan sosok Natsu dengan pajamanya.

" Kenapa Natsu? Kamu pengen ke toilet? "

Natsu memang sering meminta Hinata untuk menemaninya pergi ke kamar mandi tengah malam, jadi Hinata berpikir bahwa malam ini sama dengan malam lainnya.

Bukannya menjawab, Natsu malah berjalan menuju kasur Hinata dan membaringkan tubuh mungilnya di sebelah Hinata.

Sebelum Hinata bisa membuka suaranya, mendadak Natsu memeluk tubuhnya erat.

" Natsu?? Ada apa? "

Hinata seketika panik ketika mendengar isakan tangis dari Natsu.

" Natsu?? "

Hinata membalas pelukan Natsu, mengelus punggungnya dan membiarkan adiknya itu menangis di dadanya.

Setelah isakan Natsu mereda, Hinata membuka mulutnya.

" Kamu kenapa nangis? Pengen cerita? "

" Nii-chan... "

" ? "

" Nii-chan..... Papa..... "

Mendengar kata itu keluar dari mulut adiknya membuat ekspresi wajah Hinata mengeras, tubuhnya refleks mengeratkan pelukannya.

Ia benci.

Jika harus mendengar kata itu dari mulut adiknya.

Ia bersyukur karena adiknya tidak mempunyai kenangan bersama ayahnya. Egois memang, tetapi itu untuk kebaikan adiknya sendiri.

Ayahnya bukanlah orang yang baik, tetapi ia bukan orang yang jahat juga.

Tetapi Hinata selalu menganggapnya sebagai bajingan keji karena selalu membuat ibunya menangis setiap malam.

Hinata menggelengkan kepalanya, tidak ingin mengingat kenangan tidak mengenakkan tentang bajingan itu.

" Nii-chan- sesak- "

Hinata langsung melepaskan pelukannya dan tersenyum kecil ketika melihat wajah jengkel Natsu.

" Mou Nii-chan! Aku gak bisa nafas tau! "

Hinata tertawa kecil dan mengusap rambut adiknya.

" Gomen gomen gasengaja, maafin Nii-chan ya? "

" Hmp! Tapi Nii-chan harus bobo sama aku terus besok kasih aku permen! "

" Iya iya apapun demi princess~~ "

What A Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang