15 -- Gold

29.5K 1.5K 56
                                    

Cepet kan update nya? Hoho, dikejar target banget nih, pada nagihin terus...

Yang penting sih jangan lupa vote dan comment nya yaa, wkwk

Enjoy~~

========================================

Eza POV

Mas Rayhan dan Mbak Eva kini resmi menjadi sepasang suami istri. Kekasihku, ah –mantan kekasihku kini menjadi suami dari kakak ku sendiri.

Lelaki yang kucintai, mengucap kalimat sakral yang bukan diperuntukkan untukku.

Sedih? Sangat sedih. Hatiku sangat perih.

Namun apapun yang membuat saudara ku bahagia, akan kuberikan untuknya. Mungkin bahagiaku bukanlah bersama Mas Rayhan. Aku harus belajar ikhlas meski itu sangat sulit.

Malam ini resepsi pernikahan dilaksanakan di ballroom hotel mewah di Jakarta. Semua dekorasi di ruangan ini tema nya berwarna gold, warna kesukaan Mbak Eva, menambah kesan mewah ruangan ini. Tamu-tamu yang hadir juga kebanyakan berasal dari kolega perusahaan Papa dan Om Jordi. Meski ada juga beberapa teman Mbak Eva dan Mas Rayhan yang hadir. Aku juga mengundang beberapa teman ku yang mengenal Mbak Eva, hehehe. Jadi, kurang lebih tamu yang hadir sekitar 800 orang.

Mbak Eva dan Mas Rayhan berjalan berdampingan diatas karpet merah menuju pelaminan. Mereka terus berjalan sambil menebar senyum ke seluruh tamu yang hadir. Mbak Eva malam ini begitu cantik, kebaya panjang berwarna gold yang bertabur diamond dibagian dada membentang hingga dua meter kebelakang, riasan diwajahnya begitu pas untuk nya, tidak terlalu berlebihan, karena memang dasarnya Mbak Eva sudah cantik.

Mas Rayhan, ah.. tidak usah ditanya lagi. Ia begitu tampan mengenakan tuxedo berwarna senada dengan gaun Mbak Eva. Mereka benar-benar pasangan yang sangat serasi, membuat seluruh mata di ruangan ini berdecak kagum.

Mataku kini mulai memanas melihat eratnya genggaman tangan Mbak Eva dilengan Mas Rayhan, aku juga ingin berada di posisi itu, aku juga ingin menggenggam lengan nya seperti itu. Hah… sulit sekali belajar ikhlas Ya Allah..

Aku berjalan dibelakang mereka bersebelahan dengan Mas Raskal dan Mbak Raina. Kami dan keluarga besar mengiring pengantin hingga naik keatas pelaminan.

“Ngelamun aja. Kamu mau ya kayak gini?” suara Mas Raskal ditelinga mengagetkanku. Ia kemudian terkekeh.

Iya mau banget, mas. Harusnya aku yang disamping Mas Rayhan sekarang. Batinku.

“Sstt.. jangan berisik” jawabku berbisik.

“Nanti pesta kita bakal lebih mewah dari ini kok tenang…” ujar Mas Raskal dengan pede nya.

“Jangan ngarep!” timpal Mbak Raina.

“Kamu mau gaun warna apa? Merah? Putih?” tanya nya lagi.

“Bendera kaliiii…” timpal Mbak Raina lagi.

“Kita honeymoon di Bali aja ya yang deket, aku kan sibuk.”

“Nggak modal!”

“Mbak, nyamber mulu sih daritadi. Kapan mau nyusul?” tanya Mas Raskal kepada Mbak Raina.

Mbak Raina yang sedari tadi tersenyum kepada para tamu kini memasang wajah jutek ke Mas Raskal. Aku hanya bisa menahan tawa disamping Mas Raskal.

“Diem. Urus aja diri sendiri!” jawabnya ketus.

“Inget umur yang makin tua, kalau kelamaan bisa gue langkahin, lho.”

“Boleh kalau mau langkahin, tapi langkahin dulu mayat gue!” jawabnya dengan mata melotot.

Our HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang