Eva POV
"Kenapa si Eza lama banget ke toilet nya, ya?" gumam Mama sambil melahap lele bakar-nya.
"Ngantri mungkin, Ma," jawab Papa.
"Sekalian nyari jodoh kali, Ma," aku ikutan menjawab. Meskipun malah asal menjawab. Nggak apa - apa lah, yang penting mengeluarkan suara.
Mendengar jawabanku, Mama langsung menatapku galak. "Anak kecil masa nyari jodoh, ada juga kamu sana yang nyari jodoh. Pacar ngga punya, gebetan ngga ada, umur udah 21. Bentar lagi kan wisuda, Mama pengen foto wisuda-an sama calon menantu Mama." Bagus pemirsa, Mama mulai menceramahi ku lagi.
Malas banget kalau udah bicarain masalah jodoh begini. Umur aku juga masih 21 tahun, masih jauh perjalanan ku kali, Ma. Kesannya kayak aku udah perawan tua yang nggak laku - laku, gitu.
"Kamu move-on dong, jangan mentok sama laki-laki itu mulu. Yang model kayak gitu kok di pikirin terus, dia aja nggak pernah mikirin kamu," lanjut Mama menyindir masa laluku yang amat sangat tidak layak di ungkit. Bukan masa lalu sih sebenarnya, sekarang juga masih berlaku. Tapi, pokoknya kejadiannya udah lamaaa....aa banget.
"Hmm..." aku hanya balas dengan menggumam. Ngga bakal kelar sehari semalam kalau meladeni Mama. Jadi, mending ngalah. Ya kan?
"Yah, kok udah pada selesai sih makan nya" ini dia si Eza muncul.
"Lagian kamu lama banget ke toilet nya" Mama melirik tajam ke Eza. Sereeem
"Ngantri, Ma. Hehe" jawab Eza menggaruk kepala nya yang aku yakin pasti ngga lagi gatal.
"Happy banget, abis ketemu jodoh, ya?" Ledek-ku ke Eza yang sedari tadi senyum-senyum gila.
Eza hanya nyengir membalas pertanyaan ku. Kayak nya beneran lagi fallin in love nih si Eza.
Aku berdiri dari meja lesehan menuju westafel untuk mencuci tangan ku yang sudah bau amis ini.
Saat berjalan, di hadapan-ku ada lelaki yang berjalan berlawanan arah dengan ku tetapi kepala nya tertunduk ke layar handphone. Sepertinya dia sebentar lagi menabrak ku, deh.
"Eittssss..." aku meletakkan telunjukku di dahi nya, mencegah dia yang hampir menabrak ku. Badan nya tinggi sekali, aku saja hanya se-dada nya. Sehingga aku tadi mesti mengangkat tinggi tangan ku supaya sampai ke dahi nya.
"Mas, kalau jalan lihat nya kedepan dong, jangan nunduk terus ke layar. Atau sengaja ya biar bisa nabrak gue?" Tanya ku sambil memicingkan mata curiga.
Lelaki itu pun mendongak, mata nya menatap tajam kearah ku, wajah nya datar tanpa ekspresi. Gile, dingin banget ini orang. Tapi..tapi dia...err ganteng banget. Ehm oke, lupakan point yang satu itu.
"Maaf, dek"
Setelah mengucap itu dia langsung berjalan meninggalkan ku yang masih mematung ditempat, mulut ku menganga lebar. Shock! Apa tadi dia bilang? 'dek?' Sejak kapan aku jadi anak ibu nya? Ya Allah apa wajahku se-imut itu, ya? Aku tahu tubuhku ini mungil, tetapi masa dia tidak bisa bedakan mana anak kecil mana orang dewasa, sih. Dia nya aja tuh yang ketuaan, jadi muka imut ku ini malah dibilang anak kecil.
Dasar om-om rese! Eva sebel, Mamaaaa.....
"Mama.. Papa.. aku mau tinggi kayak Eza!" Rengek ku saat tiba di meja tempat ku tadi makan.
Tawa keluarga ku pun pecah, jahat!
"Kalau udah pendek mah pendek aja. Ngga bisa diapa-apain lagi. Hahaha." Mama nggak ngaca banget, aku mungil gini kan karena Mama juga mungil.
"Mirror please, Ma. Aku juga ngga pendek, Ma. 158 cm kok. Eza aja yang tuh ketinggian." aku menunjuk Eza yang berada disebelah ku dengan dagu. Bayangin saja, dia masih kelas 3 SMA tapi tubuhnya sudah 169 cm. Bagaimana nanti pas seumur aku, dia bisa dua meter mungkin. Ckckck
"Kenapa tiba-tiba pengen tinggi, Mbak?" Tanya Eza yang sudah mulai bisa mengontrol tawa nya.
"Aku tadi dipanggil 'dek' sama om-om rese!!" Jawab ku sambil merengut.
Mama, Papa dan Eza malah tambah terbahak menertawakan ku.
"Huahaha...kamu emang pantes nya jadi anak SMP, Va." Mama nyebelin banget, sadar diri dong, Ma..
"Gausah tinggi-tinggi. Kamu segini aja udah gemesin kok, Va. Sama kayak Mama kamu. Papa aja suka kok sama Mama yang mungil gini." Papa merayu Mama sambil merangkul mesra bahu Mama.
Ih bikin iri....
"Ah, Papa. Bikin Mama terbang aja, deh." Mama malu-malu kucing. Pengen muntah jadi nya, deh.
"Hueekkk...." Aku dan Eza pun menirukan suara orang muntah melihat tingkah malu-malu Mama.
======================================
Someone POV
Aku berpapasan dengan seorang gadis yang kutemui di tempat makan selepas maghrib tadi.
Dia begitu cantik, jantung ku bergemuruh saat bertemu dengan mata nya. Love at first sight! Karena mata nya, aku jatuh cinta. Di mata nya aku mencoba mencari seperti apa sosok nya.
Namun tak ada yang bisa kutemui, mata nya adalah mata yang pertama kali membuat ku tak bisa mengerti apa yang sedang ia pikirkan.
Mata itu, sama seperti mata ku. Hitam, redup, dan penuh misteri. Sulit diterka.
Aku seperti bercermin bila menatap nya. Diriku seperti ada di dalam dirinya. Aku ingin bertemu lagi dengan nya, melihat mata nya, suatu hari nanti, disini...di Yogyakarta.
=================================================
Siapakah someone ini?
Dan siapakah wanita yang dia temui?
Ikutin terus kelanjutan part nya guys... Hehe muah muah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hope
Romance[SUDAH TERBIT] Kisah tentang dua kakak beradik yang lingkaran cintanya selalu berpusat pada laki-laki yang sama. Mereka saling melepaskan, mengorbankan dan merelakan. Tentang cinta yang tak terbalas, rumah tangga yang semu dan hati yang semakin rap...