04. Anak-anak Bunda

27 0 0
                                    


Happy menggeliat di kasurnya karna mendengar suara bising di luar pintu kamarnya.

Gadis itu duduk dari posisi tidurnya. Satria memukul panci dengan tangannya sehingga menyebabkan bising di luar kamarnya. Cowok itu berniat membangunkan Happy untuk shalat subuh.

"SAPI BANGUN! BERUBAH JADI KEBO LO!?" Ucap Satria dari luar sambil masih memukul panci. Kabiasaan cowok itu jika bangun lebih awal dari adik-adiknya dan disuruh bunda buat bangunin yang lain.

Sekarang tinggal Happy yang masih belum bangun.

Happy berdecak masih enggan beranjak. Gila aja subuh-subuh gini udah ribut aja tuh congor.

"DIEM NAPA BANG!"

Happy ikut teriak. Gadis itu menyibakkan selimutnya lalu mulai berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi sambil mengumpulkan nyawanya.

"UDAH BANGUN GUE IH, GAUSAH LO RIBUT LAGI YANTO!"

"OH UDAH BANGUN PI?"

Happy tak menjawab saat suara bising itu menghilang dari luar kamarnya bersama dengan derap langkah abangnya yang mulai menjauh.

Happy mencuci mukanya, menatap pantulan wajahnya di cermin.

"Gila, gue cantik banget."

Happy memuji dirinya. Gadis ini tipikal yang benar-benar sayang sama diri sendiri. Ngapain capek capek dengerin orang kalau yang tau diri lo sendiri ya lo doang.

"Tapi masih cantikan Aya." Sambungnya. Kini kepercayaan dirinya langsung turun 20%. Melihat bagaimana penampilan Aya mebuatnya insecure.

Gadis itu langsung membayangkan bagaimana sosok Aya.

Aya itu cantik luar dalam kalau di liat dari penglihatannya, dan mungkin Keenan juga melihat begitu. Rambut pendek dengan kesan elegan, poninya yang terbelah tengah dan dengan senyuman yang menenangkan. Aya kalau tersenyum di ikuti lesung di pipinya yang manis.

Cara bicara anak itu juga tidak terkesan menye-menye. Selalu pas dan masuk dalam pembicaraan.

Aya cantik jika di bandingkan dirinya.

Apalah daya dia, yang mungkin orang-orang berkata dia itu cantik. Iya sih, Happy mengakui itu.

Rambutnya yang hitam pekat dan panjang selalu cewek itu kuncir. Penampilannya yang mungkin ngga rapi membuat dia jauh dari kata 'cewek'

Senyum Happy manis kok. Kata Bunda, senyum Happy suka nular. Kelebihan Happy hanya ada pada suaranya. Sayang otaknya itu sangat susah di andalkan. Dia sangat payah dalam pelajaran.

Selesai wudhu. Gadis itu beranjak keluar untuk melaksanakan shalat bersama keluarganya.

Keluarga Happy mempunyai kebiasaan Shalat bersama jika subuh, maghrib dan isya. Kata Bunda, kalau sibuk itu bisa jadi alasan mereka ngga bisa bercengkrama maka Shalat bisa jadi alasan mereka buat berbagi cerita setelahnya.

Karena Ayah udah nggak ada saat Happy lahir, maka Satria lah yang selalu jadi imamnya. Walau anaknya gesrek, soal agama dan keluarga dia bisa jadi pemimpin yang baik.

Jangan liat Satria dari pertama kamu mengenalnya. Kadang sifat orang beda saat pertama ketemu. Pasti ada sifat mereka yang mungkin bisa bikin kamu kaget saat benar-benar mengenalnya.

Sekarang Happy dan keluarganya mulai menggelar sajadah dan bersiap untuk shalat.

Shalat itu penting. Jangan yang penting Shalat, Gitu kata Bunda.

Happy selalu nyempetin waktu buat tuhan. Keenan selalu jadi imam cewek itu jika mereka sedang berdua dan masuk waktu shalat.

"Allahuakbar!" Seru Satria dari depan sana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang