Para penyihir sedang menyantap makan malam mereka. Gudang itu tidak dijaga saat Laurindriel sadar. Dia mencoba melepaskan diri. Namun tetap saja gagal. Para penyihir itu boleh pintar, tetapi mereka sangatlah ceroboh. Mereka meninggalkan pisau di atas kursi tempat mereka mengikat Laurindriel. Laurindriel mencoba menggoyangkan kursi itu dan pisau tersebut pun jatuh di samping Laurindriel. Kaki Laurindriel berusaha untuk mengambil pisau itu. Setelah kakinya berhasil menggapai pisau itu, dia mengambilnya dengan kedua tangannya yang terikat. Perlahan dia menggoreskan pisau itu ke tali yang mengikatnya, dan satu per satu tali itu dapat terlepas.
Setelah tali yang mengekangnya itu lepas, dia menuju ke arah pintu. Namun pintu itu dikunci. Dia mencoba mencari jalan keluar. Mengelilingi ruangan, memeriksa satu per satu benda untuk menemukan kunci terebut. Ketika Laurindriel menarik sebuah laci, dia menemukan sebuah buku. Buku itu tampak benar-benar lusuh. Dia membersihkan debu yang menempel di buku itu dan membukanya perlahan. Tepat pada halaman keenam terdapat gambar gunung tinggi itu. Di sampingnya tertulis : “Ketika galaksi manusia dan galaksi peri bersatu di bawah cahaya terakhir purnama, maka dunia baru akan terbuka.” Seketika suara langkah kaki terdengar. Laurindriel segera merobek kertas itu, melipat, dan mengantonginya. Tiba-tiba para penyihir penjaga membuka pintu dan melihat Laurindriel dengan tangan yang sudah terbebas dan pisau tergeletak di tanah.
“Tangkap dia!” Salah satu penyihir memberi perintah.
Laurindriel terkepung. Mereka menangkapnya dan mengikatnya kembali. Tiba-tiba salah satu penyihir jatuh dengan anak panah menancap di punggungnya.
“Lepaskan wanita itu!” Pangeran Austin datang bersama dengan Putri Aradel.
Mereka menghabisi penyihir-penyihir itu dan berhasil membawa Laurindriel keluar dari wilayah penyihir. Pangeran Austin membantu Laurindriel untuk naik ke atas kudanya. Mereka semua melanjutkan perjalanan mereka untuk kembali melewati wilayah manusia.
“Apa kau mencari ini?” Pangeran Austin menunjukkan mahkota Putri Laurindriel sambil mengendalikan kudanya.
“Bahkan aku tidak sadar kalau mahkota ini hilang. Dimana kau menemukannya?” tanya Laurindriel.
“Aradel yang menemukannya tergeletak di tengah hutan,” jawab Pangeran Austin.
“Terimakasih sudah menolongku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika kalian tidak datang ke sana.” Laurindriel tersenyum. Detak jantungnya berdegup kencang. Perasaan saat Pangeran Austin mencium tangannya kembali dia rasakan.
“Aku tidak akan membiarkanmu sendiri,” ungkap Pangeran Austin dengan singkat.
Ketika tiba di perbatasan bangsa manusia, Pangeran Austin dan Putri Aradel menyadari bahwa Pangeran Lorien tidak ada di sana. Mereka mencari Pangeran Lorien di sekitar tempat itu dan hasilnya nihil. Tidak ada sosok Pangeran Lorien di sana.
"Kemana Lorien sebenarnya? Mengapa dia tidak ikut dengan kalian?" Putri Laurindriel terlihat panik.
"Dia tidak ingin ikut dengan kami. Dia mengatakan harus ada yang menunggu di sini, dan aku juga sudah memperingatkannya untuk tidak membuat kekacauan selagi aku dan Aradel pergi menyelamatkanmu," jawab Pangeran Austin.
"Ada apa dengannya?" batin Laurindriel.
"Austin!" Putri Aradel memanggil Pangeran Austin dan tangannya menunjuk ke arah Kerajaan Morinda.
Pangeran Lorien tertangkap oleh prajurit Morinda. Dia dibawa masuk ke dalam kerajaan itu.
"Lorien benar-benar bodoh! Dia membuat kita dalam masalah besar. Akan sangat sulit bagi kita untuk dapat memasuki wilayah manusia sekarang," ungkap Putri Aradel geram.
"Mereka akan membawanya ke penjara Morinda esok hari. Butuh waktu lama untuk sampai ke sana. Kita harus sampai di sana sebelum mereka. Dengan begitu kita dapat segera membebaskannya," jelas Pangeran Austin.
"Bagaimana bisa kita membebaskannya?" tanya Laurindriel.
"Morinda tidak pernah memiliki satu kunci. Aku selalu membawa kunci lainnya," ungkap Pangeran Austin sambil memperlihatkan kunci itu.
Putri Laurindriel dan Putri Aradel saling menatap dan tersenyum.
"Kita tidak dapat memasuki wilayah manusia sekarang. Kita beristirahat di perkampungan penyihir itu malam ini," ujar Putri Aradel.
Mereka berbalik menuju ke perkampungan penyihir yang telah kosong itu. Saat mereka sampai, ada seorang penyihir wanita yang sepertinya sedang menunggu mereka dengan duduk di teras salah satu rumah kosong itu.
Lanjut part berikutnya yaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Just about Elf and Human (Semua Ini Hanya tentang Bangsa Peri dan Manusia)
Historia CortaBetapa beruntungnya Laurindriel ketika dia tidak mendapatkan takdir seperti yang seharusnya ia dapatkan. Ia harus berpetualang melewati segala rintangan demi mendapatkan obat untuk sang ratu. Rintangan yang belum pernah ia hadapi sebelumnya. Rintang...