Bibirnya sudah dia gigit dengan keras untuk meredakan degupan jantung yang kerasnya bisa didengar sendiri oleh telinga. Telapak tangan dingin yang menandakan bahwa yang punyan sedang gugup dan ingin sekali pergi dari sini.
Mata elang di ujung sana menatap dia dengan serius, membuat perutnya kian mulas karena jujur, dia tidak pernah siap dengan keadaan seperti ini. Nyeri yang rasanya asing sudah memenuhi dada hanya dengan membalas tatapan itu. Yang di sana terlihat kecewaㅡwalaupun tidak begitu ditunjukkan, dia tahu pasti penyebabnya.
Helaan napas dan tatapan yang dienyahkan darinya membuat Sunghoon menunduk. Kemudian anggukan kepala Jongseong menuai tepuk tangan meriah dari seisi ruangan dance.
Artinya dia sudah resmi jadi anggota lomba dance.
Sunghoon arahkan matanya pada pantulan orang-orang yang ada di sudut belakang ruangan dari kaca. Melihat Jongseong yang tersenyum karena ucapan entah apa dari Hanbin. Lalu usapan pada bahu pacarnya yang merosot, menandakan bahwa diri yang di sana sedang dalam keadaan tidak enak. Rasanya Sunghoon ingin mengutuk dirinya sendiri.
Begitu jahat, kah? Atau memang harusnya seperti ini?
Sunghoon sadar dari apa yang dia perhatikan saat Kei menepuk bahunya, mengajak untuk latihan bertiga di sudut kanan, berbanding arah dengan Jongseong yang duduk bersama Hanbin di ujung satunya, benar-benar mengabaikan eksistensi Sunghoon, bahkan menatapnya saja tidak, setelah beberapa menit lalu pelatih mereka mengumumkan perubahan posisi team lomba.
Bukan perasaannya saja kalau Jongseong jadi diam. Dari tadi di club juga orang-orang tidak banyak bicara dengan si cerewet yang Sunghoon kenal suka diajak bicara. Mungkin orang-orang di sana tahu perasaan Jongseong yang sedang tidak enak, mungkin juga mereka segan karena Jongseong sedang dihadapkan dengan pertikaian batin yang sangat jelas tergambar dari raut wajahnya.
Sunghoon sekarang ada di belakang cowok yang sedang berjalan dengan diam itu. Bahkan sampai selesai latihan pun Jongseong masih menunggui dia, kemudian membereskan tasnya ketika dirasa latihan sudah cukup. Tapi dia diam, bicara hanya seperlunya saja.
Itu bukan Jongseong dan Sunghoon merasa sangat frustasi.
Diamnya Jongseong itu, bagi Sunghoon adalah sebuah tindakan yang betulan bisa buat dia gila. Aneh, tidak suka, marah, tapi dia bisa apa kalau yang jadi penyebab utama diamnya si pacar adalah dia sendiri?
Jadi Sunghoon hanya ikuti Jongseong yang masuk ke dalam mini market saat turun dari bus, tanpa berani bertanya cowok itu mau apa dan bagaimana sia harus bersikap.
°°°°°°
"Pulang sana, ngapain ngikut ke sini?" Jongseong yang melepas sepatunya di teras menatap Sunghoon yang ikut melepas sepatu di depannya, kerutan pada dahi jelas terlihat saat yang ditanya hanya menatap dengan mata yang dilebarkan.
"Mau main," Cicitan Sunghoon dihadiahi bola mata yang dirotasikan, menatapnya dengan malas.
"Udah malem, aku mau tidur."
Sunghoon lompat ke depan Jongseong saat cowok itu sudah hampir berbalik untuk masuk ke dalam rumah. "Apaan baru jam tujuh."
"Aku capek, beneran mau tidur."
Mungkin Sunghoon yang sedang sensitif atau bagaimana, tapi penolakan Jongseong barusan membuat gelenyar nyeri di dadanya jadi terasa. Jadi dia hanya menunduk dan mengangguk, berbalik untuk memakai sepatunya lagi.
Usapan pada pucuk kepala Sunghoon terasa, hangat sekali sampai-sampai membuat perasaannya semakin tidak enak. "Seongㅡ"
"Nanti aja ya aku mau istirahat dulu, hari ini capek banget padahal gak ngapa-ngapain."
KAMU SEDANG MEMBACA
where the sea sleeps • jayhoon
Fanfiction"Kapan jadiannya, sih?" Tanya seseorang dengan raut wajah penasaran. "Gue sama Jongseong?" Sunghoon menunjuk wajahnya sendiri. Anggukan dia terima. "Oh, dari pertama kali ketemu juga udah jadian, kata bunda sih pas gue umur 3 bulan." Cerita random t...