never not

1.7K 244 62
                                    

Sunghoon meringis saat didudukkan pada sofa ruang tamu rumahnya, bibirnya cemberut. "Seong," Panggilnya pada orang yang barusan berlari menuju buffet kayu jati yang ada di ruang tersebut, kembali lagi ke depannya setelah menemukan apa yang dia cari.

"Singkap celananya." Suruh Jongseong dengan dingin, bukan dia sekali.

Sunghoon yang mendengar nada tidak enak dari Jongseong kemudian menghela napas, menuruti apa yang diperintahkan pacarnya. Dia bisa liat ada darah segar yang tadi keluar dari lututnya, hasil pertumbukan antara tulang yang dibalut kulit dengan tanah lapangan.

Meringis sedikit saat luka itu dibersihkan dengan alkohol, dia tahan sebenarnya, karena sungguhan rasanya perih sekali! Tapi dia tidak mau pacar yang sedang telaten membersihkan lukanya itu semakin kesal, yang ada dia dimarahi habis-habisan.

Sunghoon melirik Jongseong yang sekarang menuangkan obat merah pada kapas, bisa dilihat cowok itu menghela napas juga, mungkin dia tidak habis pikir.

"Seong, jangan marah, dih."

"Diem dulu, aku mau ngomel." Jongseong kini berpindah ke samping Sunghoon, duduk menghadap dia, kemudian menari tangan kiri yang sekarang juga rasanya jadi ngilu, ternyata ada luka juga.

"Orang dibilangin jangan marah.." Cicit Sunghoon.

"Sebelum ngomong jangan marah gitu emang kamu mikirin omongan aku tadi di rumah Jaeyoon?" Kata Jongseong tegas sambil membersihkan luka di lengan Sunghoon, untung cuma baret-baret, walaupun ada darahnya, sedikit.

Sunghoon yang ditanya cuma menggeleng, tiba-tiba takut kalau Jongseong sudah bilang mau mengomel.

"Aku udah bilang kan, boleh minta mangga lapangan tapi jangan manjat, aku ambilin galah dulu. Kamu iya-iya doang taunya lari berdua Jaeyoon ninggalin aku yang lagi ambil galah. Liat nih," Jongseong mengangkat lengan kiri Sunghoon, si empu merengek perih, "ㅡtangan kamu luka, begesekan ama tanah kering, keras, mana banyak bekasan eek kucing!" Jeda Jongseong, membuang kapas bekas alkohol yang barusan dia pakai untuk luka Sunghoon.

Sunghoon sendiri masih menunduk dengan cemberut, sedikit menyesal perbuatannya.

"Gaya-gayaan ngikutin anaknya pak Kamdi manjat, dia sih ketauan sering menang lomba panjat pinang, jago, lah kamu? Jalan kaki aja masih suka keselengkat kaki sendiri. Liat juga, nih," Tunjuk Jongseong kali ini ke lutut Sunghoon, "ini luka entar malem pasti perih banget, ngilu, sakit." Dengan sengaja dia tekan luka yang sudah diberi obat merah itu dengan kapas, membuat Sunghoon menjerit karena perih dan sakit.

Sunghoon tiba-tiba mau menangis, rasanya sedih sekali saat sedang seperti ini tapi malah dimarahi, tapi memang salah dia sendiri karena lebih mendengarkan ucapan Jaeyoon untuk lomba memanjat pohon mangga, yang menang dapat traktir bakso lapangan. Anak itu sih enak, tidak jatuh dan malah dibantu anaknya pak Kamdi untuk turun.

Harusnya tadi Sunghoon menang, karena dia bisa memanjat lebih tinggi, tapi karena kakinya salah injak, dia jadi oleng dan berakhir jatuh di tanah, dilihat banyak orang yang kebanyakan anak-anak SD dan tentu saja Jongseong yang lari-larian sambil bawa galah.

Jongseong berdiri dari duduknya, membuat Sunghoon langsung melirik, ternyata mengembalikan kotak obat yang tadi dia ambil, tapi tidak kurang membuat Sunghoon deg-degan parah.

Sudah dibilang, kan, Sunghoon itu takut sekali ditinggalㅡoleh Jongseong tentu saja. Apalagi keadaannya Jongseong sedang menasehati dia. Melupakan fakta bahwa pacarnya itu tidak punya pikiran untuk beranjak dari sampingnya sama sekali.

"Mau kemana?" Tanya Sunghoon memberanikan diri.

"Nguring." Jawab Jongseong singkat, ketus sekali.

where the sea sleeps • jayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang