Chapter 5 : Fever

388 64 156
                                    

Eui sedang berada pada fase bingung untuk melakukan sesuatu. Ia telah menghabiskan satu jam di atas ayunan dengan termenung dan memikirkan apalagi yang bisa ia lakukan di rumah sebesar ini. Wanita itu sudah mati gaya.

Jungkook menyarankan untuk shopping dengan meninggalkan blackcardnya untuk Eui, namun wanita itu tidak ingin menghabiskan uang hanya untuk hal yang tidak perlu. Mencari uang itu susah dan Eui sudah pernah merasakan bagaimana sulitnya menghasilkan satu lembar kertas itu.

Eui juga sudah memiliki banyak sekali pakaian dan sepatu di lemarinya, jadi tidak ada alasan untuk menambah lebih banyak.

Jungkook itu terlalu memanjakannya.

Selain memenuhi kebutuhan Eui, Jungkook juga tidak mengharuskan Eui untuk bekerja. Entah mengapa Eui merasa paling banyak mendapat euntungan dibanding Jungkook. Sudah tidak terhitung banyaknya pengeluaran yang ia berikan hanya untuknya dan juga ayahnya yang serakah. Semakin kesini Eui merasa hanya membebani Jungkook.

Persyaratannya hanya memuruti keinginan pria itu, namun Jungkook tidak pernah meminta hal yang aneh-aneh sejauh ini. Ia hanya menyuruh untuk mengubah diri dan juga kebiasaan Eui. Tidak ada yang terlalu spesial.

Sebuah mobil bergerak masuk melewati gerbang saat Eui tengah sibuk dengan pikirannya. Itu mobil Jungkook. Tapi yang membuat Eui sampai mengernyitkan keningnya saat melihat wanita keluar dari sisi pengemudi, lalu disusul oleh Jungkook dari sisi lain.

Wanita itu mencoba merangkul tangan Jungkook namun Jungkook melepaskannya.

"Aku akan menyuruh supirku untuk mengantarmu. Maaf karena harus membatalkan yang tadi."

"Kita bisa melakukannya lain kali. Tapi apa kau baik-baik saja?"

"Aku akan menghubungimu lagi," ujar Jungkook saat mobil lain telah siap untuk membawa wanita itu.

"Jungkook-ssi, apa telah terjadi sesuatu padamu?" Eui akhirnya menghampiri saat wanita itu telah pergi. Ia menatap khawatir pada Jungkook yang saat ini menyandarkan tangannya pada tembok dengan nafas yang tersenggal.

"Aku baik-baik saja." Ucapan dan yang terlihat jauh berbeda. Jungkook hampir saja terjatuh jika Eui tidak sigap memegangnya.

Eui terkejut saat tangannya telah menyentuh Jungkook. Suhu tubuhnya begitu tinggi, Eui dapat merasakan perbedaan suhu mereka yang terpaut jauh.

"Kau demam. Biarkan aku membantumu, Jungkook-ssi."

Jungkook hanya abai dan memanggil dua orang pengawal yang tidak jauh dari sana untuk memapah tubuhnya.

Eui terus mengikut dari belakang saat pria itu dibawa menuju kamar. Ia sangat mengkhawatirkan Jungkook sekarang. Wanita itu segera mengambil obat dari kamarnya setelah melepaskan sepatu Jungkook saat pria itu telah berbaring.

Jungkook terus memejamkan matanya saat Eui ingin memberinya obat. Eui sadar jika Jungkook mencoba untuk menahan rasa sakitnya. Keringat dingin sedang bercucuran di pelipis pria itu. Sayangnya, Jungkook menolak untuk memakan obat.

"Jungkook-ssi tidak akan sembuh jika menolak untuk makan obat. Jungkook-ssi harus memakannya sekarang." Eui masih mengulurkan tangannya.

"Aku akan memakannya nanti. Kau keluar saja dan melatih tata kramamu, bibi choi akan tetap disini."

"Bagaimana mungkin aku pergi saat Jungkook-ssi sedang sakit!" Eui tidak terima saat Jungkook menyuruhnya pergi darisana, padahal Eui sangat mengkhawatirkan pria itu. "Jungkook-ssi, aku tidak tahu ini hanya perasaanku atau kau memang sedang mencoba menghindariku."

Eui sudah merasakannya sejak mereka kembali dari rumah ibunya. Gelagat Jungkook menjadi aneh. Ia lebih dingin dibanding biasanya. Pria itu juga jarang pulang ke rumah akhir-akhir ini. Bagaimana mungkin Eui tidak peka terhadap perubahan sikap yang kelewat kentara?

"Jika Jungkook-ssi merasa jika aku menyebalkan dan hanya menganggu , aku akan pergi setelah obat ini masuk ke dalam mulutmu." Eui masih bertekad. Asalkan Jungkook memakan obatnya, itu sudah cukup bagi Eui.

Mereka hanya saling menatap dalam keheningan selama beberapa detik, hingga salah satunya menyerah pada ego.

"Aku," ia tiba-tiba memalingkan wajahnya, "tidak bisa makan tablet."

"Ne? Tidak bisa makan tablet?" Eui mengerjapkan matanya. Hal ini tentu mengejutkan baginya. Bagaimana bisa masih ada orang dewasa yang tidak bisa memakan obat yang hanya sekali telan.

Eui menghancurkan obat itu setelah bibi Choi memberikan dua sendok yang sejak tadi berada di genggamannya. Pantas saja saat datang bibi Choi membawa benda itu.

Eui menarik selimut untuk Jungkook setelah Jungkook memakan obatnya. Lalu menyuruh agar semua orang yang berada disana ikut pergi agar Jungkook tidak terganggu. Eui harus menepati janjinya, andai saja Jungkook tidak menahannya.

"Apa Jungkook-ssi butuh sesuatu?"

"Tetap disini, aku hanya butuh dirimu." Anggaplah Jungkook sudah kehilangan akal saat ia mengucapkan kalimat selanjutnya. "Kau sudah berjanji untuk melakukan apapun yang aku inginkan. Kalau begitu bisakah kau menurut saat aku memintamu untuk menciumku?"

Ibu jari Jungkook bergerak menyapu bibir Eui. "Aku ingin menyentuh ini menggunakan bibirku."

Eui melihat arah pandangan Jungkook yang memberi atensi penuh pada bibirnya. Sedetik kemudian bibirnya diterpa oleh Jungkook dengan memberikan lumatan. Tengkuknya telah ditahan sedemikian rupa demi memastikan agar ciuman mereka semakin dalam.

Eui tidak pernah mempercayai ucapan orang-orang yang mengatakan jika ciuman dari permukaan bibir seseorang akan manis saat bersentuhan, hingga hari ini hal itu mengubah asumsinya dalam sekejap. Eui sampai melupakan rasa obat yang ikut menumpang di mulutnya.

***

Sudah terhitung dua hari semenjak Jungkook terbaring sakit. Eui yang merawatnya selama ini. Wanita itu merasa senang saat Jungkook sudah tidak bersikap dingin padanya.

Eui sering kali mengulas senyum kala mengingat bagaimana Jungkook menciumnya. Rasanya sungguh mendebarkan. Eui sampai sedikit berharap bisa lebih dekat dengan Jungkook atau menjalin hubungan? Memikirkannya saja sudah membuat pipi Eui memanas dan melompat kegirangan.

"Nona Lee?"

Eui melihat orang yang baru saja masuk dan membungkuk ke arahnya. Wajah dan penampilannya jelas menunjukkan bahwa dia bukan salah satu pelayan di rumah ini.

"Aku Aleyshia, orang yang dipanggil oleh tuan Gwang untuk melatihmu."

Raut wajah Eui berubah bingung. "Aku tidak berpikir jika aku memiliki pelatih untuk hal lain. Jungkook-ssi hanya memanggil satu orang untuk melatihku itupun hanya orang yang membantu cara berjalanku."

Jungkook tidak pernah memberitahu Eui jika ia akan mendapat seorang pelatih baru karena untuk hal lainnya Jungkook sendiri yang mengajari sisanya.

"Karena itu aku datang kemari. Aku adalah orang yang akan melatih cara berjalan anda sesuai perintah tuan Gwang."

"Ah, jadi Jungkook-ssi mengganti orang sebelumnya." Sayang sekali, padahal Eui sudah mulai menyukainya. Tapi jika Jungkook sudah memutuskan, mau tak mau Eui harus mulai beradaptasi dengan guru asing ini.

Wanita itu merespon dengan tawa kecilnya. "Anda berbicara seakan-akan orang lain telah mengambil posisiku padahal aku memang orang yang mengajari anda sejak awal. Karena cuaca yang buruk, pesawatku ditunda selama tiga hari dan aku baru tiba hari ini. Maafkan aku karena tidak datang di hari saat kita seharusnya sudah bertemu."

Eui terdiam. Lalu, siapa yang dulu mengajarnya?

---

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FORKERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang