Prolog

1.7K 149 13
                                    

Hope you like it~
.
.
.

"Nikah ?!"

Pemuda berparas rupawan itu berteriak pada orang tuanya, ketika mendengar bahwa ia akan dinikahkan dengan seseorang yang sama sepertinya.

"Sama laki-laki miskin kayak dia?!" tunjuknya pada sang calon suami yang bernama Lee Heeseung.

Kedua orang tua Sunghoon serempak mengangguk. Mereka sering melihat Sunghoon berfoya-foya. Rela menghabiskan uang berjuta-juta hanya untuk pacarnya. Sunghoon mereka terlalu polos. Mereka tidak ingin Sunghoon menjalin hubungan lebih lama lagi dengan gadis muka dua itu.

Dan inilah yang terjadi. Berbekal firasat baik, mereka menjodohkan Sunghoon dengan seorang pemuda yang mereka temui di toko gerabah kemarin sore.

"Iya, Sayang. Kamu harus mau karena Heeseung itu pemuda yang baik dan pekerja keras. Kamu itu cocok sama dia. Percaya sama mama deh," tutur mama Sunghoon sembari meminum secangkir teh ditangannya dengan anggun.

Sunghoon berjalan mendekat kearah Heeseung. Mengamati penampilan pemuda itu dari atas hingga bawah. Bibirnya berdecih setelah melihat pakaian kumal yang dikenakan oleh 'sang calon suami'

Ugh ... Sunghoon benci mengakuinya.

"Ma, dia itu miskin! Mama lihat sendirikan bajunya ini kucel banget. Lagian kan Sunghoon udah punya pacar ma, pacar Sunghoon cantik ngga kayak dia. Pacar Sunghoon juga kaya, dia setara sama kita. Intinya, pacar Sunghoon itu jauh lebih baik dari dia."

Papa Sunghoon terkekeh kecil. Ia meletakkan koran yang tadi dibacanya diatas meja. Dengan santai, papa menghampiri putra tersayangnya yang sedang diselimuti amarah.

"Papa sama mama ngga peduli calon kamu ini dari kalangan mana. Mau setara atau ngga, kami ngga peduli selama itu baik buat kamu. Kami cuma ingin kamu nikah sama orang yang tepat." Setelah itu papa Sunghoon beserta mamanya pergi menuju kamar mereka yang berada dilantai bawah.

Hanya tersisa Sunghoon dan Heeseung diruang tamu yang luas dan mewah itu.

Heeseung melirik Sunghoon sekilas. Terlihat sekali jika Sunghoon tidak suka padanya. Sunghoon benci melihatnya. Memang, Heeseung juga sadar jika ia tidak pantas untuk bersama dengan seseorang seperti Sunghoon. Mereka memiliki banyak perbedaan. Yang terjelas adalah status sosial mereka berbeda, Sunghoon yang tiap harinya bergelimang harta, sedangkan ia yang tiap harinya sibuk dengan tanah liat, membentuknya agar menjadi barang yang bernilai jual.

Saat itu, Heeseung berniat menutup toko gerabahnya. Namun, seorang wanita datang dan berkata ingin membeli guci gerabah yang terpajang di depan toko. Katanya guci gerabahnya itu cantik. Heeseung merasa tersanjung. Sebagai bentuk terima kasihnya Heeseung memberikan satu buah guci untuk wanita itu.

Heeseung tidak menyangka tindakan kecilnya dengan memberikan hadiah pada wanita itu, membuatnya terseret ke dalam perjodohan yang sangat dadakan.

Demi apapun. Heeseung benar-benar terkejut.

"Lo, inget ini baik-baik. Gue, ngga akan pernah suka sama lo, sedikitpun ngga akan. Dan jangan harap gue bakal perlakuin lo dengan baik. Asal lo tau, gue cuma mau bergaul atau nerima orang yang setara sama gue. Yang miskin kayak lo, sampai kapanpun ngga akan masuk circle gue. Lo inget itu," kata Sunghoon. Ia lalu mengenakan jaketnya yang tergeletak diatas sofa.

Sunghoon mengambil beberapa uang dari dalam dompetnya, ia melemparkan uang itu tepat pada wajah Heeseung. "Tuh, lo pungut deh uang gue. Kalo masih kurang bilang aja, gue kasih, asal lo jangan nampakin diri didepan temen-temen gue. Cuma bikin malu."

Heeseung memunguti beberapa lembar uang yang jatuh dilantai. Setelah semua uang itu terkumpul, ia mengembalikan kembali pada Sunghoon. "Saya tau saya miskin, tapi ibu saya ngajarin buat ngga minta-minta atau nerima uang suap dari orang. Karena tanpa minta-minta dan uang suap itu, saya bisa hasilin uang sendiri."

"Sombong banget lo, sadar lo tuh miskin! Uang lo itu ngga banyak jadi terima aja. Gausah sok jual mahal deh, Lo."

"Uang saya emang ngga sebanyak uang kamu. Tapi saya bersyukur. Seengaknya saya punya sedikit rejeki buat menuhin kebutuhan saya tanpa bergantung pada orang lain." Heeseung tersenyum tipis diakhir katanya. Ia hanya mengatakan apa yang ia rasakan.

"Bahasa lo itu ketinggian buat lo yang statusnya cuma orang miskin," ejek Sunghoon. Entah kenapa ia merasa kesal dan benci dengan calon suaminya ini. Mungkin ia benci karena Heeseung bisa mengambil hati kedua orang tuanya, sedangkan pacarnya yang sudah berhubungan selama dua tahun itu tidak bisa melakukannya. Bahkan untuk saling sapa saja sepertinya kedua orang tua Sunghoon merasa enggan.

Itu hanya kemungkinan penyebab Sunghoon membenci Heeseung. Sebenarnya Sunghoon merasakan sesuatu yang membuatnya membenci yang lebih tua.

Dimana saat Heeseung menatapnya dengan teduh. Membalas lontaran kasarnya dengan kesabaran. Berbicara padanya dengan penuh kelembutan seakan takut menyinggung perasaannya.

Apa-apaan itu?!

Sunghoon benci. Benci karena ia merasa jantungnya berdetak tak karuan.

Lihat saja, Sunghoon akan membuat Heeseung tidak betah dengan pernikahan mereka



























































































































Jangan lupa vote & comment

See u~

Nacthmerrie | HeehoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang