Belum siap kehilangan - Stevan Pasaribu
Happy reading..😘
Matahari tampak memunculkan dirinya dari permukaan. Kanaya gadis bermata teduh masih tampak termenung, lingkar matanya tampak terlihat. Kristal bening tampak menumpuk di pelupuk matanya.
Bayangan akan kedua orang tuanya selalu terngiang di kepalanya. Air mata itu tanpa lelah terus menetes di pelupuk matanya. Pipinya yang sudah kering kini kembali basah.
Flashback on
Pagi itu, Damara beserta istrinya Ussy tampak rapih. Damara yang mengenakan kemeja dan juga Ussy yang mengenakan gamis. Hari itu, keduanaya nampak berbeda, cahaya tampak terus menyinari wajah mereka.Senyuman tak pernah lepas dari bibir Ussy begitupun Damara. Ketiga anak mereka hanya tersenyum bahagia melihat keharmonisan kedua orang tuanya.
Walaupun keduanya sudah berumur, mereka tampak tidak pernah bosan untuk menunjukkan kepada anak-anaknya bahwa mereka saling menyayangi satu sama lain.
"Umi dan Abi di Lombok selama satu Minggu. Abang Al dan Abang Vero jangan lupa jagain Nay ya. Selalu mengingatkan kebaikan satu sama lain.'' pesan Ussy kepada kedua anak lelakinya,
Lalu tangannya terulur mengusap pipi Kanaya, mengelusnya dengan penuh sayang.
"Nay harus nurut sama Abang-abang ya, jangan lupa terus jaga shalatnya. Tetap Istiqomah dalam mengenakkan hijab. Jangan terlalu memikirkan yang lalu.''
Kanaya menganggukkan kepalanya, "iya mi, Umi dan Abi hati-hati, jangan lupa kabarin kami kalau sudah sampai ya.''
"Pasti sayang, Umi dan Abi pasti kabarin. Kalian jaga diri baik-baik ya. Umi dan Abi sedih kalau kalian kenapa-napa.''
"Umi dan Abi gak usah khawatir, Vero dan Bang Al pasti jagain Nay.''.
"Iya sayang, Umi percaya. Jangan berantem, harus saling sayang. Sesama saudara harus saling menyayangi.''
Ketiganya menganggukkan kepalanya, setelahnya Ussy mencium kening anak-anaknya satu persatu.
"Umi dan Abi pamit. Assalamualaikum.''
"Wa'alaikumsalam.'' sahut mereka secara bersamaan.
Flashback off
Kanaya mengusap kedua pipinya. Mengingat kata-kata yang di ucapkan Ummi nya sebelum pergi, membuat dada Kanaya semakin sesak.
Tangis Kanaya seketika pecah, raungan demi raungan ia lontarkan. Bibir serta mulutnya tak berhenti memanggil kedua orang tuanya.
Al dan juga Vero semakin khawatir akan keadaan Kanaya. Gadis kecilnya tampak begitu rapuh, keduanya langsung menuju kamar Kanaya tatkala mendengar suara teriakan Kanaya.
"Nay..'' panggil keduanya, tatkala melihat keadaan Kanaya yang begitu mengenaskan
Al segera memeluk tubuh Kanaya begitu erat, menyalurkan segala sisa kekuatannya untuk Kanaya. Sedangkan Vero, pemuda itu hanya menunduk membelakangi Kanaya. Vero tidak sanggup melihat keadaan Kanaya yang begitu rapuh.
Ia hanya mengeram sembari mengepalkan tangannya, menahan tangisnya yang pada akhirnya pecah juga. Tangis yang selama ini ia tahan dengan begitu mudahnya lolos begitupun dengan Al. Pemuda itu pun tampak tak malu mengeluarkan tangisnya.
Tangisan kehilangan, tangisan kerapuhan dan tangisan kesakitan. Tangisan yang mereka benci.
Al mengusap kerudung Kanaya dengan begitu sayang, sedangkan Kanaya ia hanya terus meraung sembari terus memanggil kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOGETHER FOR JANNAH✓
Teen FictionBagaimana jika seorang Ardha Anaka Isfa, yang bersikap dingin bertemu dengan seorang Kanaya Zulfa? Gadis berhijab yang memiliki sifat pemalu. Lantas bagaimana cara mereka mengikrarkan janji suci mereka diumur mereka yang masih belia. "Kalau kita pun...