407

5.3K 677 30
                                    

"Putra Kekaisaran, apakah kau benar-benar menginginkan Tahta Naga?" Tidak ada sedikit pun ketakutan di wajah kaisar dan suaranya tidak terdengar sebaik di masa lalu.

"Ayah Kekaisaran, bukankah ini yang selalu ingin kau lihat? Bertahun-tahun ini, kau tidak ingin menunjuk putra mahkota. Bukankah kau ingin melihat kami bersaudara memperebutkan posisi kaisar?" Seru pangeran pertama dengan kejam.

Kaisar terkekeh. "Kau benar. Bukankah setiap raja sejak dahulu kala menggunakan metode ini untuk menyingkirkan ahli waris yang lemah dan tidak berguna? Memang, aku tidak ingin menunjuk putra mahkota karena aku berharap kalian semua menjadi dewasa lebih cepat dalam kompetisi yang setara. Tapi aku tidak pernah berpikir bahwa kau akan sebodoh itu melakukan hal konyol untuk merebut takhta. Apakah kau tidak takut ditolak oleh orang-orang?" Kaisar mendesah.

"Ditolak oleh orang-orang? Saat aku naik tahta, siapa yang berani menolakku?" Jawab pangeran pertama acuh tak acuh, wajahnya dipenuhi dengan ketetapan hati yang kejam.

"Kau benar. Untuk bisa mengucapkan kata-kata seperti itu, kau memang keturunan dari keluarga kerajaan. Namun, apakah kau benar-benar berpikir bahwa dengan membunuhku kau akan memenuhi syarat untuk menjadi kaisar dan siap untuk mulai memberikan perintah nasional kepada para pejabat?" Kata Kaisar dengan berat. Tatapan yang dia berikan pada pangeran pertama penuh dengan kekecewaan.

"Tentu saja, menurutku tidak akan semudah itu," ejek pangeran pertama. Dengan lambaian tangannya, sekelompok prajurit berbaju hitam membawa lebih dari sepuluh pemuda dan pemudi. Mereka adalah pangeran dan putri lainnya.

"Ini semua adalah orang-orang yang berhak mewarisi tahta Negara Nan Xia. Jika aku membunuhmu dan kemudian membunuh mereka semua, termasuk Fu Chengyu yang ada di sebelahmu itu, siapa lagi di seluruh Negeri Nan Xia, selain aku, yang masih memenuhi syarat untuk menjadi kaisar?" Tanya pangeran pertama sambil mencibir.

"Membunuh seluruh keluargamu... Kau benar-benar Putra Kekaisaran yang baik." Melihat situasi saat ini, emosi kaisar mulai terlihat. Kaisar menghela nafas, merasa sedikit sedih dan sakit hati.

"Kaulah yang memaksaku," balas pangeran pertama sambil mengerutkan kening dan menatap langsung ke kaisar. Tidak ada rasa penyesalan dalam dirinya sama sekali.

Kaisar menggelengkan kepalanya ketika dia melihat pangeran pertama dengan kecewa.

"Ayah Kekaisaran, jika kau tidak ingin melihat orang-orang ini mati secara brutal di depan matamu, akan lebih baik bagimu agar memberlakukan dekrit kekaisaran untuk menyerahkan takhta kepada saya," instruksi pangeran pertama saat dia memandang kaisar dengan percaya diri dan pasti.

"Dan apa yang akan terjadi pada kita setelah itu?" Tanya kaisar dengan tenang.

"Setelah itu, secara alami aku akan membiarkanmu, Ayah Kekaisaran ku, diam-diam menjalani sisa tahun-tahunmu. Kau akan berumur panjang," jawab pangeran pertama.

"Dan bagaimana dengan mereka?" Tanya Kaisar.

"Mereka? Tentu saja aku akan menemukan rumah yang baik untuk mereka, Ayah Kekaisaran. Yakinlah!" Kekeh pangeran pertama sebelum mengeluarkan suara tawa gila.

Siapapun bisa dengan mudah menyimpulkan makna di balik tawa gila itu. Saat dia berhasil merebut takhta, kenapa pangeran pertama membiarkan orang-orang ini terus hidup di bumi ini? Apa yang disebut 'rumah yang baik' yang telah dia persiapkan untuk mereka hanyalah kuburan untuk meletakkan tubuh mereka.

•••

"Br*ngsek. B*jingan bermuka dua! Lepaskan aku! Lebih baik kau biarkan aku pergi secepatnya," geram putri kelima. Wajahnya memerah karena marah saat dia secara terbuka mengutuk pangeran pertama.

"Ternyata, anak yang paling disukai Ayah Kekaisaran adalah Yang Mulia, Putri Kelima. Ck ck ck, kadang-kadang aku bahkan berpikir bahwa jika kau adalah seorang putra dan bukan seorang putri, Ayah Kekaisaran sudah sejak lama menetapkanmu sebagai Putra Mahkota. Tetap saja, itu akan sangat disayangkan. Biarpun kau adalah Putra Mahkota, kau tetap akan dikalahkan oleh tanganku," kata pangeran pertama dengan sinis sambil menyeringai.

"Biarkan aku pergi. Jika tidak, ketika tuanku kembali, kau pasti akan mati di tangannya tanpa harapan untuk penguburan yang layak." Meskipun berhadapan langsung dengan situasi yang mengerikan di mana dia terjebak oleh kematian, putri kelima sama sekali tidak takut saat dia menegur pangeran pertama dengan ekspresi dingin. "Kau adalah pangeran pertama dari keluarga kerajaan ini, namun kau ingin membunuh kami semua dengan darah dingin. Bau di namamu akan tercium selama puluhan ribu tahun yang akan datang!"

"Pfft. Apakah kau berbicara tentang Ling Chuxi? Aku harus mengecewakanmu. Dia tidak akan pernah bisa kembali lagi," geram pangeran pertama saat dia dengan kejam melirik putri kelima.

"Apa? Apa yang sedang kau bicarakan? Tuan, dia... Apa yang kau lakukan pada tuanku? Dasar b*jingan! Katakan padaku apa yang kau lakukan pada tuanku?!" Raung putri kelima. Dia mengerti arti kata-kata pangeran pertama dan ekspresinya membeku sebelum meneteskan air mata. Putri Kelima tidak lagi memiliki kedinginan dan ketenangan yang dia tunjukkan sebelumnya. Air matanya yang mengalir mengungkapkan rasa sakit di hatinya.

[3] Permaisuri Beracun yang MengejutkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang