Diandra terpekur, merenungi hidupnya. "Rasanya kayak produk gagal deh hidupku ini, pengen ngilang aja. Aku capek, Angga ga akan sebaik ini kalo tau masa lalu ku" helaan demi helaan lolos dari bibirnya.
Dan kini yang terdengar hanya isak tangis sesenggukan, terdengar menyakitkan.
"Kalo aku bunuh diri masalahku akan pergi tapi, tapi malah Nemu masalah baru. Aku juga ga sanggup di panggang di neraka" tangis kembali pecah. Ah benar-benar memilukan.Tok-tok-tok
Tok-tok-tok"Diiiiii, aku tau kamu di dalem. Buka pintunya cepetan!!! Aku bawain martabak coklat kesukaan kamu nih, ada cilor jugaaa... Buruaan Diii" Ami datang sambil membawa begitu banyak makanan dan tentu saja rasa kepo yang membuncah.
"Didi cintakuu bukain pintunya, buru ih. Aku kangen nih" suara gedoran pintu makin mengeras.
Diandra sudah berdiri di ambang pintu. Ceklek, suara pintu terbuka.
"Ngapain kesini? Pulang sana, aku nggak laper!! Hush hush" usir Diandra tentu dengan wajah cemberut."Astaga Didiii, tega banget sih. Sahabat Dateng tu disambut dengan kasih sayang tauu" Ami menerobos masuk lantas menutup pintu kamar.
"Gelap banget sih, nolep sih nolep Dii, tapi jangan pas ada aku dong. Nyalain lampunya yaa" Terang sudah, lampu menyala dan seketika Amini terperanjat.
"Astaghfirullah kamu kenapa, abis nangis kan? Matanya sembab banget. Ada apa? Pantesan Hp dimatiin, nangis dipojokan ternyata" Amini mendekat dan memeluk Diandra.
Ditepuknya pundak sahabatnya itu. Ami tau Diandra terluka, menangis bukanlah kebiasaan Diandra namun jika sampai Diandra menangis berarti masalahnya serius, sejak SMP Amini hanya 3 kali melihatnya menangis."Nangis aja, percaya sama aku, aku bakal bantuin kamu. Jangan dipendem sendiri. Kamu punya aku, sahabat terbaikmu. Okay, kamu bisa berbagi ke aku. Pundak ku siap jadi sandaran mu" Ami terus mengusap punggung Diandra. Getir melihat Diandra terpuruk seperti ini.
"Ngapain Dateng?" Diandra melepaskan pelukannya.
"Aku pengen sendiri, sana pulang" dan isak tangis kembali pecah."Cup-cup, udahan nangisnya nanti martabak sama cilornya keburu dingin. Nggak enak dimakan ntar. Makan dulu yuk" Ami membimbing Diandra duduk.
Diandra duduk sambil memandangi Ami yang dengan semangat 45 nya menata aneka makanan itu.
"Aaa, coba buka mulutnya" Ami sudah siap mendaratkan sepotong martabak ke mulut Diandra.Seperti kerbau dicucuk hidungnya Diandra menurut.
"Martabaknya enak, ini yang di depan pak Ateng itu?" Tanya Diandra sambil terus mengunyah martabaknya."Iya Dii, menurut kabar angin rasanya seenak itu. Dan ternyata bener, syukurlah" Ami tertawa bahagia.
"Aku kelinci percobaan dong, kalo tadi ga enak aku muntahin ke bajumu loh" Diandra kembali mengerucutkan bibirnya namun tangannya kembali meraih satu martabak lagi.
"Tapi enak kan? Ga mengecewakan. Eh tadi itu nangis kenapa sih? Kamu pasti kelaperan banget yaa, ini makannya semangat banget" cengiran timbul di wajah Ami menyaksikan Diandra makan dengan sangat nikmat dan antusias.
"Iya kan kalo abis nangis pasti laper mii,, untung kamu bawa makanan banyak. Makasih ya" Diandra tersenyum seolah lupa bahwa tadi telah menangis sejadi-jadinya.
"Cilor aku mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Berang-Berang Pengabdi Cilor
General FictionCewek pecinta Siwon Suju, Chanyeol EXO dan Min Yoongi BTS harus patah hati karena kuliah di kampus yang dia cintai tapi tidak dengan jurusannya. Hingga tiap hari cuma bisa menangis dan merutuk, apakah obat dari kegalauan yang tak berujung ini? mampu...