Suara kunci pintu utama apartemen di lantai 11 itu terdengar dibuka dari luar. Dea yang sedang bermalasan di sofabed sambil mengganti channel televisi, dengan handuk yang masih terlilit di rambut yang berwarna golden brown, tetap pada posisinya. Cuek. Dea yakin bahwa Amara yang membuka pintu utama apartemen yang mereka tinggali bersama itu.
Jarum panjang jam dinding di apartemen dengan nomor 11 A9 itu hampir menunjuk di angka 12 sedangkan jarum pendek di angka 6. Bila sesore itu kepala Dea sudah terlilit handuk, artinya dia sudah mandi dan kemungkinan akan ada acara keluar. Amara yang baru pulang kerja setengah melempar tas kerjanya ke karpet bulu yang ada di bawah sofabed. Kemudian setengah membanting badannya dengan muka agak ditekuk, di sebelah Dea yang sibuk mengudap makaroni goreng. Masih dengan sikapnya yang tidak peduli lingkungan.
"Tumben kamu sudah mandi, mau jalan ya?" tanya Amara penuh selidik pada teman satu atap yang telah dikenalnya sejak zaman Ospek kuliah.
"Hooh, hihihi.. Aku mau kencan sama David," sahutnya sambil memasang muka cekikikan."David?" Amara bertanya heran, "yang mana lagi itu?"
"Itu lho cowo Perancis yang aku ceritain kemarin, yang kenal dari Finder itu," Dea mengerling.Amara tidak terlalu menanggapi. Mungkin dia lupa yang mana lagi laki-laki yang akan dikencani Dea. Amara makin menekuk muka. Garis bibirnya melengkung ke bawah. Menunjukkan mood yang kurang baik.
"Ngapa dah itu muka ditekuk begitu, Bu? Bete sama bos Adit atau kesel sama teman-temanmu yang centil itu?" setengah kepo tetapi tetap berhati-hati, Dea bertanya pada Amara.
"Kamu cepet banget sih dapet kenalan cowo cakep, bule pula... Sementara aku jomlo tiada akhir," Amara mengungkapkan kekesalannya tetapi sebenarnya bukan itu alasan utama mukanya sebegitu kesal sore itu.
Dea tahu Amara belum terbuka sore itu tetapi dia tidak terlalu peduli. Seperti biasanya, Amara pasti akan cerita kalau hatinya sudah lega. Tidak usah ditanya. Nanti akan cerita sendiri."Makanya, buruan install Finder, Bu, banyak cowo-cowo lucuk di sana, meskipun yang bangsat juga banyak," kata Dea sambil membuka handuk di kepalanya dan beranjak berdiri masuk ke kamarnya.
"Cara maennya gimana? Aku kan ga paham binder-binderan kaya gitu...." sahut Amara.
"Finder, Bu, bukan binder.. Yakalik catetan kuliah kalau binder," Dea setengah berteriak dari kamarnya di antara desingan suara hair dryer. "Coba install dulu deh, baru nanya," tambahnya.Amara makin terlihat kesal. Dia beranjak juga dari sofabed dan masuk ke kamarnya.
=======
Hello 👋 Mi-Love,
Ini project baruku ya. Project ini dimentori oleh kak BelladonnaTossici9
Sahabat- yang belajar barengan antara lain ansenoklas furadantin LudiraLazuardi sweet-stripes Zeanisa_ tabinacarra10 Halamanbaru
So pasti mereka juga upload project terbaru mereka yang seru abis. Jangan lupa mampir juga ke lapak mereka ya, Mi-Love.
Your Love,
Mila
KAMU SEDANG MEMBACA
Virtual Love
RomanceSebagian orang tidak mempercayai cinta yang secara virtual. Sebab di dalamnya terasa hanya berkencan dengan bayang-bayang belaka. Tidak real. Amara juga berpendapat demikian. Menjalani hubungan jarak jauh menurutnya mustahil dilakukan. Namun, kepena...