Cleaning service masih belum menyelesaikan rutinitas pekerjaannya saat Amara sampai di dealer tempatnya bekerja sebagai SPG. Itu artinya waktu belum menunjukkan pukul 09.00. Jam operasinal dealer mobil mewah dari Jerman ini memang buka sejak pukul 09.00 hingga pukul 17.00.Sebagai seorang SPG, penampilan dituntut yang utama. Demikian juga di tempat Amara bekerja. Dengan segmen customer yang high-end, tidak hanya harus tampil menarik dan cantik, para SPG juga disarankan berpakaian sedikit terbuka meskipun masih terkesan sopan. Memakai rok setengah paha adalah seragam Amara sehari-hari. Amara sudah terlatih memakai seragam seperti itu. Termasuk juga menerima lirikan-lirikan nakal dan genit para calon customer.
Berbeda dengan kawan-kawan SPG yang lain yang kerap datang lebih awal untuk berdandan di kantor, Amara memang lebih menyukai berdandan dari apartemen. Andaipun perlu berdandan, itu hanya sekadar touch up.
Menghilangkan minyak yang muncul atau mengusap tetes keringat.
Kesempatan berdandan ini sebenarnya dipakai oleh para temannya untuk menggunjing. Membahas segala hal. Seperti lambe turah. Mulai membahas artis, kafe baru, calon customer yang dapat dipepet, serta membahas bos mereka. Pak Aditya Akbar Wibawa. Karena Amara tidak ikut berdandan di ruang ganti bersama teman-temannya, dia sering ketinggalan gossip baru. Hal ini juga yang kemudian lambat laun membuat jarak antara Amara dengan teman-temannya. Meskipun tidak tampak bermusuhan, tetapi jarak itu tiba-tiba muncul dan membentang. Amara dianggap sombong dan tidak mau bergaul. Padahal sifat asli Amara memang pendiam dan pemalu.
Sosok Aditya ini memang menjadi incaran para SPG dan karyawan lain, bagian gudang dan administrasi. Belum lagi sales leasing yang juga ikut ngantor di dealer, mereka juga sering terlihat ikut menggunjing pimpinan dealer itu.
“Ehemmm…”
Amara yang sedang beberes meja kerjanya mendengar suara khas deham laki-laki yang melintas di hadapannya, sontak mendongak dan menganggukkan kepala.
“Selamat pagi, Pak Adit,” sapa Amara penuh takzim.
Amara berdiri dengan sigap dari balik meja. Demi mengetahui bosnya itu berhenti tepat di depan mejanya.“Ya, pagi. Kamu terlambat lagi hari ini?”
“Maaf, Pak? Maksudnya?”
“Hmmm… pakai nanya maksud…. Pertanyaan saya kan sudah jelas. Apa kamu terlambat lagi pagi ini?”
Ingin sekali Amara mendebat Aditya, pimpinan cabangnya itu. Tetapi logikanya masih berpikir bila mendebat dengan cara yang tidak baik itu bahkan dapat memengaruhi penilaian bosnya itu kepadanya. Amara urung. Memilih menjawab untuk mencari aman.
“Pagi ini saya datang pukul 08.30 an, Pak.”
Menurut Amara menyampaikan fakta adalah cara paling aman pagi ini daripada mendebat bos yang disebutnya termos es itu.
“Nanti jam 10, kamu ke ruangan saya! Ada yang ingin saya bicarakan denganmu,” perintah Aditya.
“Baik, Pak.”
Amara menjawab singkat. Tidak yakin apakah Aditya mendengar jawabannya itu karena sudah melangkah berlalu.
Seperti biasa briefing singkat pagi diadakan tepat pukul 08.45. sehingga saat jam operasional pukul 09.00, semua orang sudah kembali ke posisi kerjanya masing-masing. Setiap karyawan yang tidak mengikuti briefing pagi akan terlihat dan tercatat.Setiap orang bergiliran memimpin briefing. Kali ini briefing dipimpin oleh Mario. Teman Amara yang juga sales. Setelah Mario menutup briefing tepat pada pukul 09.00, saat setiap peserta briefing berdiri dari kursi di ruang meeting untuk kembali ke meja kerjanya masing-masing, suara Aditya seperti memecah keheningan.
“Amara, jangan lupa ke ruangan saya tepat pukul 10. Saya tunggu!”
Tidak hanya Amara yang kaget dengan perintah itu, Mario dan karyawan lain juga kaget.
“Baik, Pak Adit,” Amara menyahut cepat agar dirinya tidak makin menjadi pusat perhatian.
Tak ayal, seluruh peserta briefing pagi itu kembali kasak-kusuk membahasnya. Mereka juga bertanya-tanya ada apa tiba-tiba bos mereka yang berwajah turunan Timur Tengah itu memanggil Amara secara khusus.
===next===
Masih lanjut ya Guys ini bab 3 nya🙏🏻
![](https://img.wattpad.com/cover/257258930-288-k217227.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Virtual Love
RomanceSebagian orang tidak mempercayai cinta yang secara virtual. Sebab di dalamnya terasa hanya berkencan dengan bayang-bayang belaka. Tidak real. Amara juga berpendapat demikian. Menjalani hubungan jarak jauh menurutnya mustahil dilakukan. Namun, kepena...