Hati yang Berbunga

21 7 1
                                    


Dea ikut gembira saat mengetahui teman satu  apartemennya mulai membuka diri. Sehari setelah pulang kencan dengan David, bule Perancis yang dikenalnya dari Finder, Dea mulai memberondong Amara dengan beragam pertanyaan. Antara gembira dan was-was kalau temannya itu berkenalan dengan lelaki yang tidak baik.

“Jadi udah tukeran nomor WA belum sama sang Pangeran?” Dea mulai meledek Amara sore itu sepulang Amara dari pekerjaannya.

“Apaan sih…” sahut Amara sambil pura-pura cemberut. Padahal sebenarnya hatinya berbunga-bunga.

Dalam chatnya dengan Danar yang terlatih merayu perempuan, Amara mulai merasa bahwa mendapat perhatian itu menyenangkan. Membuat tiba-tiba perut penuh dengan kupu-kupu.

“Yah…. Kan aku nanya beneran. Kalian hanya sebatas di aplikasi aja atau real juga. Aku kan ingin mastiin kalau kamu ga dimakan sama laki-laki predator yang banyak beredar di dating apps kaya gitu,” Dea menjelaskan tujuannya dalam menanyakan sosok akun Prince itu.

“Bentar, laki-laki predator itu yang gimana maksudnya, Dea?” raut Amara menjadi sedikit tegang dan mengambil posisi duduk seolah akan membahas sesuatu yang serius.

Demi melihat raut muka Amara yang serius itu, Dea sebenarnya ingin tertawa terbahak. Dea tidak yakin bahwa temannya itu tidak paham, tetapi kalau melihat pengalamannya bergaul dengan laki-laki, wajar rasanya kalau Amara memang tidak tahu laki-laki predator yang banyak beredar melalui aplikasi kencan seperti Finder itu.

“Maksudku, predator itu jenis cowo yang hanya ingin mendapatkan kesenangan seks saja. Tidak ingin menjalin hubungan secara serius. Atau yang mungkin memanfaatkan kita. Paham kan kamu maksudku?”

“Tapi gimana mau untuk kesenangan seks, kan ini hanya virtual. Tidak ada kontak fisik,” Amara mencoba berkilah sambil mengutarakan opininya.

“Ya itu awalnya. Namanya manusia kan kalau ngobrol udah nyambung pasti pengen ketemuan kan? Contohnya aku sama David. Setelah kami ngobrolnya nyambung kan tukeran nomor WA lalu ketemuan. Nah, saat perkenalan awal itu aku yakin kamu bisa memilah dan memilih mana cowo yang otaknya isinya seks mulu atau yang emang ingin menjalin hubungan dengan baik. Yah, setidaknya engga harus berpacaran, tetapi menjadi teman yang baik. Kira-kira begitulah,” Dea akhirnya merasa perlu memberikan banyak informasi tentang bagaimana Amara harus bersikap di dunia maya.

Karena Dea dan Amara menjalani kehidupan yang berbeda setiap harinya. Dea yang cukup terkenal di dunia maya, sementara Amara setiap hari berhadapan dengan orang-orang real.

“Cewe cakep kaya kamu pasti banyak yang swipe kanan di Finder, Ra. Apalagi kalau kamu posting foto full body… beugh pasti sangat menarik untuk digoda oleh mereka para predator. Kamu tetap berhati-hati, ya,” Dea mengakhiri wejangannya untuk Amara petang itu sambil beranjak bangkit dari tempat mereka duduk.

“Eh mau kemana lagi kamu malam ini?”

“Aku cuma mau turun, ambil pesenan Go Food.”

“Nitip dong sekalian beliin apa gitu di bawah. Aku laper nih,” pinta Amara.

“Hadeuh…. Ganti baju sana, jalan aja sekalian kita bareng.”

“Ya udah…. Tungguin ya,” teriak Amara sambil bergegas masuk ke kamar untuk mengganti baju.

---

[Halo Princess, gimana cerita hari ini?]

Amara mendapati notifikasi chat dari Finder saat sedang tiduran setelah ngemal sebentar bersama Dea di mal yang terletak melekat dengan unit apartemen tempat mereka tingga. Si akun Prince kembali mengirim chat terlebih dahulu.

Virtual LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang