Menjelang akhir musim kemarau di Indonesia.
Cuaca sudah terasa terik meski pagi baru menyapa. Musim kemarau begini, rasanya malam memang berlangsung lebih singkat meski perbedaannya tidak terlalu signifikan.
Libur pergantian tahun ajaran baru juga sudah selesai.
Waktunya anak-anak kembali sekolah.
"Cio!! Coral!! Ayo bangun! Nanti kalian terlambat ke sekolah!" Wanita yang rambutnya digelung itu membuka tirai jendela kamar loteng yang ditempati 2 anak lelakinya. Cahaya matahari yang menyilaukan langsung menerpa tepat ke loteng rumah sederhana mereka.
Cio, si sulung, menggeliat pelan dan menyembunyikan wajahnya di antara tumpukan bantal. "5 menit, Mama,,"
"Coral!"
"Hmm, me too, Mama,, aku masih ngantuk,," sahut Coral, si anak tengah, mengikuti jejak kakaknya yang masih enggan bangun.
Dengan gemas, wanita itu menarik selimut yang dipakai masing-masing anak lelakinya, juga meraih bantal yang menutupi wajah keduanya dan berdecak heran. Susah sekali membangunkan laki-laki di rumah itu.
Kemudian ia berlalu ke kamar bawah yang ia tempati bersama suaminya dan si bungsu yang masih bayi.
Cissy, bayi berusia 6 bulan itu menangis kencang mencari keberadaan sang Mama.
"Iya, sayang,, Mama disini,,"
"Hhmmaaa,,"
"Cissy kenapa hmm? Mau minum, sayang? Iya?"
"Hmmmaaamaa,,"
"Embun, dasi aku yang marun dimana? Yang ada garis-garisnya warna kuning?"
Wanita yang hendak menyusui Cissy itu, Embun Ketiga, menoleh pada Dante Amadeo yang melongok dari balik pintu lemari di kamar mereka, wajahnya tampak bingung. "Semalam kamu minta disiapin dasi yang hitam polkadot loh."
Dante nyengir. "Perubahan rencana. Hari ini bakal ada tim dari Bangka buat survei laut."
Embun mengerjap bingung. "Terus kenapa malah ribet nyari dasi?"
Dante menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Biar oke aja."
"Kamu ngga pake dasi juga udah oke kok. Asal rambutnya ngga gondrong aja biar ngga dikira rumput laut, mas," ujar Embun yang polos, dan sekarang sudah menyusui Cissy karena bayi perempuan itu berhenti merengek.
"Jadi ngga pake dasi dong aku?"
"Hu'um. Kalau mau pake dasi yang marun, pake yang polkadot putih di sebelah kiri atas. Soalnya yang kamu cari masih di jemuran."
Bukannya kembali ke lemari untuk meraih dasinya, Dante malah menghampiri istrinya dan mengecup puncak kepalanya dengan lembut. "Ajaib banget ya Mama kamu, dek. Tau aja dimana printilan Papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Embun Ketiga
Fanfiction"Kita bisa ikut kamu. Asal kamu jangan ninggalin saya sama anak-anak. Embun, kita semua butuh kamu." Masih tentang harapan untuk menetap. Dante yang tau kalau ia telah mengawali segalanya dari kesalahan.