구(Yongi yang menggemaskan)

13 5 4
                                    

》aku ingin mencubit pipinya terus, dia sangat imut《
~kjt







Sejak beberapa jam yang lalu, atensiku terus mengarah pada Taeyong. Dalam kertas, tertulis pria ini berumur 25 tahun, tetapi ada yang aneh dengannya. Dia seperti anak kecil.

Lelehan es krim di sudut bibirnya, membuatku refleks menjulurkan tanganku.

"Hm?"

Aku tak sadar tanganku saat ini menyentuh sudut bibir Taeyong. Buru-buru aku menariknya.

"Jennie mau es krim Yongi?" Dia menawariku. Aku tentu saja menolak.

Entah sudah berapa kali aku menyebut pria di sampingku ini aneh. Dia pria dewasa ingat? PRIA DEWASA! tetapi, dia memanggil dirinya sendiri dengan nama? Ah, aku lupa dia pasienku. Jika dia waras, tak mungkin dia di sini.

"Yongi."

Terpaksa aku memanggilnya 'Yongi' sesuai pintanya.

Aku menahan nafas kala dia menoleh.

"Di mana keluargamu? Mengapa kau ke sini sendirian?"

Raut sedih terukir di wajahnya. Taeyong menunduk. Memandangku kembali dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Yongi tidak punya keluarga. Keluarga Yongi semuanya jahat!" pekiknya.

"Mereka mengatakan Yongi....gila. Makanya sekarang Yongi di sini supaya Yongi tidak gila lagi," sedihnya.

Keluarga Taeyong berkata benar, Taeyong memang gila. Ya Tuhan, jahat sekali aku.

Taeyong semakin terisak. Es krimnya yang tinggal separuh dia jatuhkan ke tanah. Aku mengambil sapu tangan di sakuku. Ku elap air mata Taeyong yang telah membentuk anak sungai di pipinya.

"Jangan sedih, Yongi. Keluargamu tidak jahat, mereka hanya ingin kau berubah," hiburku. Dengan terpaksa aku berbohong agar dia berhenti menangis. Keluarga Taeyong memang jahat! Mana ada keluarga yang mengatakan anggotanya sendiri gila?!

Ucapanku berhasil, Taeyong tak lagi menangis. Dengan matanya yang kini berbinar, dia menatapku.

"Apa boleh Yongi memeluk Jennie?" cicitnya. Aku tersenyum.

Kedua tanganku ku rentangkan bersiap agar Taeyong masuk ke pelukanku.

Grep

Kepala Taeyong berada di dadaku. Pria ini menggeliat mencari kenyamanan di salah satu tempat sensitif bagi kaumku. Sekuat tenaga aku menahan geli. Rambut lembutnya yang berantakan, tetapi wangi membuatku ingin mencium ubun-ubunnya.

"Yongi sayang sekali dengan Jennie."

Aku tertawa.

"Sungguh? Kita bahkan baru berkenalan."

Taeyong menjauhkan kepalanya. Tatapan polosnya membuatku lagi-lagi tertegun.

"Jadi Jennie tidak sayang Yongi ya?" lesunya.

Taeyong kembali memelukku erat.

"Eh,"

"Yongi akan sedih kalau Jennie tidak sayang Yongi. Kalau Yongi sedih, Yongi akan nekat."

"Nekat bagaimana?"

"Yongi akan membuat orang-orang yang Jennie sayangi pergi, agar Jennie hanya bisa menyayangi Yongi."

Tawaku pecah. Ucapan Taeyong menurutku lugu seperti anak kecil

"Oke, Yongi. Kau menggemaskan, bagaimana mungkin aku tidak menyayangimu?"

Wajah Taeyong berubah cerah. Dia tersenyum sampai-sampai kedua matanya membentuk bulan sabit. Taeyong mengingatkanku dengan saudara-saudara kecilku di panti.

Cup

Taeyong terkejut mendapat kecupan di pipinya. Dengan gemas, ku cubit kedua pipinya.

"Ugh, Yongiku menggemaskan sekali ya?"

Cup cup

Giliranku yang terkejut. Taeyong mencium kilat kedua pipiku.

"Jennie juga menggemaskan, Yongi suka."


Gimana chapter 9? Suka?
Kasih vote dan komentar ya^^
Makin banyak vote, makin cepat up
사랑해🤍

Written by:Syuayovanka
Follow me><

Childish but PshycoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang