Prolog

15 3 0
                                    


Namaku Azalea Zaina Sundari, indah bukan nama pemberian sepasang kekasih yang sudah menikah 18 tahun yang lalu? Ayahku seorang yang terpandang di kotaku, dia sosok yang hebat yang sudah membesarkanku selama ini, tanpa seorang wanita cantik yang merupakan bundaku. Namanya Tay, ya dia ayahku. Seorang pegusaha yang sangat sibuk di Bandung, membuatku jarang bertemu dengannya. Bundaku meninggal saat usiaku 5 tahun, kejadian itu membuatku merasakan dampaknya sampai detik ini. Penglihatan yang biasa bisa menjadi luar biasa di mataku. Sejak kecelakaan yang menimpaku dan orang tuaku, ntah darimana keanehan ini, ya aku anak INDIGO. Merasakan semua rahasia dunia lain dengan duniaku sudah menjadi makanan keseharian yang selalu aku telan. Ntah itu disebut keberuntungan atau kesialan, mendapatkannya membuat aku kehilangan bunda.

KRIINNGGG....
Azelll !!! astaga anak ini masih molor aja, bangun udah jam 6 ini kamu gak mau mandi ?! jangan bikin ayah malu kalau kamu telat” Suara pak Tay selaku ayahku sudah terngiang di kepalaku setiap pagi. 

“Iya iya yaahh, aku tadi tuu habis sholat tahajjud terus lanjut sholat shubuh jadi ngantuk” jawab santai dengan mata yang masih tertutup adalah andalanku.

“Halah alasan aja kamu ini, udah cepet, habis itu makan dibawah. Bibi udah siapin nasi goreng kesukaan kamu” Celetuk Pak Tay dengan melangkah keluar kamar yang sudah hafal dengan jawaban putri semata wayangnya itu.

Dengan cepat Azel melakukan semua kegiatan awalan seorang siswi yang akan datang ke sekolah di SMA Krada Raya. Dari mandi menggunakan sabun kesukaan Azel, ganti seragam, menyiapkan buku, sedikit make up natural.
“Oke siap, Azel, lo harus banggain Ayah buat jadi juara di kelas nanti” ucapnya di depan kaca setiap akan melangkahkan niat dan mentalnya ke sekolah. Tapi tiba – tiba aroma itu datang lagi setelah 2 bulan terakhir. Aroma yang sejuk dan nyaman, membuat Azel bingung ada apa sebenarnya. Dia tidak melihat apapun di sekelilingnya, tapi aroma itu sudah menghantuinya sejak awal dia masuk ke SMA Krada Raya.

AZELLLLL, CEPET TURUN MAKAN UDAH SETENGAH 7” Teriak Ayah membuat semua pikiranku sebelumnya pudar dengan suara jam dinding di kamar.
Bi, bekalin aja deh aku, ntar aku makan di sekolah”
“Kebiasaan, selalu gak pernah breakfast bareng ayah”
“Kan Azel bawa motor sendiri yah, takut ngebut – ngebut nantinya jadi di bekalin ajaaa hehe”
“Ini non nasi goreng sama rotinya udah di dalem sini semua”
“Makasi bi Iyem muah Assalammualaikum” Aku langsung lari menuju garasi untuk mengambil motor kesayanganku, namanya Bubu.
Bubu, nama yang lucu bukan, motor Vespa kuning yang sudah menjadi sahabat setiaku saat kemanapun aku pergi dua bulan terakhir ini. Aku tidak mau merepotkan pak Andar selaku supir di rumahku. Pak Andar lebih baik mengantar jemput Ayah daripada bolak balik juga mengantarku. Beliau mengantarku jika memang dalam keadaan yang sangat darurat, tapi jika hanya pergi ke sekolah saja aku juga akan bisa mengatasinya sendiri bukan.
KRIINNGG........
yuk ke kantin, udah laper banget ni” Ucap Freya setelah mendengar bunyi bel sekolah, padahal bu guru saja belum keluar helahhh. Kebiasaan!
Freya adalah sahabatku, gadis cantik dengan wajah khas bulenya membuat semua orang yang melihatnya jatuh hati. Gue aja yang cewek demen ngeliatnya hmm. Tapi gue masih lurus kok tenang hahaha.
“Iya,iya. Gue ngeluarin bekal dulu bentar”
“Yaelah masih bekal aja hari gini” Saut gadis yang paling cuek di kelas ini, ya dia juga sahabatku Keshya.

Kita bertiga adalah seorang gadis yang baru masuk sekolah ini dua bulan yang lalu, dipertemukan di keadaan yang tidak terduga. Saat dihukumnya masa MPLS, apes emang. Tapi mereka berdua belum sepenuhnya mengenalku, keadaanku ntah ini kelebihan atau apalah itu belum pernah aku ceritakan kepada mereka.

Sebenarnya pernah sekali saat kita piket kelas dan hari mulai sore, suasana mulai tidak enak di hadapanku. Aku kaget melihat sosok yang langsung berdiri di belakang Keshya saat piket, sontak membuat mereka heran melihat tingkahku. Untung saja aku masih bisa mengendalikan wajah anehku saat kaget. Alhasil aku bilang kalau habis ada kecoak hehe. Aku takut jika mereka tahu, mereka akan menjauhiku seiring waktu.

“Eh gue duduk situ ya, kalian beli aja” Aku memilih tempat dimana kita akan duduk, sambil menunggu mereka aku menghafal gerakan ballerina. Ya aku seorang penari ballerina. Sudah cita – citaku sejak kecil agar menjadi penari yang hebat.

Gue tadi ketemu Marc, kakak kelas yang ganteng itu lo. HUUU pengen banget gue bisa deket dia sumpah wanginya aja ni ye, semerbak maskulin bangeettttt!!!” Ocehan Freya lagi – lagi tentang Marc, kakak kelas yang super hits itu.

“Jangan ngadi – ngadi deh lo, makan noh bakso lo nguap mampus” Jawaban ketus Keshya selalu membuatku tertawa.

“HAHAHAHAHA lo si, ada – ada aja Frey, Tapi lo kan cantik bisa aja si lo dapetin dia” tanganku mulai makan nasi goreng buatan bi Iyem yang selalu juara di lidahku.

“Ntar pulang sekolah ke cafe biasa yuk, gue udah kangen banget bau cafenya uuhhh” Ajak Freya

Ga bisa, gue ada ekstra Ballerina. Beberapa bulan lagi mau ada kompetisi, bakal ada seleksi minggu depan dan gue harus bisa masuk” Jawabku sambil menatap Freya yang sibuk menirukan ucapanku. Dasar Freya

“Yauda, Kesh lo mau kan ntar ke cafe sama gue. Ya mau yaaaa” saut Freya sambil menggunakan jurus andalannya yang sok imut itu, tapi emang imut sih cakep pula.
Bilang aja lo mau ketemu mas baristanya yang lo suka itu” Jawab Keshya ketus.

Azel hanya menatap heran dengan tingkah laku kedua sahabatnya itu, sangat menyenangkan bukan mempunyai sahabat yang sifatnya berbeda – beda. Sebenarnya dia ingin sekali pergi dengan kedua sahabatnya itu, tapi apa boleh buat, dia harus giat belajar Ballerina entah di ekstra kulikuler maupun studio tempat lesnya.

“Lapangan Basket Indoor”
“Aah” bulu kuduk Azel mulai berdiri dengan sendirinya, ntah suara siapa itu, ntah darimana datangnya. Namun suara itu datang bersamaan dengan aroma ini, ya aroma biasanya.

“Apaan Zel, lo kenapa?!” Freya dan Keshya mulai bingung dengan sikap Azel yang sering tiba – tiba kaget dengan sendirinya

“Ga gapapa kok, gu gue balik ke kelas dulu ya. Bye” Langkahnya mulai tidak beraturan dengan sesekali memperhatikan sekelilingnya. Dia sudah muak dengan gangguan dari sosok yang tidak tau siapa. Yang sudah datang hampir dua bulan lalu tanpa ada kepastian kenapa dia mengikutinya.

BERSAMBUNG.......

• TANPA TITIK •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang