Kehadiran

4 1 0
                                    

"Pagi anak – anak" Tiba – tiba bu Rina selaku guru kimia masuk dalam kelas. Seingat Azel hari ini tidak ada mata pelajaran kimia. Apa bu Rina salah masuk kelas?

"PAGI BU...." Jawab anak – anak kelas dengan sontak dan bebarengan. Azel masih terdiam dengan kebingungannya.

"Frey, ngapain bu Rina masuk di sini?" tanya Azel kepada sahabatnya yang kebetulan sebangku dengannya.

"Ha?! Lo lupa kalo minggu kemarin bu Rina bakal ganti jam sama pak Nandhang? Lo tumben banget lupa kayak gini? Lo ga lagi ada masalah kan zel?" Jawab Freya yang terheran – heran kenapa temannya yang terkenal paling disiplin dan rajin ini bisa lupa dengan hal yang sepele seperti ini.

"Demi apa lo Frey? Sumpah sumpah terus gue gimana niiii Frey lo tau kan kalo bu Ri.." Belum sempat Azel meneyelsaikan kalimatnya, ibu guru selaku seseorang yang mengajar mata pelajaran kimia ini langsung bereaksi.

"HEI!! AZEL,FREYA KALIAN BISA DENGERIN IBU APA GAK?!!!" kedua bola mata dan suara menggelegar Bu Rina sudah terdengar memenuhi seluruh ruangan, tidak sampai di situ. Bu Rina mulai berjalan ke arah Azel dan Freya untuk memeriksa kedua anak ini.

"Azel, mana bukumu? Kenapa mejanya masih bersih gini? Bukunya ghaib? Cepet keluarin!"

Azel sangat ingin menghentikan waktu saat ini dan mulai mengambil buku mata pelajaran kimia dengan bantuan Bubu kesayangannya.

"YaAllah berilah mukjizat tiba – tiba buku Azel ada di loker yaAllah huhuhu" dia tiba – tiba memejamkan mata sambil bergumam dalam hatinya agar ada keajaiban, padahal di zaman seperti sekarang sangat mustahil hal itu terjadi. Kecuali dia seorang penyihir.

"HEH AZEL, KAMU INI IBU AJAK OMONG MALAH MEREM MEREM, NGANTUK KAMU?!!!"

Azel sontak membuka mata mendengarkan suara menggelegar itu di sampingnya, ia lupa jika gurunya itu sedang ada didekatnya karena saking sibuknya mengharapkan hal yang tidak mungkin terjadi.

"Eh ibuk, e em anu buk maaf saya lupa kalau jam pelajaran ibuk diganti hari ini hehe. Jadi buku pelajarannya ga saya bawa buk hehe" Azel mulai bicara dengan senyum senyum mirisnya.

"Sudah paham kan, saya gak suka ada yang lupa gak bawa buku, rame di kelas, dan hal – hal yang mengganggu proses belajar mengajar saya. Azel, jadi kamu tau kan apa yang ibu maksud?"

"Iya buk, saya keluar kelas sekarang"

Azel mulai berjalan keluar dari kelasnya, sementara Freya dan Keshya memndangi punggung sahabatnya itu yang semakin lama semakin menjauh. Tidak biasanya Azel teledor seperti ini, apa ada masalah pada temannya itu?

AZEL POV

Aku mulai menjauhi ruang kelas, air mataku ingin jatuh saat ini. Ahhh, apa – apaan sudah gede kayak gini ingin menangis hanya karena di keluarkan dari kelas.

Aku hanya mempunyai satu tujuan saat ini, mungkin rasanya jika menikmati kesendirian di sana tidak akan ada yang tahu dan tidak akan ada yang menggangguku.

KRIEEKKKK....

Aku mulai membuka pintu tua ini, dan langsung menuju salah satu tempat duduk penonton yang sudah lama tidak diduduki, mungkin akan sedikit kotor tapi bodo amat untuk keadaanku sekarang.

Aku tidak tahu apa yang membuatku sangat ingin menangis kali ini, hanya karena masalah sepele bisa – bisanya mutiara jernihku akan jatuh dengan mudahnya.

"Masalah seperti itu jangan dipikir berlebihan, malah buat kamu jadi sakit nantinya" suara Narendra muncul tiba – tiba di sampingku, sosoknya juga ternyata sudah duduk disamping badanku yang mungil ini. Kali ini aku membiarkannya bicara sesukanya, untuk saat ini rasanya aku hanya ingin menangis.

"Apa kamu tau? Aku dulu juga sering lupa membawa buku, sifat seperti itu manusiawi, Tuhan menciptakan manusia tidak ada yang sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa kamu tau? Aku dulu juga sering lupa membawa buku, sifat seperti itu manusiawi, Tuhan menciptakan manusia tidak ada yang sempurna. Aku tau kamu nangis karena selama kamu sekolah tidak pernah kan lupa membawa buku pelajaran?! Baru kali ini kamu seperti itu" Tangisanku mulai lumayan deras setelah mendengarkan omongannya, memang benar perkataannya, namun aku adalah tipe orang kalau di nasehati malah menjadi - jadi tangisannya.

"hassshh, kenapa gue kayak anak kecil si, gini aja nangis"

AUTHOR POV

Tangan Narendra ingin mulai bergerak untuk mengusap mutiara – mutiara di pipi Azel, namun hal itu gagal karena Azel membuka obrolan diantara mereka lagi.

"Gue pengen baget dari dulu banggain bunda, sejak kecil gue selalu bertekad kalau gue mau bikin bunda di surga ngelihat anaknya tumbuh besar dengan prestasinya. Makannya dari dulu gue paling anti sama yang ga ngerjain tugas, suka bolos, lupa bawa buku, dan hal – hal yang menurut gue gak baik. Tapi kali ini untuk pertama kalinya gue bikin bunda sedih ngelihat gue teledor kayak gini"

 Tapi kali ini untuk pertama kalinya gue bikin bunda sedih ngelihat gue teledor kayak gini"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Azel... Bunda kamu sangat bangga punya anak sebaik dan sepinter kamu, di surga bundamu ga bakal sedih ngelihat anaknya hanya lupa membawa buku saja. Malah mungkin bunda kamu bangga karena beliau ngelihat anaknya ternyata emang manusia, bukan bidadari. Soalnya pasti sebelumnya dia mikir kenapa anaknya bisa sepinter dan sebaik kamu, malah dikira bukan manusia"

"Apaan si lo" garis tipis diujung bibir Azel berhasil terlukis karena omongan Narendra.

Azel mulai menerima dengan keteledorannya, dan satu lagi. Dia mulai bisa menerima keberadaan Narendra di kehidupannya mulai saat ini sampai entah itu kapan.

"Thanks ya ren" Azel mulai menatap Narendra, tapi hanya di balas dengan senyuman tipis yang baru ia lihat pertama kalinya.

"Zellll!!!!"



Bersambung....




Hai temen - temen, jangan lupa dukung aku terus ya. Aku bakal update di hari minggu. Jangan lupa like, share, dan comment juga. Thank U....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

• TANPA TITIK •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang