bagian satu

911 45 17
                                    

entah sudah berapa kali aku mengecek ponsel. lalu jari-jariku secara otomatis membuka whatsapp. mendapati pesan yang aku kirim dua hari lalu belum juga dibaca, apa lagi dibalas.

aku menghela nafas panjang. berusaha menghilangkan sesak yang bergumul di dada sejak kemarin.

terulang lagi. aku terjebak lagi di dalam harapan yang aku buat sendiri.

padahal aku ingat terakhir kali aku berada di posisi ini, aku berjanji untuk lebih menjaga hati. tidak mau mudah terbawa perasaan hanya karena kita sering bertukar kabar, setiap malam video call, atau sering diajak keluar.

seharusnya aku belajar dari pengalaman. bodoh.

“gadis,” kakakku memanggil, “tolong ambilin handuk dong!”

aku memutar bola mata. kebiasaan. “iya!” sahutku.

aku beranjak dari atas tempat tidur dengan malas. melempar ponselku ke tengah kasur. percuma juga, mau aku ciumi ponselku, dia tidak akan membalas pesanku.

aku mengetuk pintu kamar mandi, “nih handuknya!”

tidak ada jawaban. kakakku masih saja asik bernyanyi. aku berdecak. pasti dia lagi berkhayal.

lagi, aku mengetuk pintu kamar mandi. kali ini lebih keras. “kak, ini handuknya!” teriakku.

kakakku membuka pintu. menyembulkan kepalanya keluar sembari tersenyum lebar. “thankyou adik manis,” katanya.

aku berbalik dan segera berlari ke kamar ketika mendengar suara ponselku berdenting. satu pesan masuk. aku tersenyum lebar. aku berharap itu dari dia.

tapi … bukan.

itu dari temanku, elang.
dan seketika itu juga, senyumku hilang.

malas-malasan aku membalas pesan dari elang yang bertanya soal rencana pergi ke pasar senen rabu besok. dan secara otomatis, aku membuka room chat antara aku dan dia.

dia. riskal samudra. cowok yang akhir-akhir ini membuatku tak keruan. dia menghilang begitu saja. padahal selama empat bulan terakhir dia secara intens menghubungiku.
setiap hari dia tidak pernah absen mengirimiku pesan walaupun tidak penting. setiap malam sebelum tidur dia selalu video call. sering mengajak aku keluar walau hanya keliling kampung.

aku sudah terbiasa dengan itu semua. lalu dia tiba-tiba berhenti.

aku tanpa sadar menahan nafas beberapa saat ketika melihat statusnya sedang online. harap cemas statusnya akan berubah menjadi typing atau bahkan sebuah panggilan video call.

cukup lama aku menanti. mungkin sekitar tiga menit, lalu dia menutup whatsapp.

lagi-lagi aku harus menelan kekecewaan.

•°•

haiii.

siapa nih yang pernah kayak gini juga? kayaknya hampir semua cewek pernah, ya? sama, aku juga pernah. wkwkwkwk.

btw, semoga suka ya sama cerita dadakan ini.

love,
vanillopa

ghostingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang