"Wahh.. siapa hyung tadi, hyung?" Tanya Sehun saat Baekhyun baru saja sampai dipanti mereka.
"Pacarmu ya?"
Baekhyun melotot. "Bukan Sehun, dia adalah hyung baik yang mau menolongku, itu saja." Jawab Baekhyun, tampak ada harapan lebih disana.
"Hyung suka padanya?"
Baekhyun diam. "Tidak."
"Hyu-"
"Awh.."
"Eh, kaki hyung kenapa?"
"Aku menginjak serpihan kaca tadi."
"Ya sudah, biar aku gendong."
"Tidak Sehun, bantu saja aku berjalan kekamar."
Sehun keras kepala, ia menggendong Baek.
"Aish, kau selalu saja keras kepala, Sehun."
"Seperti hyung tidak saja."
Baekhyun diam. Mereka sampai dikamar. Sehun menurunkan Baek dari gendongannya, tapi kaki telanjang Baek menginjak sebuah kertas.
"Apakah yang piket hari ini belum menyapu kamar?" Tanya Baek.
Sehun mengedikkan bahunya. "Aku tidak tahu, hyung."
Baekhyun menunduk, mengambil kertas itu. Saat tangannya ingin merematnya, tiba-tiba gerakan jarinya terhenti. Netranya tak sengaja melihat sebuah tulisan disana.
Hidupmu sulit?
Apakah kau ingin mengubah jalan hidupmu?
Jika ya, kau bisa datang ke alamat yang tertera disini:Jl. Trewh lrg. Kuhge kode pos. 48xx
Kami bisa menjamin kebahagiaanmu.
Baek mengernyit.
"Apa tulisannya, hyung?" Tanya Sehun.
Baek melirik Sehun sebentar, lalu memberikan kertas itu pada si albino. "Apa itu sungguhan, Hun?"
Sehun membaca kertas itu lalu menatap Baek dengan serius. "Aku tak tahu hyung."
"Bagaimana jika aku kesana dan mencobanya?"
.
.
.
.
"Ini beneran alamatnya, hyung?" Tanya Sehun sambil merapatkan tubuhnya pada Baekhyun."Ya, lihat saja kalau tak percaya." Jawab Baek sambil menyodorkan kertas alamatnya pada Sehun.
"Disini sangat menyeramkan, hyung."
"Perasaanmu saja piyak, ayo masuk!"
Sehun mengangguk, setelahnya mereka masuk kedalam rumah -lebih tepatnya gubuk- yang terlihat seperti tak terurus dan tak berpenghuni. Tapi saat mereka sudah masuk kedalam, mereka langsung membelalakkan mata mereka tak percaya. Bagaimana mungkin mau percaya? Keadaan didalam sana sangat jauh berbeda dari yang mereka lihat saat diluar, didalam gubuk kecil itu sangat rapi, luas dan terdapat beberapa barang mewah disana. Siapa yang akan menyangka itu?
"Baek hyung, lihat ini." Panggil Sehun sambil memperhatikan sebuah botol yang mirip dengan botol parfum tapi sedikit aneh.
"Apa yang kalian lihat?"
Baek dan Sehun sama-sama tercekat, mereka langsung menoleh kebelakang dan langsung menemui seorang perempuan tua sedang tersenyum pada mereka. Mereka mengernyit.
"Hahaha, ada apa anak muda? Apa yang kalian cari disini?" Tanya nenek itu sambil tertawa bak penyihir.
"Maaf nek-"
"Jangan panggil nek, tapi panggil saya madam." Nenek itu memotong ucapan Baek.
"Ba-"
"Biar ku tebak, pasti kalian kesini karena ingin merubah nasib kalian kan?" Tanya madam itu, lagi lagi memotong ucapan Baek.
Baek menghela nafas, kalau nenek tua ini sudah tau jawabannya kenapa diawal tadi ia bertanya? Ia merutuk dalam hati.
Madam berjalan kebelakang meja, duduk disana lalu menyuruh Baek dan Sehun untuk duduk dihadapannya, lebih tepatnya disebrangnya. Karena diantara mereka terdapat sebuah meja yang diatasnya terletak sebuah bola bening mirip dengan bola ramalan yang sering Sehun tonton.
"Apa keluhanmu anak muda?" Tanya madam itu pada Baek.
Baek sedikit terkejut, namun ia segera sadar, pasti benar dugaannya jika nenek didepannya ini adalah peramal. Eh, tapi jika nenek ini peramal kenapa nenek ini menanyai keluhannya? Bukannya ia sudah tau?
"Begini madam, aku selalu di-bully disekolah, aku mendapat perlakuan buruk setiap hari karena permasalahannya karena bentuk tubuhku yang gendut ini. Aku sudah berusaha keras untuk melangsingkan tubuhku, tapi tidak ada hasil. Bisakah kau membuat tubuhku langsing secara instan? Bisakah kau membuat hidupku bahagia madam?" Tanya Baek.
Madam itu mengangguk seperti mengerti. "Aku akan memberimu dua pilihan. Kau akan mendapat tiga kebaikan dan satu keburukan atau kau lebih memilih mendapat tiga keburukan satu kebaikan? Plihlah!"
Baek mengernyit, pertanyaan macam apa itu? Sudah jelas pasti semua orang lebih memilih mendapat tiga kebaikan dan satu keburukan. Hanya orang yang ingin hidupnya semakin sensara saja jika ia lebih memilih mendapat tiga keburukan dan satu kebaikan.
"Aku memilih mendapat empat kebaikan dan satu keburukan."
"Kau yakin?"
"Yakin madam."
"Baiklah, minum ramuan ini sebelum kau tidur malam ini." Ucap madam itu sambil memberi sebuah botol pada Baek.
Sehun sedari tadi hanya bisa diam dan cengo melihat interaksi madam dan hyung nya.
Setelah selesai membayar, Baek dan Sehun langsung pulang kembali kerumah panti mereka.
'Aku akan bahagia.' Batin Baek sembari tersenyum gembira.
"Baek hyung, kau yakin akan meminum ramuan itu?" Tanya Sehun sambil berbisik, sekarang sudah malam dan semua penghuni panti sudah diharuskan tidur oleh ibu panti mereka, dan kebetulan sekali Sehun memang tidur tepat disamping Baek, jadi mereka masih bisa berinteraksi diam-diam dengan bisik-bisik jika belum bisa tidur.
"Tentu, aku sudah menghabiskan uangku untuk membeli ramuan ini. Sayang jika tak diminum." Jawab Baek yang ikut berbisik.
Sehun diam. Baek meminum ramuannya.
"Baiklah, ayo kita tidur, dan doakan aku bahagia esok hari Sehun-ah."
Sehun mengangguk, tanpa disuruh pun ia selalu mendoakan hyung nya itu agar Baek bisa selalu bahagia.
"Selamat malam hyung."
"Malam bayikuuuu."
tbc
hayoooo, apa yg terjadi esok hari???
maaf ngaret ges :"

KAMU SEDANG MEMBACA
яєgяєт
Fiksi Penggemar[ cb fanfiction ] Cerita tentang penyesalan Baekhyun. ©ByunBaekHyun-