Seorang anak duduk di buaian taman dekat rumahnya sendirian, menikmati matahari yang hampir tenggelam. Ia duduk sambil memperhatikan bulan yang muncul menggantikan matahari. Dalam diam anak itu menangis. Bukan karna ia terluka ataupun sakit, tapi ia menangis meratapi nasibnya.
Sedih, ya. Ia sedih karna tak seorangpun mau mendampinginya. Bahkan orang tuanya saja pergi bersama saudaranya yang lain meninggalkannya sendirian. Hidup seorang diri tanpa ada kawan ataupun seseorang yang mau menemaninya.
Kecewa, tentu saja. Ia sudah memberikan kepercayaan penuh pada keluarganya tapi apa yang dia dapat? Siksaan, makian, hinaan. Kenapa tak langsung membunuhnya saja daripada terus disiksa? Terkadang ia bertanya 'apakah aku tak layak untuk bahagia? Kenapa semua orang membenciku? Sebegitu hinanya kah aku di mata kalian sampai kalian pergi meninggalkanku di sini? Aku benci ayah, ibu AKU BENCI AYAH, AKU BENCI IBU,AKU BENCI KALIAN SEMUA! kenapa?KENAPA KALIAN PERGI BEGITU SAJA? meninggalkanku seorang diri yang bahkan aku belum tau apa apa?'
Tanpa disadari, butiran bening jatuh dari matanya. Menangis, ya. Ia menangis. ia terlalu berharap kepada keluarganya sampai ia melupakan apa arti kehidupan.
Dulu ia bahagia bersama keluarganya, menghabiskan waktu bersama keluarga, bermain, bercerita, tertawa, dan sebagainya. Tapi lihatlah sekarang. Semuanya hilang begitu saja seperti tertelan bumi. Tak berbekas.
"Ayah, Ibu, Kak Hali, Kak Taufan, Kak Gempa, Kak Blaze, Kak Ice, Solar kalian dimana? Hisk... kenapa kalian pergi? Thorn, Thorn takut disini hisk.. sendirian. Thorn rindu kalian hisk... tolong kembali! Thorn selalu tunggu kalian di sini! Apa kalian ingat, dulu disinilah tempat bermain kita, kita dulu pernah piknik bersama Kakek dan Nenek! apa kalian ingat dulu Kak Blaze berebut ayam goreng bersama Ayah... dulu kalian berjanji tidak akan pergi meninggalkan Thorn sendirian. Tapi kenapa kalian pergi. Kakak tau kan kalau Thorn takut sendirian."
Yah, anak itu ialah Thorn. Keluarganya pergi meninggalkannya
"Huh, sudah jangan menangis. Thorn harus kuat. Mereka pasti akan kembali lagi. Huh, baiklah. Sekarang waktunya untuk pulang." Ucap Thorn menyemangati dirinya.
Thorn berjalan pulang kerumahnya, tak butuh waktu lama karna jarak dari taman kerumah hanya butuh 3 menit untuk sampai.
Rumah itu terlihat kumuh. Atap rumah yang berlubang, tembok yg retak, kaca yang pecah, lantai yang kumuh dan jangan lupakan pohon yang mengelilinginya.
Terkesan menyeramkan apalagi jika dilihat di malam hari. Rumah tersebut seharusnya tak layak di tempati, tapi lihatlah seorang anak masuk ke dalam rumah tersebut yang tak lain ialah Thorn.
Dulu rumah tersebut rumah yg indah, di sekelilingnya ialah tetangganya. Rumah itu selalu ramai. Tapi tidak dengan sekarang, kawasan tersebut usang, di tumbuhi rumput liar, pohon tak terawat.
Thorn berjalan masuk ke dalam rumah menuju ke dapur. Dilihatnya kulkas dan berharap masih ada makanan atau bahan makanan yang bisa di pakai. Tapi malang, semuanya sudah habis tak bersisa.
Memang sudah lama ia tak pergi membeli bahan makanan karna tak ada uang. Uang tabungannya habis beberapa hari yg lalu.
"Huh, sepertinya aku tak punya pilihan lain selain meminum air putih."
Thorn pergi ke kamarnya. Dibukanya pintu kayu yang mulai di tempati rayap. Kamar yang bersih hanya ada kasur dan meja belajar serta lemari pakaian
Thorn menutup jendela kamar dan pergi kekasurnya. Di raihnya album keluarga dan di peluknya album tersebut. Hanya album itulah yg menjadi kenangan keluarganya. Tak lama ia terlelap ke dalam mimpinya.
_______________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Thorn (05) {Tamat} (Dalam Tahap Revisi)
FanfictionThorn hanya ingin mendapat kasih sayang dari semuanya, namun tak ada yang mengerti perasaannya kecuali teman imajinasinya yang memang ada.