Kuala Lumpur.
Di salah satu rumah milik pengusaha besar. Rumah tersebut sangat luas, pohon yang tertata rapi, halaman yang bersih.
Terdapat taman dibagian depan, itu seperti labirin tanaman. Ada juga kolam air mancur ditengahnya, di bagian samping rumah, dan didekat rumah itu.
Ada juga kolam ikan hias dengan jenis dan warna yang beragam. Akuarium dengan ornamen laut yang indah.
Belakang rumah. Kolam renang.
6 kakak-adik berparas kembar sedang berada di area kolam. Mereka melakukan kegiatan masing-masing. 3 diantaranya bermain air kolam, 1 tertidur, dan 2 lagi bersantai.
"Kak Gem, Ufan rindu 'Dia'." Rengek orang yang bernama Taufan. Dirinya selalu rindukan seseorang yang selama ini datang di dalam mimpinya, tapi dia tidak boleh berjumpa lagi dengan orang tersebut. Bukan Dia saja, melainkan semua Kakak-adiknya juga merindukan 'Dia'.
Gempa, Kakak ketiga dari 7 Boboiboy bersaudara yang sekarang hanya 6 saja yang tersisa. Gempa hanya membiarkan saja apa yang di tuturkan Kakak keduanya itu. Jujur Sia, ia juga rindu dengannya. Rindu, sangat rindu. Teringat kenangan masa kecilnya dengan sosok tersebut yang sedang di toko ice cream.
Flashback
Seorang anak bernama Gempa sedang membersihkan rumah, tak lama seorang anak kecil berumur 4 tahun menghampirinya. Gempa pun menghentikan aktivitasnya membersihkan rumah.
Gempa mengelus surai putih anak tersebut yang mempunyai paras sama sepertinya.
Gempa masih berumur 7 tahun, ia selalu membantu orang tuanya membersihkan rumah.
"Thorn, ada apa?" tanya Gempa pada adiknya yang bernama Thorn. Ya, Thorn. Adiknya yang paling polos dari yang lain. Ia selalu menjaga Thorn karna takut kepolosan adiknha hilang dan menjadi anak nakal seperti diluaran.
"Tholn nak ais klim, bolyeh kak Gem." ucapnya dengan suara yang lucu dan juga puppy eyes yang menjadi andalannya, Gempa pun tak banyak bicara. Ia menganggukkan kepalanya dan itu membuat anak bernama Thorn tertawa gembira.
"Yeay, ayo Kak Gem. Tholn nak ais klim yang banyak." Ucapnya girang seraya melompat-lompat kecil dan berlari keluar bersama kakaknya.
Sesampainya di toko ice cream, mereka langsung membeli ice cream dan membayarnya. Tapi
"Kakak, tholn mau yang banyak. Ini kulang, mau lagi hisk..." rengeknya dengan menghentakkan kakinya dan menggoyangkan tangan kakaknya itu.
"Tapi Thorn masih kecil lagi, jangan makan ice cream banyak-banyak. Nanti Thorn sakit." Ujar Gempa menenangkan Thorn yang semakin kencang menangis.
"Jangan. Tholn mau yang banyak. Hum, tiga." dengan gelagat yang semakin membuat Gempa pusing, Thorn membuatnya semakin pusing dengan menangis dan meminta tiga ice.
"Haih, ok. Tapi Thorn harus janji kalau Thorn besar nanti, Thorn harus jadi anak baik, ok." Kata Gempa sambil mengulurkan jari kelingkingnya.
"Tholn janji akan jadi anak baik kalau Tholn besyal nanti." Ucapnya seraya menyambut uluran jari kakaknya Gempa.
Flashback off
Halilintar pov.
Namaku Halilintar kakak sulung 7 kembar, namun 1 dari kami sudah pergi dan tidak tau apakah kami bisa bertemu dengannya lagi.
Kami selalu merindukannya karna sifatnya yang polos. Aku takut terjadi apa apa dengannya. Walaupun sudah lama kami berpisah tetapi ikatan persaudaraan kami tetap ada, malah semakin merekat.
Setiap malam aku selalu bermimpi tentang adikku yang satu itu, dia selalu berteriak memohon agar aku dan saudaraku juga orang tuaku kembali padanya. Di mimpiku dia selalu menangis, menangis dan menangis. Aku sangat sedih jika mengingat mimpi itu. Jujur aku takut, takut jika aku tak bisa menjaganya dan gagal menjadi seorang kakak bagi adiknya.
Untuk apa gelaran kakak kalau tidak bisa menjaga adik-adiknya?
Adikku Taufan dan Blaze selalu menanyakan tentang'nya' padaku, tetapi ku diamkan karna aku tak mau menambah kesakitan dalam hatiku.
Setiap mereka menanyakan 'dia', hatiku selalu sesak mendengarnya. Aku tidak bisa menahan rinduku padanya.
Setiap malam aku selalu menangis. Ya, menangis. Tidak ada siapapun yg tahu jika aku menangis kecuali adikku Gempa dan Ice. Gempa sangat tahu bahkan jika aku berbohong, dia akan tetap tahu dari raut wajahku. Ice dia adalah adikku yang suka sekali tidur, berbanding balik dengan kakaknya Blaze yang terlalu aktif. Ice tahu jika aku menangis walupun aku tak rapat dengannya, tapi entah bagaimana dia tahu tentangku bahkan semua keluargaku tapi dia tidak memberitahu siapapun tentang apa yang dia ketahui.
Aku sering mendengar gosip-an orang orang tentangku, banyak yang berkata kalau aku adalah orang yang pemarah, pendiam, tidak perduli dengan apapun, dan bisa dibilang tsundre akut. Mereka juga banyak yajg berkata jika aku kuat, pemberani. Tapi mereka tak tahu jika aku sebenarnya lemah, aku lemah jika melibatkan keluargaku terlebih adik-adikku. Aku juga pemarah karna mereka yang membuatnya. Aku pendiam karna itu salah satu prinsipku. Bukannya aku tak peduli, justru aku sangat perduli tapi aku tidak memperlihatkannya. Aku kuat karna untuk melindungi keluargaku terlebih adik-adikku. Memang aku termasuk dalam kata sadis jika sudah bertarung karna aku tidak segan segan membunuh tak perduli apapun itu.
'Kak Hali.'
Hhhh, semua orang selalu melihat orang lain dari luar bukan dari dalam.
'Kak Halilintar.'
Itulah kenapa aku tak suka bergaul dengan mereka.
'KAK HALILINTAR!'
"Huh, y_ya kenapa?" Jawabku dengan terkejut. Ckh, sangat menyebalkan. Baiklah sepertinya mereka mengkhawatirkan ku, lain kali akan ku ceritakan kisah ku lebih banyak.
Halilintar pov end
"Kak Hali kenapa?" tanya Taufan.
"Tidak apa apa." Jawab Halilintar cepat.
"Jangan bohong, Kak."
"Tidak, sudah aku mau masuk dulu." Halilintar masuk ke dalam dan itu menarik perhatian salah seorang Adik.
Mereka tidak tahu jika sedari tadi ia diperhatikan. Orang yg selalu tertidur terus memperhatikan kakak-adiknya, tanpa disadari air matanya mengalir. Dia menarik hadir dari jaket yang dikenakannya hingga menutupi wajahnya, lalu membenamkan wajahnya pada boneka paus kesayangannya.
___________________________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Thorn (05) {Tamat} (Dalam Tahap Revisi)
FanfictionThorn hanya ingin mendapat kasih sayang dari semuanya, namun tak ada yang mengerti perasaannya kecuali teman imajinasinya yang memang ada.