Realita or Ekspetasi?

39 0 0
                                    


"Non, Non Grisha. Bangun, Non," kata bi Neni---pembantu yang sama yang membuatkan Grisha jus kemarin.

"Duh, ada apa?" balas Grisha malas. Bukannya bangun, ia justru menaikkan selimutnya dan mengatur pose tidur yang lebih nyenyak.

"Non Grisha sudah telat sekolah. Non harus bangun."

Grisha akhirnya bangkit dari tidurnya dan duduk di atas ranjang. Rambutnya acak-acakan dengan hitam bak panda akibat begadang semalam. Grisha mengucek-kucek kedua matanya, lalu meraih alarm di samping ranjangnya.

"Eh, gawat. Aku telat!" teriak Grisha.

Grisha panik. Ia tidak menyadari bahwa kakinya tergulung oleh selimut dan ia pun terjatuh ke lantai saat ia ingin beranjak. Ia langsung bangkit dan pergi ke kamar mandi setelah mengambil handuk.

"Duh, dari sekian banyak pembantu di sini, kenapa enggak ada yang membangunkan aku sih?" keluh Grisha, kesal. "Jika aku telat lagi, papa dan mama pasti akan menyita handphone-ku."

"Saya sudah membangunkan anda dari tadi, Non, tapi Non Grisha yang tidak mau bangun juga," jelas bi Neni yang mengikuti Grisha dari belakang.

"Berisik!" ketus Grisha dan langsung masuk ke kamar mandi dan kemudian menutup kasar pintu kamar mandi tersebut.

Setelah mandi Grisha langsung mengenakan seragam sekolah dan mengikat rambut asal, lalu turun ke meja makan. Di sana, para pembantu yang bertugas memasak telah menyelesaikan tugas mereka dengan hidangan makanan lezat memenuhi meja makan tersebut. Namun, Grisha hanya mengambil beberapa roti tawar dan satu buah apel merah. Makanan hangat yang telah disajikan itu sepertinya akan terbuang begitu saja. Grisha menghabiskan roti tawar di tangannya.

"Oh ya, papa dan mama udah pergi?" tanya Grisha sambil mengenakan sepatunya cepat.

"Sudah, Non," jawab salah satu dari tiga pembantu yang berdiri di sekitar Grisha.

Grisha terdiam. Ia tidak punya pertanyaan lain dan langsung berlari menuju mobil yang sudah menunggunya itu. Grisha menggigit satu gigitan pada buah apel yang ia bawa lalu masuk ke mobil. Tidak seperti biasanya ia duduk di depan. Lantas, pak Edo melajukan mobil mewah tersebut.

Selama perjalanan Grisha selalu menekankan sopirnya itu untuk ngebut agar ia tidak terlambat. Grisha masih belum puas dengan kecepatan mobil tersebut dan terus menekan pak Edo untuk menambah kecepatan mereka.

* * *

"Kak, Kakak baik-baik saja?" tanya seorang anak laki-laki yang pernah Grisha berikan uang sebesar lima ratus perak itu. Zoel namanya.

"Iya. Kakak enggak apa-apa kok." Gadis berusia lima belas tahun itu memegang keningnya. Ia merasa sedikit pusing.

"Kamu jangan memaksakan diri, Gracia." Laki-laki yang seusia dengan Gracia itu terlihat sangat khawatir.

"Aku gak apa-apa, kok, Al. Tenang saja, oke?" Gracia tersenyum untuk menutupi sedikit rasa pusingnya itu. "Baiklah, sebaiknya kita harus bekerja hari ini untuk makan kita."

Al bersama kakak adik sedarah itu berpencar untuk mencari uang dan jika matahari sudah meninggi nanti, mereka akan berkumpul kembali di titik yang sama pada saat mereka berpisah. Al bersama dua anak-anak seusia dengan Zoel pergi menjual air mineral di lampu merah. Gracia sendiri pergi ke arah timur tuk berjualan air mineral juga dan Zoel bersama ketiga teman seusianya pergi mengamen. Mereka mengamen di mana saja di tempat yang terlihat ramai.

Dari kejauhan Gracia melihat adiknya itu mencari uang dengan gigih. Tidak diperdulikannya keringat yang bercucur. Saat ia melihat teman seusianya pergi ke sekolah bersama  dengan teman-teman mereka, Zoel justru sibuk mencari uang untuk bertahan hidup. Terkadang, ia merasa iri kepada mereka yang dapat bersekolah. Sekali lagi ia ingin merasakan rasanya pergi ke sekolah, bertemu dengan guru dan teman-teman, belajar bersama dan bermain bersama dengan mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bertukar TubuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang