He's Just my Past

17 1 1
                                    

Assalamualaikum teman-teman. lama tidak berjumpa yaa. Maaf Nih, untuk cerita Shabira belum bisa aku lanjutkan. sebagai gantinya aku up ceritaku ini dulu. alhamdulillah cerita ini juga sudah terbit di Guepedia. jadi mungkin ceritanya tidak akan lengkap. hanya garis besarnya saja. Terimakasih sudah membaca dan mengikuti ceritaku Yaa. Thankyou and have a nice day!


***********************************************************************************

Kanayra Pov.

"Nay, ngapain sih disini sendirian? cari wangsit yaa?" tanya Naisha. Sahabatku sejak kecil. Dia adalah seseorang yang sudah sangat mengenalku. Baik burukku semua sudah ia ketahui.

"cari calon imam Sha." Ucapku asal sembari menyunggingkan senyum jahil kepadanya. Naisha memasang muka kesal saat mendengar jawaban asalku tadi, tetapi sejurus kemudian ia tersenyum lebar sampai terlihat gigi putihnya.

"kenapa kamu tiba-tiba senyum seperti itu?" tanyaku dengan tatapan curiga kearahnya. Lalu dia menunjukkan ponselnya kepadaku.

"kamu masih ingat dia kan Nay? Kan sejak dulu kamu dikejar-kejar sama dia. Dia udah kerja loh Nay." Ujar Naisha padaku dengan nada bersemangat. Aku mendengus pelan.

Lelaki itu lagi. Aku sudah melupakannya. Dulu kita memang sempat dekat. Setiap hari pasti kita selalu berkirim pesan via whatsapp. Menanyakan kabar dan membahas hal-hal yang tidak penting lainnya. Tetapi aku sadar itu tidak benar. Aku menjauh dan menghilang. Aku sudah melupakannya dan aku pikir dia melakukan hal yang sama.

"udahlah Sha, aku sudah melupakannya. Aku punya kehidupan sendiri dan dia pun sama. Mungkin saja dia sudah mempunyai perempuan lain yang jauh lebih baik dari aku." Ucapku pada Naisha dengan nada putus asa.

"nggak Nay, aku yakin dia masih mengharapkanmu. Dulu dia begitu menginginkanmu. Sampai kamu menghilang dia terus menerorku dan menanyakan kamu." Ucap Naisha bersikeras. Aku hanya bisa menghela napas pelan.

"Sha, udah ya. Kalau memang jodoh insyaAllah akan dipertemukan nanti di waktu yang tepat." Ucapku pada Naisha. Mau tak mau temanku itu hanya bisa mengangguk pasrah.

Bagaimanapun aku tidak mau mengharapkan seseorang yang belum tentu jadi jodohku. Dia hanya lelaki di masalalu. dulu mungkin kita dekat, tapi itu karena kesalahan. Aku belum tau apa-apa waktu itu. biarlah sekarang kita menjalaninya dengan jalan masing-masing.

"Nay, pulang yuk. Aku udah selesai nih." Ucapku sembari memasukkan laptop ke dalam tas. Naisha mengangguk setuju dan menghabiskan minumannya.

Ketika aku dan Naisha berdiri hendak pulang, seseorang menghampiri kita berdua. Aku melirik Naisha sampai menganga melihatnya dan aku hanya bisa menunduk tanpa memandangnya.

"Hai Nay, lama tidak berjumpa." Ucap lelaki itu dengan tulus. Aku masih menunduk dan tidak tau hendak menjawab apa. Naisha di sebelahku menyenggol sikutku berkali-kali.

"Apa kabar Nay? Masih ingat aku kan?" tanyanya lagi karena tidak mendapat respon dariku.

"Alhamdulillah aku baik. Kamu sendiri?" tanyaku mulai memberanikan diri menatapnya. Ah, rasanya aku ingin lari saja saat ini. dia menatapku begitu dalam. Senyum itu semakin melebar ketika aku membalas tatapannya.

"aku baik dan sangat baik sekarang ketika melihatmu." Ucapnya lagi terdengar begitu manis di telingaku. Tapi aku langsung menggelengkan kepala, mengenyahkan bisikan setan di dalam pikiranku.

"Ah, maaf aku harus segera pulang. Assalamualaikum." Ucapku dengan cepat lalu menarik Naisha untuk mengikuti langkahnya yang begitu terburu-buru itu. ia pergi tanpa menunggu lelaki itu menjawab salamnya.

"Nayra, wajahmu memerah tuh." Ucap Naisha usil sembari menunjuk pipiku yang memang memanas entah karena apa. Aku memegang dadaku yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Apakah rasa itu masih ada?

"panjang umur banget ya Nay, diomongin udah muncul aja orangnya." Ucap Naisha lagi. Sepertinya dia akan terus membicarakannya sampai ia bosan sendiri. Aku hanya bungkam. Tak mau menanggapai Naisha.

***


Kenapa Ta'aruf? (sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang