°°°
Mobil sport bewarna hitam mengkilap terparkir rapi di depan rumah petak nan sederhana. Dengan langkah gontai, pria yang kerap disapa dengan sebutan Elang itu, berjalan menuju rumah salah satu sahabat dekatnya. Sudah menjadi suatu rutinitas bagi pria yang mempunyai keturunan darah Arab ini untuk menjemput sang karib guna berangkat bersama ke sekolah.
Tok! Tok! Tok!
Elang masih fokus menunggu di depan pintu sampai seseorang membukakan pintu untuknya. Sebenarnya bisa saja Elang masuk tanpa permisi, sebab sudah sangat akrab dengan penghuni rumah tersebut, namun Elang tetap menjunjung tinggi nilai sopan santun pada kehidupannya, itu adalah prinsip Elang sejak menjadi embrio, harus dicatat dan digaris bawahi!
Pintu kayu di hadapannya terbuka, Elang langsung menampakkan senyuman dikala melihat seorang wanita membukakan pintu untuknya. Wanita itu adalah ibunya Angkasa, sahabat Elang, Ibu Murni namanya. Seperti namanya, Ibu Murni memang mempunyai paras yang murni cantik dari lahir, percaya atau tidak, tapi Ibu Murni pernah diajak pacaran oleh teman satu angkatan Angkasa. Itu akan menjadi cerita lucu seumur hidup, jika sampai temannya tersebut tidak disadarkan secepatnya. Bisa-bisa Angkasa mendapatkan sosok ayah baru yang usianya sepantaran dengan dirinya. Tentu Angkasa tidak menginginkan hal itu terjadi.
Berbeda dengan para sahabatnya yang menganggap Ibu Murni sebagai teman curhat sekaligus sang pemberi nasehat yang patut diteladani, hubungan mereka juga sangat erat dan begitu akrab. Satu kebiasaan Elang yang tak pernah berubah, yaitu selalu mencium punggung tangan sang ibu guna menyalaminya. Ibu Murni sudah Elang anggap sebagai ibu kandungnya sendiri, begitu pula sebaliknya. "Masuk Lang ... Maaf ngerepotin kamu tiap hari, si Kasa susah benget bangunnya. Maklum, kebo banget anaknya," ucap Bu Murni tak enak hati karena kelakuan anak bujang satunya itu yang doyan sekali menempel dengan kasur.
Elang tersenyum simpul sebelum membuka suara, "Nggak apa Bu, lagi pula Kasa udah Elang anggap seperti saudara kandung sendiri," sahutnya dengan sopan.
Bu Murni pun tersenyum sembari mengusap bahu Elang ketika mendengar ujaran manis dari sahabat dekat anaknya itu. Lantas ia pun meminta Elang untuk membangunkan Angkasa agar bersiap pergi ke sekolah, sebab jika tidak segera dibangunkan pemuda yang satu itu nantinya akan meminta izin untuk bolos sekolah hari ini, dengan berbagai alasan seperti; kesianganlah, sakit perutlah, atau dengan terang-terangan mengatakan malas ke sekolah pada ibunya.
Kebiasaan kedua Elang saat berada di rumah Angkasa yaitu ikut tidur di samping sang karib. Kesalahan terbesar yang Bu Murni tidak ketahui adalah, Elang dan Angkasa sifat dan kelakuannya sama saja, sama-sama tidak ada yang benar. Elang membuang asal tasnya ke lantai, lalu ikut merebahkan tubuhnya di atas kasur singlesize milik Angkasa. "Geser dikit Sa," ucapnya sembari menarik selimut.
"Eungh!" Angkasa terperanjat dikala Elang tiba-tiba memeluk tubuhnya seperti bantal guling.
Merasakan hawa iblis setingkat Azazel yang masuk kedalam kamarnya membuat raganya mulai terbangun, mata sipit Angkasa terbuka sedikit demi sedikit, saat ini ia masih termenung dengan jiwa yang belum sepenuhnya terkumpul. Sesekali ia mengerjapkan mata untuk mencoba melihat dengan jelas mahluk apa yang sedang bergelung seperti koala dibadannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGAL
Mystery / Thriller[ OG/Tahap Revisi ] [ Maknae Line ] Sekolah sembari menjalankan misi? Kenapa tidak. --- Tentang kisah ketiga pria yang tak sengaja dipertemukan oleh tanggung jawab besar untuk mendamaikan dunia. Tentu semua perjalanan dan teka-teki itu tidak akan mu...