°°°
Bau amis yang begitu menyengat dapat tercium dari kejauhan. Mungkin orang yang tidak terbiasa akan menutup indra penciumannya cepat-cepat, atau akan muntah di tempat jika berada di sekitaran sana, namun berbeda dengan ketiga pria yang baru saja turun dari kendaraan roda empat yang mereka parkirkan tepat di atas rumput ilalang yang mulai memanjang. Persis jarak lima meter dari pijakan kaki mereka, bertebaran potongan-potongan tubuh dari beberapa mayat yang sudah membusuk dihinggapi lalat-lalat hijau.
Sebongkah tubuh manusia yang sudah pucat pasi terbaring menegang di atas rerumputan yang mulai menguning, bau busuk dari bongkahan daging tak bernyawa itu mulai mengundang hewan-hewan liar yang berlalu-lalang berjalan kelaparan mencari santapan dari balik semak-semak.
"Hust!!!"
Pria yang mengenakan topi hitam polos, yang semula sedang menyalakan alat penerang di sekitarnya tiba-tiba murka mendapati para hewan liar yang mengusik sebongkah mayat yang akan menjadi bahan percobaannya untuk mengasah kemampuan bedah alaminya. "Memang dasar binatang! Nggak punya pikiran, cuma mikirin lambung aja," gerutunya kesal.
Pria itu kembali mengoceh tidak jelas dengan para hewan-hewan yang kini berganti peran untuk menontonnya, andai saja Tuhan memberikan mereka mukjizat agar dapat berbicara, mungkin omelan itu dapat mereka sahut dengan lantang, dasar manusia aneh yang berisik-- itu mungkin akan menjadi contoh kalimat yang bagus untuk mereka ucap. Tapi sayang, kodrat mereka kini hanya sebatas pendengar setia si tuan bertopi hitam ini, yang masih merapalkan berbagai umpatan yang bahkan tak akan dimengerti oleh mereka.
Bugh!
Seorang pria yang mengenakan pakaian serba hitam turun dari sebuah mobil sedan, tiba-tiba ia menjatuhkan tubuh lelaki paruh baya yang semula ia gendong."Cepatlah selesaikan," katanya sembari melirik jenuh si pria bertopi hitam yang berada tak jauh darinya. Pria bertopi hitam yang mendengarnya mendecak kesal spontan, "Tck! Yakin nih nggak mau gabung? udah lama enggak."
"Nggak tertarik. Dia udah mati."
Si pria berpakaian serba hitam itu memakai maskernya kembali, lalu menyelonong pergi tanpa mengatakan hal apa-apa lagi. Melihat itu, si pria bertopi mengangkat sebelah alisnya, seperti bertanya dalam batin kepada sang karib di seberang sana yang tengah duduk bersantai menghisap segulung nikotin di atas potongan batang pohon yang menjadi bangkunya saat ini. Keduanya lantas terkekeh pelan bersamaan, seakan terpikirkan hal yang sama untuk menjawab kebingungan mereka menit lalu melihat tingkah menyebalkan temannya yang satu itu.
"It's okay, tunggu aja di mobil. Bentar lagi juga selesai," ujar pria bertopi hitam sembari memasang sarung tangan karet yang biasa dipakai para dokter saat akan menjalankan operasi.
Pria berjaket denim menghembuskan segumpal asap dari balik bibirnya, lantas sisa gulungan tembakau yang baru terbakar beberapa senti itu ia buang, lalu ia pijak hingga apinya padam. Tak lama ia berjalan mendekat, sembari mengeluarkan sebuah belati kesayangan berbalut kain putih dari balik saku celananya. Tanpa pikir panjang lagi ia langsung memotong satu-persatu alat gerak lelaki paruh baya yang dibawa oleh si pria berpakaian serba hitam yang entah kapan sudah terlelap saja di dalam mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGAL
Mystère / Thriller[ OG/Tahap Revisi ] [ Maknae Line ] Sekolah sembari menjalankan misi? Kenapa tidak. --- Tentang kisah ketiga pria yang tak sengaja dipertemukan oleh tanggung jawab besar untuk mendamaikan dunia. Tentu semua perjalanan dan teka-teki itu tidak akan mu...