°°°
Hari menjelang sore. Perlahan, langit yang semula biru berubah menjadi oranye berpadu merah muda. Sinar keemasan yang dipancarkan sang surya kian tenggelam membuat suasana tampak sangat damai dan sendu. Ditambah lagi dengan hembusan angin sepoi-sepoi yang menerpa beberapa pucuk pohon yang tersusun rapi di sekitar lapangan sekolah, dedaunan rimbun bergoyang kesana-kemari dengan guguran daun kering yang terbawa angin.
Semua list acara telah selesai dengan sempurna. Beruntungnya tidak ada kendala, bahkan kini seluruh kelas sudah selesai dibagikan, dan besok para siswa ajaran baru itu sudah bisa memulai pelajaran di kelas mereka masing-masing, tidak perlu lagi berdesakkan di dalam aula. Saat ini mereka semua hanya tinggal menunggu bel pulang berbunyi.
Hans langsung merebahkan tubuhnya ke pangkuan Elang, genangan keringat di dahinya cukup untuk menjelaskan seberapa lelah dirinya hari ini. Ia pun memijat sedikit pelipis kepalanya dengan sebelah tangan, sudah persis dengan kondisi bapak-bapak di akhir bulan.
"Habis ngapain?" tanya Elang.
Nafasnya menguar sembari menatap sekilas sahabatnya. "Capek gue Lang. Lo pikir aja, dari awal acara sampai selesai, gue dikejar mulu sama anak-anak baru. Dipikir artis kali gue?"
"Tapi emang iya sih, namanya juga orang ganteng, ya udah resiko, harus diterima dengan lapang dada. Iya kan?" lanjutnya sok dramatis, sampai-sampai Elang mual mendengarnya.
Beralih dari ekspresi seakan mau muntah, Elang lantas tertawa kecil. "Kan udah gue bilang, jangan keluyuran buat tebar pesona. Sekarang lo juga yang repot kan?" Nasehat Elang membuat Hans langsung menyumpal mulut sahabatnya itu dengan jemari rampingnya.
"Shtt! Udah ya diem, gue nggak mau dengar ceramahan ustad Arab!" Sambar Hans.
Elang hanya bisa geleng-geleng kepala, sifat Hans itu ibarat tembok sekolah, batu semua.
"Eh, Hans. Gue mau nanya."
"Hm?" balas Hans malas, jari-jarinya asik men-Checkout perintilan motor di aplikasi oren. Tuan muda yang satu ini tipikal kalau suka ya langsung beli, apa itu masukin keranjang dulu, Chekout-nya nanti-nanti?
Merasa diabaikan, Elang langsung merampas ponsel berkamera boba itu dari tangan Hans. "Lo nggak macem-macemin anak itu kan?" tanya Elang penasaran, lebih tepatnya cemas.
Walaupun Angkasa mengatakan bahwa mereka sudah tidak ada sangkut pautnya lagi dengan anggota keluarga dari ayah gadis tersebut, tapi tetap saja Elang merasa penasaran.
"E-enggak, tuh," jawabnya acuh sembari merampas kembali ponselnya, yang membuat Elang menatapnya dengan tatapan tajam.
"Cuma gangguin dikit," jujurnya. Memang tatapan Elang paling bisa buat bulu kuduk merinding kalau sudah mode serius, Hans yang katanya preman komplek saja mentalnya bisa jadi ciut dalam sekejap.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGAL
Mystery / Thriller[ OG/Tahap Revisi ] [ Maknae Line ] Sekolah sembari menjalankan misi? Kenapa tidak. --- Tentang kisah ketiga pria yang tak sengaja dipertemukan oleh tanggung jawab besar untuk mendamaikan dunia. Tentu semua perjalanan dan teka-teki itu tidak akan mu...