"Adek kenapa sedih begitu sih?" Gulf menepuk pelan pundak anaknya yang tampak menatap kolam renang dengan pandangan kosong.
Metawin terkejut, lantas memusatkan perhatian nya pada sosok sang bunda yang telah duduk manis di bangku samping.
"Mau cerita?"
Pemuda manis itu terdiam sejenak, kemudian mulai mengangguk pelan meski ragu.
"Gimana bunda bisa kenal sama Bright?"Gulf mencubit pinggang Win sembari menatapnya tajam.
"Kebiasaan banget engga sopan. Panggil ayah dong.""Dia cuma beda setahun sama adek, nda." Protesnya.
"Tapi status Bright sekarang kan suami bunda, berarti ayah kamu."
"Yaudah iya, adek panggil ayah... Kalo inget."
"Dek...."
"Iya bunda iya." Mau tak mau si manis menurut dengan perkataan bundanya walau enggan.
"Dulu bunda pertama kali bertemu Bright di bar."
"HAH?!! BRIGHT BUKA JASA ONS?!"
Gulf langsung menjewer telinga Win yang sudah berkata sembarangan. Anak itu memang tidak bisa menjaga ucapannya, terlalu blak-blakan. Tampaknya sifat alami sang bunda menurun dengan sangat baik pada pribadi Win.
"E-eh bunda.. sakit!!!" Rengeknya.
"Makanya kalau bicara jangan seenaknya adek. Lagian siapa yang izinin kamu buat nyela kata-kata bunda sebelum ceritanya selesai?"
"Iya nda, ampun!! Adek engga nakal lagi!" Metawin menyatukan kedua tangannya dan memasang wajah 'anak kelinci' andalannya.
Dengan sangat terpaksa, Gulf pun melepaskan tangannya dari telinga si putra semata wayang.
"Bunda ketemu Bright di bar bukan berarti ayahmu itu buka jasa ons dek. Mungkin kamu belum tahu atau kurang baca berita sampai tidak mengenal sosok Bright yang sudah banyak diberitakan di medsos. Tapi yang pasti, ayahmu CEO dari Astro Company sekaligus pemilik Astro Bar." Penjelasan singkat akan latar belakang Bright meluncur begitu saja.
Gulf memang tidak banyak mengerti asal-usul suami tampannya itu. Karena sejauh ini, hanya informasi seputar bisnis Bright lah yang ia tahu. Sisanya? Masih menjadi misteri.
Oh satu lagi... Masalah percintaan. Ia bahkan hanya tahu sebagian hubungan asmara Bright dengan mantan-mantannya.
"Lalu?"
"Ya pokoknya bunda jadi sering ketemu Bright dan kita berujung date bareng setiap minggu."
Metawin mengetuk-ngetukkan jemarinya pada meja berbahan mahoni yang menjadi pembatas antara bangkunya dan sang bunda. Masih mencerna perkataan Gulf.
"Berarti bunda tau mantan-mantannya Bright dong?!!" Tanya nya serius.
Yang sekali lagi dibalas tatapan tajam Gulf.
"Dek...""Hehe.. maksud adek ayah."
"Engga juga. Bunda cuma tau beberapa aja sih. Contohnya Love, Racha, Weeraya sama Sarocha."
"Selain itu?"
Gelengan menjadi jawaban atas pertanyaan Metawin.
"Kenapa? Adek tau sesuatu ya?" Gulf memicingkan mata, menatap anaknya dengan pandangan menyelidik.
"Eh? E-enggak kok nda."
"Yakin?"
"Beneran ish!"
"Yaudah sih gausa ngegas dek."
Win rasanya ingin sekali menggigit pipi bundanya. Rasa kesal yang sudah memenuhi ubun-ubun kepala butuh untuk segera ia lampiaskan. Namun ia tentu tak seberani itu mengingat masa lalu sang bunda yang telah terverifikasi memegang sabuk hitam karate. Bisa babak belur dirinya jika harus berhadapan langsung dengan sosok Gulf ketika marah.
Perbincangan sore hari antara Metawin dan Gulf terus berlanjut hingga suara langkah kaki seseorang dalam sekejap menghentikan obrolan mereka.
Keduanya memutar badan hingga mendapati seorang lelaki tampan berjalan mendekat dengan salah satu tangan menenteng jas dan dasi yang tidak melingkar lagi di lehernya. Sorot mata letih terlihat jelas memenuhi parasnya yang elok.
"Kalian ngapain di sini? Mau berenang?" Tanyanya sembari mengecup kening Gulf sekilas.
"Biasa lah, uke's talk." Jawab Metawin sembari terkikik geli.
Gulf memandang anak semata wayangnya gemas. Sudah lama ia tak melihat Win tertawa setulus itu.
"Oke, ayah gamau ganggu deh kalo gitu." Bright mengusak samar rambut dua lelaki kesayangannya. Beranjak pergi dari sana, meninggalkan ibu dan anak tersebut yang tampak kembali melanjutkan acara berbincang sore.
Sungguh jatungnya bekerja abnormal saat melihat indah senyum Metawin. Terlalu candu, terlampau menyejukkan.
Jika ditanya apakah ia menyesal telah menyakiti Metawin? Sangat. Bright sungguh sangat menyesal mengambil keputusan bodoh yang berakhir mematahkan hati si manis.
Namun apa boleh buat, semua hal sudah terjadi menyisakan sesal sekaligus rindu dalam benaknya. Ingin memperbaiki tetapi terlambat, mereka benar-benar telah berakhir.
☆☆☆☆
Update dikit buat yang kangen ceritanya😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Step Father
RandomTentang Win Metawin yang akan mempunyai seorang ayah tiri. Terdengar biasa, namun bagaimana jika lelaki yang akan dinikahi bundanya itu merupakan seseorang yang menjadi alasan atas masa lalunya yang menyakitkan?