"Adek udah bangun belum?"
Gulf Kanawut, bunda dari anak manis bernama Metawin itu mengetuk beberapa kali pintu kamar anak semata wayangnya. Tak lama pintu bercat putih di hadapannya terbuka, menampilkan si pemilik kamar yang tampak terkantuk-kantuk dalam balutan piama pastel bermotif kelinci kesukaannya.
Sang bunda menggigit jari gemas. Inilah alasan mengapa dia tak pernah mengizinkan Metawin untuk berkencan dengan wanita, karena sudah bisa dipastikan bahwa wanita itu akan insecure akibat kalah imut dan manis dari Win yang notabenya seorang lelaki.
"Kenapa Bunda?" Suara khas bangun tidur yang menyapa rungunya seakan menarik kembali Gulf dari lamunan.
Atensinya kini kembali beralih sepenuhnya pada Metawin yang menatap penuh tanya dengan kedua manik hitam yang sesekali ia kerjapkan, mencoba untuk mengusir kantuk sekaligus memperjelas pandangan.
Gulf tersenyum, mengusap pelan rambut halus si manis yang berantakan.
"Adek siap-siap sekarang ya, nanti ada tamu spesial yang datang."
Perkataan bundanya sontak membuat Win berhasil mengumpulkan kesadaran. Pemuda manis itu mengernyitkan dahi bingung. Ini hari Minggu, siapa gerangan yang hendak datang berkunjung ke rumahnya?
"Siapa bunda? Bukannya kalo hari minggu bunda jarang mau terima tamu?"
"Nanti adek bakal tau siapa orangnya kok. Jangan balik tidur lagi ya dek, dandan yang cakep bunda tunggu di bawah." Dan senyuman yang kembali sang bunda layangkan berhasil menahan Win untuk kembali bertanya.
Anak itu mengangguk singkat kemudian perlahan menutup pintu kamar—segera masuk ke kamar mandi untuk berbenah dan mengabaikan sejuta pertanyaan yang terus terlintas dibenaknya.
☆☆☆☆
Metawin tergesa-gesa menuruni puluhan anak tangga. Ia sudah terlalu lama bersiap dan membiarkan bundanya menunggu sejak 45 menit yang lalu.
"Bunda, maaf adek la—" seakan seluruh kata-kata yang hendak ia keluarkan terhenti begitu saja di tenggorokan, Win menatap terkejut ke arah ruang tamu tempat bundanya telah duduk nyaman.
Bukan, ia tidak terkejut akan penampilan Gulf yang sedikit berbeda pagi ini melainkan seseorang yang kini duduk tepat di sebelahnya.
Kedua manik mereka saling bertemu, menatap penuh arti satu sama lain. Cukup lama keheningan menguasai ruangan hingga suara Gulf berhasil menginterupsi.
"Kalian saling mengenal?"
Suasana masih hening. Pertanyaan Gulf seakan dibiarkan melayang begitu saja.
"Oh ya dek, ini calon ayah baru mu yang beberapa hari lalu bunda ceritakan."
Tanpa berniat membalas perkataan sang bunda, pemuda manis ini langsung berlari menuju kamarnya. Mengabaikan seluruh teriakan Gulf yang tampak marah dengan tindakan tidak sopannya barusan.
Metawin tak berhenti, ia semakin menjauh dan mempercepat langkah. Tidak, ia sama sekali tidak berniat untuk menjadi kurang ajar terhadap tamu yang berkunjung ke rumahnya.
Ia hanya tak siap.
Lelaki itu, lelaki yang akan ia panggil dengan sebutan ayah—Bright Vachirawit, adalah seseorang yang pernah mengisi hari-harinya.
Satu-satunya lelaki yang mampu menjadi alasannya tersenyum dan menangis. Yang berhasil meninggalkan dirinya tanpa tahu bahwa kepergiannya menorehkan luka abadi.
☆☆☆☆
Btw komen ya, ini harus lanjut atau engga (◍•ᴗ•◍)❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Father
RandomTentang Win Metawin yang akan mempunyai seorang ayah tiri. Terdengar biasa, namun bagaimana jika lelaki yang akan dinikahi bundanya itu merupakan seseorang yang menjadi alasan atas masa lalunya yang menyakitkan?