Prolog

120 16 4
                                    

"Apa salah aku suka sama kamu, Reins?" Kata cowok berkacamata. Satu tangannya membawa buku tebal bertuliskan 'Ilmu sosial dan Politik'.

Reinsya Wielder Rukmana hanya menghembuskan nafas kasar. Dia merasa sedikit malu karena lelaki di hadapanny berujar seperti itu dist kondisi kantin yang ramai dn cukup berdesakan.

"Bisa diem enggak lo. Kalau mau makan antri, kalau lo mau ngomong sama gue ya nanti. Sekarang gue laper, gak ada mood buat dengerin omongan lo." Reins pun melengos pergi  menuju stan penjual shomay.

Isaac pun terdiam. Dia langsung berbalik ke kelas. Cowok itu tidak merasa begitu lapar sehingga memutuskan pergi ke kelas untuk menenangkan debar jantung yang menggila saat menatap wajah jelita Reins.

Hampir mendekati kelas ia melihat Roza duduk di depan kelasnya. Cowok itu oun langsung menghampiri Roza dengan senyum kecil.

"Hai."

Kepala Roza langsung menoleh ke atas, mendapati orang yang dirinya tunggu.

"Oh, hai. Akhirnya lo dateng juga. Gue mau minjem buku catatan Fisika lo dong." Ucap Roza to the point. Cewek itu memng seperti itu selalu menyampaikan inti pembicaraan ketika berbicara dengan Isaac. Jarang sekali berbasa-basi.

"Lo ada jadwalnya 'kan hari ini?" Sambung Roza lagi.

Isaac mengangguk, kemudian menjawab "Iya. Tunggu sebentar, Za. Aku ambil dulu."

"Okey. G. P. L. Gak. Pake. Lama." Teriak Roza saat melihat Isaac masuk ke dalam kelas. Lelaki itu langsung menyatukan ibu jari dan telunjuk sebagai tanda mengiyakan ucapan Roza.

Roza duduk sambil menghentakkan kakinya di lantai lorong depan kelas sembari menunggu kehadiran Isaac.

"Ini!" Ujar Isaac seraya menyerahkan bukunya.

"Terimakasih," balas Roza. Kemudian gadis itu pergi menuju ke kelasnya sendiri.

Isaac melihat punggung cewek yang selama ini membentenginya. Di mata Roza, Isaac adalah cowok yang lemah karena bucin dengan Reins dan kutu buku sehingga lelaki itu gampang di bully orang lain. Lelaki itu juga baik makanya Roza sangat suka berteman dengan Isaac. Dan menurut Isaac, Roza terlalu berlebihan karena dirinya bisa mengatasi semua itu tanpa bantuan dari cewek itu. Namun, tanpa peelindungan Roza, Isaac mungkin tidak akan menemukan perempuan seunik dan sebaik Roza di sekolah ini tanpa memandang darimana ia berasal.

Pertama kali Roza melindunginya, saat itulah ia melihat sinar keberanian dan ketulusan Roza membantunya. Hal itu pasti, pasti tidak akan Isaac lupakan selama-lamanya.
.
.
.
.
.
Bersambung ....

Hai-hai aku balik dengan cerita baru ke berapa ya lupa. Mohon maaf aja nih alasan nulis ini karena aku stuck banget mau nyelesaiin BKJC. Jadi buat club BKJC mohon maaf dan mohon bersabar untuk menunggu ya...

Enjoyy gaess..
Jum, 05 Februari 2021

We Hug AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang