1

59 12 2
                                    

"Gue enggak suka diginiin tau gak!!"  seru perempuan yang disukai Isaac itu marah.

"Reins, aku enggak minta kamu balas rasa suka aku. Aku cuma mau mengungkapkan apa yang ada di benak ku aja."

"Iya, tapi enggak gini caranya. Norak, kampungan tau!"

Menurut Reins, pernyataan perasaan yang dilakukan oleh Isaac benar-benar menganggunya. Reins bukan tipe cewek yang suka melakukan suatu hal secara terang-terangan apalagi ketika ada cowok yang menyukainya dan menyatakannya di saat pulang sekolah seperti ini karena itu sama saja seperti mempermalukan diri sendiri. 

"Gini deh ya, jaman sekarang itu udah modern banget lho. Elo bisa nyatain perasaan lo ke gue lewat chat atau dm kek. Jangan katrok beginilah, bikin gue malu aja." Ujar Reins kemudian melengoskan wajahnya.

Isaac pun tertunduk. "Tapi Reins, aku enggak punya nomor kamu dan juga aku gak tau nama Instagram kamu."

"Hadeuhh.. Ya lo cari lah.. Masa gitu aja perlu gue ajarin sih. Lo bisa minta sama temen lo atau cari tau dari temen lo, bego nya tolong jangan keterlaluan."

Reins menatap ke arah lapangan disana ada beberapa orang yang lewat sembari melirik mereka berdua. Jujur dia risih.

"Udah belum nih? Gue mau cabut."

Isaac terdiam cukup lama. Ini pengalaman pertama mendekati wanita yang disukai. Dia tidak tahu harus melakukan apa, bahkan berinisiatif untuk mencari tahu sendiri tentang Reins saja dia bingung dan malu. Bingung karena teman yang dekat dengannya tak begitu kenal dengan Reins dan malu harus mencari tahu langsung dengan orangnya.

Ponsel Reins berbunyi sekejap menandakan pesan masuk. Dia mendapat pesan dari supirnya bahwa pria paruh baya itu sudah menunggu di dekat pos satpam sekolah.

"Gue rasa elo udah paham. Gue cabut dulu."

Baru beberapa langkah tangan Reins dicekal oleh Isaac. Cowok tinggi berkacamata itu memegang tangan Reins untuk pertama kalinya. Sungguh tangannya bergetar. Antara menahan debar jantung dan juga rasa malu.

Reins tersentak. Dengan cepat ia berbalik dan menatap horor tangan cowok yang memegang tangannya itu. Dengan gerakan cukup cepat ia hempaskan dan mendorong bahu cowok itu dengan satu tangannya.

"Lo apa-apaan sih?!"

"Gue enggak suka dipegang kayak gitu! Apalagi sama LO!" Tunjuk Reins tepat  di depan wajah tampan berkacamata Isaac.

Beberapa orang yang berjalan menuju parkiran yang otomatis melewati tempat Isaac dan Reins berada pun berhenti dan menatap ngeri ke arah wajah Reins yang tampak murka. Semua orang tahu bahwa Reins tidak suka disentuh. Tapi cowok culun itu berhasil menyentuh Reins.

"Maaf, Reins. Aku reflek."

"Dasar buaya lo ya. Lo tuh sama aja sama cowok playboy di luar sana. Cuman beda nya lo itu pake kacamata buat nutupin keganasan lo. Huh, serigala berbulu domba tau gak?!"

Isaac tersentak mendengar itu. Reins salah paham. Cewek itu benar salah paham terhadapnya, Isaac tidak pernah merendahkan wanita, cowok itu menghargai semua wanita. Hanya saja tadi itu dia benar-benar reflek.

"Maaf. Aku benar-benar enggak sengaja Reins." Ujar Isaac penuh penyesalan.

"Reins!" Suara lantang itu datang dari belakang punggung Isaac. Cowok itu lantas menoleh dan mendapati Roza berjalan ke arah mereka berdua. Bahkan sepatunya sampai menggema di sepanjang lorong, tempat mereka berada.

"Lo yang keterlaluan. Kata-kata lo enggak pantes buat dia."

"Oh oh.. Liat siapa yang datang, Isaac. Malaikat lo. Lo enggak usah pura-pura baik, Za dihadapan Isaac. Lo itu enggak lebih dari cewek nakal dan bodoh yang cuman bisanya ngabisin uang orang tua lo. Bener-bener beban hidup lo tuh."

"Apa lo bilang?!" Roza melototkan matanya. Dia sungguh tak terima. Tahu apa cewek di depannya ini. Dia cuman punya mulut racun yang bisanya nyakitin hati orang.

"Za, udah za. " Isaac menepuk tangannya secara pelan dipundak Roza. Berpikir bahwa itu akan membuat cewek berambut sebahu itu dapat menahan amarahnya. Tapi hal itu tidak sengaja di lihat Reins dan membuat cewek itu berdecih.

"Liat itu. Lo bilang reflek nyentuh gue. Tapi lo dengan santainya nyentuh Roza. Apa jangan-jangan lo sama Roza...?"

"Apa? Gue sama Isaac apa hah?. Lo jangan pernah buat mikir kalau gue ada apa-apa sama Isaac. Sampai ada berita aneh tentang gue sama Isaac dan sampe gue tahu itu asalnya dari elo!" Jari telunjuk Roza menunjuk tepat di depan hidung mancung Reins. "Gue gak akan segan-segan. Tau gak lo!"

Reins sedikit bergidik. Meskipun dia berkuasa di sekolah ini. Tak ayal ia masih saja takut dengan Roza yang sering keluar-masuk BK. Yah, dengan masalah berantem. Cewek itu entah belajar darimana bela diri tapi semua lawannya habis babak belur karena Roza.

"Eung, iya-iya." Sahut Reins dengan lemas.

"Sebelum pulang, ada mau gue omongin sama elo!" Kata Roza final.

"Dan elo, Isaac. Elo pulang aja, gue liat ayah lo udah nunggu di depan."

Isaac yang lesu karena tak bisa mengetahui apa yang akan dibincangkan Roza kepada Reins pun hanya dia berkutik. Cowok itu hanya mengiyakan ucapan Roza dan pergi menuju mobil pajero yang terparkir di depan gedung C sekolahnya.

Kemudian Roza pun membawa Reins ke taman yang dipastikan sepi dan tak ada yang melaluinya.
.
.
.
.
.
Bersambung...

Kira-kira apa yang bakal diobrolin sama Roza? Penasaran keep stay tune ya 💜💜

Sab, 06 Februari 2021
Achaauu!!

We Hug AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang