Jisung segera bersiap setelah membaca pesan dari kekasihnya. Ia sudah mandi, keramas, menggunakan baju yang membuatnya tampak semakin keren, juga parfum dengan aroma kesukaan kekasih manisnya itu.
Enam jam lagi, pemuda februari itu akan resmi berusia dua puluh tahun. Meski baginya, tidak ada banyak yang berubah selain statusnya yang sebelumnya hanya seorang remaja, kehidupannya akan tetap sama.
Setidaknya, itu yang ada dipikirannya selama beberapa waktu terakhir. Sebelum pemuda manis bermarga Zhong itu mulai menggodanya dengan hal-hal yang tidak pernah terpikirkan ada dilakukan oleh anak itu.
°°°°
Jisung terkekeh saat mengingat hari itu. Saat pergantian tahun, Chenle bersikeras mengajak Jisung untuk merayakan tahun baru bersama. Pemuda manis itu bahkan sudah membuat daftar panjang mengenai kegiatan-kegiatan yang seharusnya mereka berdua lakukan bersama.
Sayangnya, Jisung terlalu malas untuk keluar pada hari itu dan berakhir dengan perang dingin di antara mereka.
Oh ayolah, musim dingin dan kondisi lututnya yang masih cidera membuat Jisung lebih memilih berdiam diri di asrama dan mengistirahatkan diri.
Cukup merepotkan sebenarnya harus menghadapi kemarahannya. Sekeras apa pun Jisung menghubunginya, Chenle sama sekali tidak merespon.
Bahkan saat jadwal untuk Rooftop Fight bersama Dreamies, Chenle masih saja mengabaikannya dan lebih mengekori ke mana pun Mark pergi.
Jisung tidak cemburu, akan terlalu lelah jika ia harus merasakan cemburu pada anggota tertua itu. Oh ayolah, Chenle bahkan menganggap Mark sebagai putranya, jadi untuk apa Jisung cemburu?
Omong-omong Rooftop Fight, sejujurnya, Jisung sempat takut saat bagian di mana Chenle harus melayangkan pukulan ke wajahnya. Ia paham, semua itu sudah diatur oleh staf. Namun, entahlah, saat itu Jisung merasa Chenle seolah benar-benar akan memukulnya dengan penuh emosi. Beruntung, pemuda Zhong itu sangat profesional sehingga wajah tampan Jisung tidak harus memiliki lebam yang menyebalkan.
Jisung mulai frustasi saat harus bekerja dengan kondisi seperti itu. Namun, siapa sangka saat Jeno tidak mencantumkan tentang pertemuan ikonik antara ia dengan Chenle, dan saat Jisung menceritakan hal itu, kekasih manisnya itu kembali luluh.
Bukan hanya kembali bersikap manis padanya, Chenle bahkan meminta maaf untuk keegoisannya malam itu. Sayangnya, bukan Jisung namanya jika tidak memanfaatkan keadaan. Setelah selesai dengan Rooftop Fight dan Mark Awards, kini berbalik Jisung yang mendiamkan Chenle, membuat si manis merengek dan mengikutinya ke mana pun ia pergi.
Saat dirasa cukup lelah, Chenle justru hanya duduk di ruang make up, mengerucutkan bibir sembari menunggu kekasihnya membersihkan riasan.
"Park Jisung!" Chenle akhirnya angkat bicara.
Jisung terkekeh kecil memperhatikan wajah menggemaskan pacarnya dari pantulan cermin.
"Berhenti mendiamkan ku!" gerutu Chenle.
Tolong tahan Jisung. Ia benar-benar ingin mengigit pipi seputih susu yang kini sedikit memerah karena marah.
"Ji, aku benar-benar ingin merayakan ulang tahunmu, hanya kita, berdua. Berbicara lah denganku, aku harus mulai merencanakan semuanya."
Jisung menghela napas, memutar kursi hingga menghadap Chenle. "Mau apa? Ayolah kita bisa melakukan bersama yang lain."
"Tapi aku ingin menghabiskan wakru berdua saja denganmu. Kita jarang berduaan akhir-akhir ini. Apa kamu tidak merindukanku?" protes Chenle. Oh ayolah, keduanya sudah berpacaran selama tiga tahun dan sangat jarang memiliki waktu untuk berduaan apalagi di hari-hari yang spesial.
"Tanyakan kenapa hal seperti itu bisa terjadi pada pacarku yang sangat sibuk itu," cibir Jisung.
Chenle terkekeh, benar, dirinya yang jarang memiliki waktu untuk Jisung. "Maafkan aku, ayolah anggap makan malam ini sebagai permintaan maafku. Datang ke rumahku ya, kita berdua saja."
Jisung hanya diam, tidak memberikan respon apa pun.
"Kamu mau makan apa? Aku akan menyiapkan semua. Bilang saja."
"Sungguh?"
Chenle mengangguk mantap.
"Aku ingin memakanmu."
Satu kalimat singkat dari Jisung sukses membuat sebuah pukulan mendarat di lengannya. "Apa-apaan?"
Tangan Jisung dengan cepat memegang tangan Chenle, membuat si manis berhenti dari aktivitas pukul-memukulnya itu.
"Kamu lupa, aku sudah dua puluh tahun, Zhong Chenle. Aku bisa melakukan apa pun, termasuk memakanmu," ucap Jisung, sedikit berbisik membuat suara beratnya terdengar begitu sexy.
Chenle menelan ludah, wajahnya kini benar-benar memerah karena malu.
"Kamu ini kenapa?" Jisung terkekeh pelan. "Chenle-ya aku bercanda, jangan panik seperti itu."
Chenle segera bangkit dari duduknya, menarik tangannya dari Jisung. "Pokoknya kamu harus datang ke rumahku."
"Aku akan menyiapkan pesananmu itu, Tuan Park."
Setelah mengucapkan hal itu, Chenle segera berlari meninggalakan ruangan, membiarkan Jisung yang masih nge-lag
°°°°
Lagi-lagi Jisung terkekeh mengingat masa itu. Sejujurnya Jisung hanya bercanda, tetapi ia tidak menyangka kalau Chenle benar-benar akan melakukan hal itu.
Ia melihat kearah cermin untuk terakhir kalinya. Sempurna! Tampan.
"Kak aku akan pergi dan menginap. Jangan cari aku," pamit Jisung pada Renjun yang tengah sibuk dengan lukisannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE 6940th DAY ✅ (JICHEN / CHENJI)
Fanfiction"Selamat ulang tahun, Park Jisung." "Terima kasih, Chenle." "Aku harap kamu akan menyukai hadiah dariku." "Apa itu?" "Diriku." °°°°° Cerita pendek dalam rangka ulang tahun Jisung! tw // smut , kiss , sex boyxboy