Jisung tersenyum tipis saat berhasil membuka pintu kediaman kekasihnya itu. Chenle benar-benar tidak bercanda bahwa ia telah mengubah kata sandinya.
Hangat.
Itulah yang selalu Jisung rasakan setiap kali memasuki hunian ini. Padahal, tempat itu termasuk jarang ditempati, terlebih setelah Tuan dan Nyonya Zhong benar-benar meninggalkan putra bungsunya di tempat ini. Jisung benar-benar tidak menyangka, anak laki-laki berdarah China yang dulu selalu takut sendirian dan akan menangis sembari menelfonnya saat keluarganya tidak kunjung datang, kini justru meminta untuk diberikan ruang privasi.
Baguslah. Jisung tidak akan khawatir akan ketahuan Nyonya Zhong saat dia ingin berpacaran dengan putra manisnya itu.
Pemuda jangkung itu semakin masuk ke dalam rumah, mengedarkan pandang ke sekitar. Benar-benar sepi, bahkan Daegal, anak anjing yang sangat aktif itu pun tidak terdengar suaranya. Padahal biasanya buntalan kapas itu akan berlari menemui siapa pun yang masuk ke dalam rumah.
Begitu sampai di dapur, Jisung tersenyum tipis. Punggung seseorang yang sangat dicintainya menjadi hal pertama yang menarik perhatiannya. Dengan langkah sepelan mungkin, Jisung mendekati pemuda itu. Tangan besarnya ia lingkarkan di pinggang ramping sang pujaan hati, membuat sosok kecil itu terperanjat.
"Aku pikir siapa," protes Chenle. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Memang siapa lagi yang kamu beri tau kode pintu sampai berpikir aku orang lain, hm?" tanya Jisung.
Ia menunduk, mendaratkan dagu ke pundak Chenle dengan tetap memeluknya dari belakang.
"Tidak ada."
"Kak Haechan benar-benar membawa Daegal?"
"Hmm, tapi entahlah ia sempat berebut dengan Kun-ge, mengenai hak asuh Daegal untuk sehari." Chenle mematikan kompor, menyajikan makanan di piring.
"Bantu aku." Chenle menyikut Jisung, membuat pemuda itu mundur.
"Aku harus apa?"
"Bawa piring-piring itu ke meja, dasar bodoh."
Jisung hanya meringis, menampilkan deretan gigi putihnya kemudian menuruti perintah Chenle.
°°°°°
Ia sudah duduk di meja sejak beberapa menit yang lalu, menunggu Chenle yang tengah merapikan dapur. Setelah dirasa cukup, pemuda Zhong itu mendekati kekasihnya, duduk di sebelahnya sembari tersenyum manis.
"Makan lah, aku sudah membuatnya."
Jisung hanya menurut. Keduanya sibuk menikmati hidangan di depan mereka dalam diam. Alunan musik serta dentingan alat makan menjadi satu-satunya melodi yang mengisi ruangan tersebut.
"Bagimana rasanya?" tanya Chenle.
"Kamu sudah tau jawabannya, untuk apa bertanya?" jawab Jisung sarkas.
"Aku ingin mendengar dari mulutmu langsung."
"Ini enak, semua yang kamu buat selalu enak. Bahkan jika itu adalah menu pertama mu, itu akan tetap selalu enak," jelas Jisung. Ia kembali menyantap hidangannya, membiarkan kekasihnya yang kini bersemu merah.
"Kamu juga harus memakannya," ucap Jisung sembari menaruh makanan di mangkuk Chenle yang sudah kosong.
Jisung perhatikan, pemuda manis itu hanya memakan beberapa suap saja dan kemudian malah sibuk dengan beberapa potong buah. Untuk apa dia masak sebanyak ini kalau tidak dimakan.
"Aku sedang diet," balas Chenle.
Mendengar hal itu, Jisung berhenti dari kegiatan menguyahnya. Ia menatap kekasihnya lekat-lekat, seakan meminta penjelasan untuk itu.
"Come back kita sebentar lagi, Jisung. Kamu kan tau, aku ini mudah sekali bertambah berat badan, tidak sepertimu. Aku ingin terlihat sempurna di depan para fans. Mereka menunggu lama untuk ini," jelas Chenle.
Jisung hanya menghela napas lelah, "Makan saja, kamu tidak akan berubah menjadi babi dalam semalam."
Chenle menggeleng, ia memasukkan sepotong melon ke dalam mulutnya. "Aku benar-benar bisa menambah berat badan jika makan terlalu banyak."
Tanpa mengucapkan apa pun, Jisung mengambil makanan di mangkuk Chenle dan mendekatkan ke mulut pemuda itu. "Buka mulutnya."
Hanya sebuah gelengan lemah yang menjadi jawaban Chenle. Sementara itu, Jisung mengusak wajahnya, lelah dengan kekasih manisnya itu. Latihan untuk come back kali ini cukup padat, belum lagi kegiatan siaran, serta cuaca yang sangat dingin sangat memungkin menurunkan imunitas tubuhnya.
"Chenle-ya!" panggil Jisung lagi yang tetap diabaikan oleh Chenle.
Jisung mengambil makanan milik Chenle, memasukkan ke dalam mulutnya sendiri. Sepersekian detik kemudian, tangan besarnya menarik tengkuk sang kekasih, membawa wajah manis tersebut mendekat padanya.
Tanpa membiarkan Chenle menyadari apa yang tengah terjadi, belah cherry nya telah menempel dengan milik Jisung. Ia hanya diam, membiarkan sentuhan dari bibir penuh kekasihnya. Lenguhan tipis keluar tatkala benda tidak bertulang itu melesak masuk ke dalam mulutnya.
Chenle hampir saja terbuai oleh sentuhan kekasihnya sebelum pemuda itu merasakan gurih dari masakannya berpindah menyentuh lidahnya.
Jisung bergerak mundur, melepaskan Chenle sembari tersenyum puas saat si manis mulai mengunyah makanannya.
"Nah, pinter. Makan yang banyak biar tinggi," canda Jisung sembari mengusak rambut Chenle.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE 6940th DAY ✅ (JICHEN / CHENJI)
Fanfiction"Selamat ulang tahun, Park Jisung." "Terima kasih, Chenle." "Aku harap kamu akan menyukai hadiah dariku." "Apa itu?" "Diriku." °°°°° Cerita pendek dalam rangka ulang tahun Jisung! tw // smut , kiss , sex boyxboy