Yours (!!!)

10.1K 747 247
                                    

Chenle terjatuh saat mencoba berdiri, beruntung kekasihnya itu dengan sigap menahan pinggangnya, menarik tubuh mungil itu ke dalam pelukan.

"Santai, Chenle. Kamu ini sudah tidak sabar ya?" goda Jisung yang berhasil membuat wajah cantik itu semakin memerah.

Dicurinya satu kecupan di dahi yang sudah basah oleh keringat itu. Dalam, hangat, dan lembut, yang tentu saja memberikan ketenangan dalam diri Chenle. Ia tahu, kekasihnya memang pemuda yang sangat lembut, dan Chenle benar-benar terjebak dalam karisma itu.

Ia memeluk Jisung, erat. Mengalungkan tangan di leher sang kekasih sembari menenggelamkan wajah di lehernya.

Satu tangan Jisung mengangkat paha Chenle, mengarahkan ke pinggangnya yang refleks diikuti oleh kaki Chenle yang satunya. Dengan gaya koala, Jisung membawa kekasih manisnya itu ke dalam kamar, merebahkan tubuh ramping itu di ranjang, dan langsung mengukungnya.

"Ji," panggil Chenle. "Pintu kamarnya ditutup ya."

Jisung menautkan alis, heran. Mereka hanya berdua, untuk apa menutup pintu kamar?

"Aku hanya merasa risih jika pintunya terbuka."

Pemuda itu mencuri sebuah kecupan sebelum beranjak, menuruti keinginan sang kekasih, menutup pintu dengan terburu-buru.

Tubuhnya tersentak, begitu ia berbalik, Chenle berada di sana, mendorongnya hingga punggung lebarnya membentur pintu.

Chenle berjinjit, kedua tangannya menangkup pipi sang kekasih sementara kedua belahnya bertaut. Seperti yang Jisung lakukan, Chenle melumat belah berisi pujaannya itu dengan lembut.

Sementara itu, kedua tangan Jisung mulai meremas pinggang ramping itu, kemudian bergerak ke bawah, menuju bongkahan kenyal sang kekasih, meremasnya cukup keras hingga membuat desahan lirih lolos dari mulut yang terus berusaha mencumbunya.

Perlahan tapi pasti, Jisung membawa Chenle ke tempat tidur, ia menjatuhkan badannya, membuat si manis kini berada di atasnya, berada di pangkuannya, membuat milik keduanya yang sudah mengeras itu bersentuhan.

Jisung lah pertama melepas tautan mereka, memandang wajah erotis kekasihnya dengan penuh nafsu. Saat Chenle tengah mencoba menarik oksigen ke dalam paru-parunya, tangan besar Jisung menyusup masuk ke dalam kaos tipis itu, mencari tempat yang menjadi kesukaannya sejak beberapa saat lalu.

Lenguhan halus kembali lolos dari bibir itu, beserta dengan dada yang membusung begitu Jisung meremas pelan puncak kekasihnya yang menegang.

"Chenle," panggil Jisung. "Jika kamu tidak menghentikanku sekarang, aku tidak berjanji bisa mengontrol diriku."

"Just do it!" gumam Chenle.

Setelah mendapat lampu hijau, Jisung segera menarik kaos pacarnya itu ke atas, membuat benda itu terlepas dan tergeletak begitu saja di lantai. Jisung menelan ludah, berkali-kali ia melihat tubuh kekasihnya itu, baik di ruang ganti misalnya. Namun, Jisung baru menyadari bahwa lekuk sang kekasih ternyata semenggairahkan itu.

Sebuah rematan terasa di kepala Jisung saat belah bibirnya menyentuh dada sang kekasih. Dihisapnya puncak merah muda yang sedari tadi terlihat nikmat.

Chenle? Pemuda itu sudah sangat kacau. Desahan serta perintah agar pacarnya berhenti terus diucapkan dengan tidak jelas. Sementara kedua tangannya terus menekan kepala Jisung, menuntut pemuda februari itu melakukan lebih.

Jisung memutar posisnya, membuat tubuh sang kekasih berada di bawahnya. Ia benar-benar kagum melihat wajah memerah dan basah oleh keringat milik Chenle. Sangat membakar sesuatu di dalam dirinya.

THE 6940th DAY ✅ (JICHEN / CHENJI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang