Chenle mengerutkan dahi saat melihat Jisung beranjak dari duduknya, hendak mengambil padding hitam yang sebelumnya pemuda itu kenakan.
"Kamu katanya mau nginep?" tanya Chenle.
"Memang," jawab Jisung sekenanya.
"Lalu kamu mau ke mana?"
"Ikut denganmu."
Mendengar jawaban tidak masuk akal kekasihnya, Chenle segera mendekat. Sebuah pukulan mendarat di lengan pemuda Park tersebut.
"Kamu ini kenapa?" Jisung mengusap lengannya yang sedikit terasa panas.
"Kepala saja yang besar, tapi otak tidak ikut besar. Bodoh!" umpat Chenle.
"Diam di rumah, dan tunggu aku satu jam lagi. Jangan kemana-mana!" titah Chenle.
"Apa-apaan?" Jisung hendak protes, tetapi ia mengurungkan niat saat wajah manis di depannya berubah garang.
"Jangan membuang waktu ku, Jisung. Aku bisa terlambat," ancam Chenle.
"Baiklah, baiklah. Pergilah."
Meski ragu, Chenle akhirnya segera meninggalkan Jisung saat ponselnya berdering, supir yang ditugaskan untuk mengantarnya sudah datang.
°°°°°
Chenle melangkah kaki ke dalam kediamannya. Hangat dan nyaman. Ia sangat lelah, salju turun terlalu lebat membuat lalu lintas terhambat dan memakan banyak waktu.
Ia tersenyum saat melihat punggung lebar kekasihnya. Pemuda Park itu masih di sana, tengah duduk di hadapan piano kesayangannya. Jemari panjang itu menekan tuts piano secara acak, membuat alunan yang terdengar lucu dan membuat hati Chenle menghangat saat mendengarnya.
"Aku pikir kamu harus benar-benar belajar piano mulai sekarang," ucap Chenle begitu ia sampai di belakang kekasihnya.
Jemarinya megusap kepala belakang Jisung dengan lembut. "Bosan? Maaf membuatmu menunggu."
Sebuah kecupan singkat mendarat di pipi Jisung sebelum Chenle akhirnya memilih mendudukkan bokongnya di sebelah Jisung, berbagi pada kursi yang sama.
"Aku masih mendalami gitar. Tidak efektif kalau aku belajar keduanya bersamaan, aku ingin menjadi ahli pada setidaknya pada satu alat musik," jawab Jisung yang berhasil menggembangkan senyum cerah di wajah Chenle.
"Bagus, kita bisa berduet. Aku bermain piano, kamu bermain gitar. Oh, aku ingin kita menyanyikan lagu Perfect milik Ed Sheeran atau Stuck With You. Ah sungguh ide bagus. Rajin lah berlatih, aku akan membujuk manager agar kita bisa memiliki satu cover di youtube."
Setelah mengutarakan idenya, perhatian Chenle kembali teralihkan pada piano di hadapannya. Awalnya dalam tempo yang pelan, pemuda manis itu mulai menarikan jemari lentiknya di atas tuts-tuts piano. Memaikan sebuah lagu romantis untuk seseorang di sebelahnya.
"Bagaimana?" tanya Chenle, ia menyandakan kepala pada bahu Jisung.
"Indah, selalu indah. Kamu seharusnya merekam dan mengirimnya di Bubble, fans pasti akan sangat menyukai itu," saran Jisung. Tangannya bergerak ke atas, mengusap rambut kekasihnya dengan lembut, memberikan ketenangan.
"Tidak mau, lagu tadi spesial untukmu. Hanya kamu yang boleh mendengar."
"Fans akan marah kalau mengetahui ini Chenle," gurau Jisung.
Chenle menarik tubuhnya, duduk dengan tegak. "Kalau begitu, jangan beritahu mereka!"
Jisung terkekeh melihat wajah menggemaskan Chenle. Pemuda Park itu memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman kemudian menepuk bahu, memberi tanda agar si manis kembali ke dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE 6940th DAY ✅ (JICHEN / CHENJI)
Fanfiction"Selamat ulang tahun, Park Jisung." "Terima kasih, Chenle." "Aku harap kamu akan menyukai hadiah dariku." "Apa itu?" "Diriku." °°°°° Cerita pendek dalam rangka ulang tahun Jisung! tw // smut , kiss , sex boyxboy