Bab 7

864 29 0
                                    

"Uhhhh~ uhh~ terus, Bagas, teruskan," racau Devika tidak jelas saat laki-laki merambut hitam itu menyesap vaginanya dengan brutal.

Devika tidak habis pikir kalau obat yang diberikan Ria benar-benar manjur. Lihat saja buktinya, laki-laki di hadapan Devika ini seakan-akan lupa akan sekitarnya. Ia hanya fokus untuk menyerang Devika secara terus menerus.

Sekarang tubuh Devika sudah polos tanpa benang satu pun. Terima kasih kepada Bagas yang sudah melepas branya dan merobek celana dalam miliknya.

"Ahh... akh!" pekik Devika saat Bagas memasukkan lidahnya ke dalam liang Devika. Tangan Devika secara refleks meremas rambut dari lelaki yang ia cintai. "Teruskan, Bagas."

Bagas terlihat sudah dikuasai oleh nafsunya akibat obat perangsang yang ia minum. Ia tidak peduli dengan apa yang ia lakukan atau siapa yang sedang ia setubuhi karena hal utama yang ia inginkan saat ini adalah melampiaskan nafsu yang terasa sangat menggebu-gebu.

"Kau manis," ucapnya tanpa sadar sembari melepaskan pakaiannya hingga ia juga bertelanjang bulat seperti Devika. Dengan sangat tergesa-gesa seakan dikejar setan, Bagas memposisikan penisnya di depan lubang vagina Devika.

Melihat hal itu, Devika bersorak gembira dalam hati. "Akhirnya tujuanku tercapai," bisiknya kecil. Ia dengan sengaja mengangkat pinggulnya dan melingkarkan kedua kakinya di pinggul Bagas.

Mata Bagas semakin berkabut, ia kemudian menindih Devika dan memasukkan penisnya dengan cepat. "Akh!" erang Bagas karena lubang Devika sangat sempit.

Devika sendiri meringis panjang. Ia dapat merasakan darah keperawanannya mengalir membasahi penis Bagas. "AKHH! Ahhkk! Sa-sakit!"

Tanpa menghiraukan teriakan kesakitan Devika, Bagas segera menggerakkan pinggulnya dengan cepat. "Ahsshh... hsnn..." Bagas juga ikut mendesah saat dinding vagina Devika terus meremas-remas penisnya. Sembari menggerakkan penisnya, Bagas juga terus menerus meremas kedua dada besar Devika dan terkadang menghisapnya.

Tak perlu waktu lama sampai akhirnya Bagas dan Devika mendapatkan kilmaksnya. Devika mendesah sangat panjang saat penis Bagas menyemprotkan spermanya berkali-kali ke dalam rahim Devika.

Tubuh Bagas seketika itu juga ambruk di atas tubuh Devika. Devika juga sangat kelelahan tapi ia bahagia, karena rencananya berjalan mulus. Tapi sepertinya Devika harus berani menanggung resiko dari rencananya ini. Karena beberapa menit kemudian, Devika dapat merasakan penis Bagas yang kembali mengeras di dalam tubuhnya.

"Ba-Bagas?" ucap Devika saat matanya bertemu dengan mata Bagas. Tanpa aba-aba, laki-laki itu kemudian memagut bibir Devika dan kembali menggerakkan tubuhnya.

"Kyaa!" pekik Devika. Perempuan itu hanya pasrah menerima perlakuan laki-laki itu.

"Bangun!" perintah Bagas kemudian melepas penisnya. "Cepat menungging." Devika hanya mampu menuruti perintahnya. Dan mereka kembali menyatukan tubuh mereka.

"Akh! Akh! Ahh... sshhh~" Devika hanya bisa terus mendesah. Ia sudah tidak tahu entah berapa kali ia dan Bagas mencapai klimaks. Rasanya rahimnya sudah penuh dengan cairan semen milik Bagas, hingga akhirnya Devika pingsan karena kelelahan.

Bagas yang masih berada di bawah pengaruh obat seakan tidak peduli dengan keadaan pasangannya yang sudah tidak sadarkan diri. Laki-laki itu terus menerus menggenjot tubuh Devika hingga ia kelelahan dan ikut tertidur di atas karpet di ruang tamu Devika.

.

.

.

Elliana kembali menggeliat dalam tidurnya. Merasakan ada seseorang yang sepanjang malam terus memeluknya membuat hatinya terasa hangat.

"Selamat pagi, Bidadariku."

Akhirnya Elliana terbangun karena mendengar suara bariton laki-laki yang ia cintai itu. "Selamat pagi, Pangeranku."

"Kau pasti kelelahan ya?" Kendrick menyentil dahi Elliana pelan.

Elliana menggembungkan kedua pipinya. "Memang itu salah siapa? Aku sampai tidak ingat kita bermain berapa ronde semalam," sahut Elliana dengan wajah memerah.

"Aku tidak bisa menahan diriku, Ell," balas Kendrick kemudian mengecup bibir Elliana sekilas. Setelah bibir mereka terpisah, Elliana menatap mata hitam Kendrick sebentar kemudian menenggelamkan dirinya dalam pelukan pemuda itu.

"Jadi... kita benar-benar akan berpisah?"

Hening sebentar sebelum akhirnya Kendrick memeluk tubuh Elliana dengan erat. "Maafkan aku. Aku tidak bisa melakukan apa-apa, Ell. Ayahku mengancam akan menyakitimu. Kalau kau sampai disakitinya, aku tidak akan bisa hidup."

"Sstt... jangan katakan hal mengerikan seperti itu," balas Elliana. Ia semakin menenggelamkan dirinya dalam rengkuhan Kendrick. "Aku mengerti... dan sekarang aku akan melepasmu, Kendrick."

Kendrick merasakan bahu mantan kekasihnya itu bergetar. Ia tahu kalau Elliana sedang menangis, tapi yang bisa ia lakukan hanya tetap memeluknya sembari mengecup pucuk kepalanya. Kendrick bahkan dengan sengaja menghirup wangi rambut Elliana dan mematrinya dalam otaknya agar ia tidak pernah melupakan wangi yang selalu bisa memabukkannya ini.

Setelah puas dengan acara pelukan mereka, akhirnya Elliana melepas Kendrick. "Sekarang sebaiknya kau pulang, Kendrick. Aku ingin sendiri dan... aku juga ingin melepasmu sekarang."

Kendrick hanya terdiam mendengar ucapan Elliana. Ia hanya mengangguk, kemudian mengenakan pakaiannya satu per satu. Setelah ia berpakaian lengkap, Kendrick menatap Elliana yang masih terduduk di atas tempat tidur. Selimut yang ia pakai terjatuh dan menampakkan kedua payudara montoknya.

"Aku pergi, selamat tinggal, Elliana," ucap Kendrick pelan. Mereka saling bertatapan lama sampai akhirnya Kendrick memilih pergi dari sana. Ia tidak mengatakan kepada Elliana kalau sebenarnya Devika memiliki rencana agar pernikahan mereka dibatalkan. Ia sengaja tidak mengatakannya karena ia tidak ingin membuat Elliana kecewa jika rencana Devika gagal.

Di lain pihak, mata Elliana kembali berkaca-kaca saat Kendrick menghilang dari pintu kamarnya. Mungkin ini terakhir kalinya ia dapat bertemu dengan laki-laki yang sangat ia cintai itu.

"Ahhhh!" teriaknya frustasi sambil menangis kencang. Elliana menangkupkan wajahnya pada kedua tangannya. Kenapa dunia begitu kejam kepada dirinya? Saat Elliana mendapatkan kebahagiaannya, dunia begitu cepat merampasnya kembali.

Entah berapa lama Elliana menangis di atas tempat tidurnya sampai akhirnya ia tertidur karena kelelahan. Sesaat sebelum tertidur, Elliana berdoa dalam hati agar benih Kendrick dapat tumbuh dalam rahimnya. Walaupun ia tidak dapat memiliki Kendrick, paling tidak ia bisa memiliki bukti rasa cinta mereka. Dan itu sudah cukup bagi dirinya.

.

.

.

To Be Continued

***

Terima kasih sudah membaca cerita ini.
Vote akan sangat membantu author untuk semakin semangat menulis ^^

Kita, Kamu, dan Dia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang