Bab 8

829 30 5
                                    

Bagas mengerang pelan saat ia bangun dengan kepala yang terasa sangat pening. "Aduh," erangnya saat tubuhnya terasa sangat pegal.

"Kau sudah bangun?"

Mendengar suara yang asing masuk ke indra pendengarannya itu berhasil membuat Bagas membuka matanya. Matanya membulat saat melihat Devika yang tertidur di sebelahnya dalam keadaan telanjang bulat.

"Kau? Devika? Apa yang terjadi?" tanya Bagas bingung.

Walaupun kepalanya masih terasa pusing, ia dengan cepat melihat sekeliling dirinya. Ia masih berada di dalam apartemen Devika dan sedang berada di atas karpet ruang tamu Devika. Matanya kemudian menatap Devika dan melihat dirinya yang juga telanjang bulat.

Hingga akhirnya matanya sampai pada penisnya yang masih tertanam di dalam vagina Devika. "Ma-maaf, Devika," ucapnya tergesa-gesa sambil menarik penisnya dari dalam tubuh Devika.

"Akh!" pekik Devika pelan.

Mata Bagas dapat melihat gumpalan putih yang ikut keluar dari vagina Devika. Ia tentu tahu kalau itu cairan semennya. Laki-laki berumur 22 tahun itu berusaha keras mengingat apa yang telah terjadi pada mereka. Ia hanya ingat kalau kemarin ia mengantar mobil Devika, setelah itu ingatannya buram.

"Apa kau melupakan semuanya, Bagas?" tanya Devika dengan suara jernihnya.

Berlawanan dengan keadaan Bagas yang sedang bingung dan tegang, Devika sendiri terlihat santai. Jari-jari lentiknya meraba wajah Bagas. "Terima kasih ya karena kau sudah menerima perasaanku," ucap Devika berbohong padahal kemarin ia sudah ditolak oleh Bagas. "Aku senang sekali," tambah Devika kemudian memeluk erat Bagas.

Eh? Ada apa ini?

Tiba-tiba Bagas ingat kalau Devika kemarin memang menyatakan perasaannya tapi kejadian setelah itu benar-benar buram. Ia tidak ingat kejadian setelah itu.

"Tu-tunggu, maksudmu apa?" tanya Bagas sambil menjauhkan tubuh Devika agar ia bisa menatap mata gadis itu.

Devika tersenyum manis kemudian mengecup sekilas bibir Bagas. "Kenapa kau bisa lupa?" tanya Devika cemberut. "Ah! Mungkin kau lupa karena kau terlalu senang ya?"

"Jangan bercanda, Devika, cepat katakan apa yang terjadi?" pinta Bagas.

Devika kembali tersenyum sambil memainkan jarinya di atas dada bidang Bagas. "Kemarin aku menyatakan perasaanku padamu... dan kau menerima perasaanku, Bagas. Kemudian... kemudian..." ucap Devika berbohong. Tangan Devika kemudian tertuju pada vaginanya. "Kemudian kita melakukan ini, aku senang sekali."

Mata Bagas membesar sedangkan pemiliknya hanya bergeming. Otaknya tidak bisa menerima semua kejadian ini. Tidak mungkin ia melakukan hal ini, lagipula ia sudah memiliki Elliana dan ia tidak mencintai Devika sedikit pun. Baginya, Devika hanya pelanggan setia di bengkelnya.

"Sebaiknya kau coba mengingatnya kembali, Sayang," ucap Devika menggoda kemudian ia berdiri dari posisi tidurnya. Sedangkan Bagas masih terduduk di atas karpet. "Aku ingin membersihkan diri dulu."

Seakan tidak malu dengan keadaannya yang telanjang bulat, Devika berjalan dengan santai di hadapan Bagas. Saat hampir sampai di depan pintu kamarnya, wanita itu berbalik menghadap Bagas kembali.

"Bagas," panggil Devika dan membuat Bagas kembali menatapnya. Devika sengaja mengusap perutnya pelan. "Aku tidak ingat berapa kali kau mengeluarkan spermamu. Aku rasa... aku pasti akan mengandung anakmu," ucap Devika dengan wajah bahagia.

Bagas sendiri tidak merasa bahagia sama sekali. Ia pusing, linglung, dan syok dengan semua kejadian ini. "Argghh!" geramnya sambil menarik rambutnya.

Bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan sekarang? Bagaimana kalau Devika benar-benar hamil? Itu artinya ia harus bertanggungjawab, kan? Tapi itu akan melukai Elliana, ia tidak akan sanggup membuat Elliana terluka lagi. Sudah cukup ia terluka karena Kendrick dulu.

Bagas menghela napas panjang sambil mengenakan pakaiannya yang berserakan. Laki-laki itu tetap terdiam di ruang tamu Devika dan memilih menunggu wanita itu selesai mandi.

Tak perlu menunggu lama, Devika sudah keluar dari kamarnya dengan pakaian lengkap. Ia segera duduk di sebelah Bagas dan meraih salah satu tangan laki-laki itu. Ia letakkan tangan itu di atas perutnya sendiri. "Apa kau bisa merasakannya, Bagas? Sepertinya sebentar lagi aku akan hamil," ucap Devika ceria.

Bagas dengan cepat menarik tangannya, ia takut sekali jika itu benar terjadi. "Devika, aku masih belum ingat apa-apa."

Devika menghela napas pelan. "Dasar! Padahal kemarin kau begitu senang saat aku mengungkapkan perasaanku," ucap Devika kembali berbohong.

"Ta-tapi, Devika, aku..." Bagas menelan ludahnya karena bingung harus mengatakan apa.

"Ah! Soal pertunanganku dengan Kendrick itu... aku yakin ayah akan membatalkannya jika ia tahu aku mengandung anakmu, Bagas," terang Devika tiba-tiba.

Dahi Bagas berkerut mendengar nama mantan kekasih Elliana itu. "Kendrick? Maksudmu Kendrick Byantara? Kau bertunangan dengannya?"

Devika menggangguk. "Tapi itu rencana ayah Kendrick yang sengaja ingin mengambil keuntungan dari kekayaan kami. Kau tenang saja, Bagas, aku yakin bisa membatalkan pertunangan ini karena hanya kau yang aku cintai," balas Devika sambil mencium bibir Bagas.

Bagas hanya terdiam menerima ciuman Devika. Mendengar semua ucapan Devika, ia tiba-tiba memikirkan suatu rencana agar Elliananya dapat bahagia. Memang benar Bagas mencintai Elliana, tapi ia jauh lebih bahagia jika Elliana dapat bersama dengan laki-laki yang benar-benar dicintai oleh gadis itu. Karena itu, biarlah Bagas yang mengorbankan perasaannya di sini.

"Hmm... hhmnn..." Devika sedikit terkejut saat Bagas tiba-tiba membalas ciumannya. Bahkan sekarang laki-laki itu yang mengontrol permainan lidah mereka.

Ciuman mereka berhenti saat keduanya kehabisan napas. Mata Bagas menatap lekat-lekat mata milik Devika. Laki-laki itu tersenyum manis sambil mengelus wajah Devika. "Aku sudah ingat semuanya, Sayang," ucap Bagas berbohong.

"E-eh? Be-benarkah?" tanya Devika takut jika Bagas ingat kalau sebenarnya laki-laki itu telah menolak perasaannya.

Bagas kemudian mengecup pipi, dahi, hingga bibir Devika. "Kau bilang ingin mengandung anakku, kan? Kurasa kegiatan kita semalam masih kurang. Kita harus melakukannya lagi." Bagas kemudian mengangkat tubuh Devika dan membawanya ke kamar.

"Kya!" pekik Devika senang saat Bagas kembali menindih tubuhnya dan mengulangi kegiatan bercinta mereka lagi.

Ya, inilah keputusan Bagas. Ia akan membuat pertunangan Devika dan Kendrick batal. Walaupun perasaannya harus terluka, ia rela. Asalkan Elliana dapat kembali bersama dengan Kendrick.

.

.

.

To Be Continued

***

Terima kasih sudah membaca cerita ini.
Vote akan sangat membantu author untuk semakin semangat menulis ^^

Kita, Kamu, dan Dia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang