AUTHOR
Upacara bendera yang dilaksanakan bersamaan dengan upacara pemyambutan siswa baru sudah selesai lima menit yang lalu. Kepala sekolah sudah turun dari podium upacara, kini giliran Pak Ardi yang diketahui Nina sebagai guru matematika kelas dua belas yang mengisi podium kosong tersebut. Alasan beliau berdiri disana tidak lain adalah untuk menyampaikan prestasi akademik yang telah dicapai para siswa dan siswi di semester 4 kemarin. Apalagi jika bukan para pemegang juara umum 1 sampai 10.
Nina meremas tangannya sebagai reaksi dari rasa gugup. Sungguh, gadis cantik berbalut seragam putih dan rok abu – abu itu sangat takut sekali jika posisi yang sudah ia pertahankan selama dua tahun terkahir ini akan di isi oleh orang lain. Akan sangat disayangkan jika posisinya berpindah tangan. Lamunan Nina buyar sektika ada tangan lembut yang menyentuh tangannya. Saat ia lihat, ternyata si pemilik tangan adalah Gina, sahabatnya sejak di bangku SMP.
"Jangan gugup, Lo tenang aja Nin, posisi lo gak ada ada yang ngambil kok. Gue yakin Bima belum sehebat itu buat bisa ngalahin otak lo yang seencer air mineral," ujar Gina mencoba menenangkan Nina yang tengah mencemaskan posisinya.
Nina tersenyum melihat ketenangan Gina. Gadis itu tampak santai menanti pengumuman dari Pak Ardi. Padahal, ia bisa saja lengser dari posisinya sebagai juara umum 3 karena keberadaan Bima. Entahlah, Nina juga tidak tahu kenapa ia bisa begitu yakin jika Bima akan menjadi salah satu pemilik nama yang akan di umumkan pagi ini.
"Hehehe.. Iya Gin, semoga aja," jawab Nina berserta cengirannya yang manis. Di detik berikutnya, suara Pak Ardi mulai terdengar melalui pengeras suara.
"Assalammu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh!" ujar Pak Ardi dengan semangat. Jika dikebanyakan novel menggambarkan guru matematika yang galak dan cerewet, maka karakter itu berbanding terbalik dengan Pak Ardi. Beliau adalah guru yang terkenal humoris dan jarang sekali marah. Ditambah lagi dengan gayanya yang 'gaul' membuat beliau mudah menjalin keakraban dengan para murid, terutama para murid lelaki.
"Wa'alaikumsalam Warohmatullahi Wabarokatuh!!" Jawab seluruh murid yang berdiri di lapangan saat ini serentak. Termasuk Nina dan Gina tentunya.
"Seperti di semester sebelumnya, pagi ini bapak akan menyebutkan sepuluh anak dengan nilai terbaik di SMA kita. Bapak tidak akan berlama – lama mengingat matahari yang semakin menyengat ini, jadi untuk nama - nama yang di sebutkan, harap segera maju ke depan," ujar Pak Ardi lalu membalikan lembaran kertas yang berisi daftar nilai anak – anak mulai dari yang terbaik hingga yang terendah.
"Juara umum 10 di raih oleh Deni Agustin dari 11 IPS 2, juara umum 9 di raih oleh Angga Nugraha dari 11 IPA 7, juara umum 8 diraih oleh Melvita dari 12 IPS 3, juara umum 7 di raih oleh Putri Andara dari 12 IPA 4, juara umum 6 diraih oleh Rahmi Sabila dari 12 IPA 2, juara umum 5 di raih oleh Kamila dari 12 IPA 3, juara umum 4 diraih oleh Lusinta dari 12 IPA 1, juara umum 3 di raih oleh Ghinanda dari 12 IPA 1, juara umum 2 di raih oleh Bima Ardiman dari 12 IPA 1, dan juara umum 1 kembali diraih oleh juara bertahan kita, yaitu Renina Adista dari 12 IPA 1." Pak Ardi tampak menurunkan Microphone nya lalu menarik nafas pelan. Seluruh murid yang ada di lapangan itu memberikan tebuk tangan yang meriah sebagai apresiasi untuk anak – anak yang meraih pringkat umum.
KAMU SEDANG MEMBACA
For My First Love In The World
Teen FictionFollow dulu ya sebelum BACA 💓 *** Tentang Jarak pada hubungan ayah dan anak. Tentang anak yang diabaikan oleh ayahnya. Tentang anak yang mencintai ayahnya seluas semesta. Tentang perjuangan dan pengorbanan dari seorang anak untuk ayahnya. Serta,,, ...