01

1.4K 125 19
                                    

"Sa-kit..."

"Sebentar, sakitnya akan hilang."

Mungkin merenggut darah seorang gadis akan menjadi perihal besar yang menimbulkan kekacauan di masa depan, namun setelah rentetan peristiwa memabukkan yang terjadi belasan menit lalu, Tristan tak merasa jika ia mampu berhenti. Sehingga apa yang ia lakukan, benar-benar mengucapkan kata iya terhadap permintaan sang sisi liar yang meraung.

Gadis di kukungannya menjerit, menimbulkan sensasi tersendiri bagi Tristan. Selain tak mampu berhenti mengagumi rupa gadis ini, perasaan kasihan akan rasa sakit yang telah ia timbulkan, juga membuat Tristan merasa sedikit bersalah.

"Tahan sedikit. Aku akan membuatnya tidak sakit lagi."

Kecupan panjang yang ia berikan di dahi empunya, seakan ampuh membuat gadis ini sedikit tenang. Hal itu dibuktikan dengan respons yang ia terima. Tristan merasakan jika gadis ini membuka jalan baginya untuk melanjutkan kegiatan panas mereka, dan juga kedua tangannya juga melingkar di leher Tristan.

Mungkin sekaranglah saatnya.

"Ahh..."

Tristan mencumbu bibirnya, seraya memberikan ransangan juga di area lain. Sebut saja seperti kedua tangannya yang tadi bertumpu pada bantal di bawah, sekarang memberi pijatan yang mampu membuat empunya semakin mengerang, sedangkan yang di bawah sana juga tetap bergerak konstan.

Menciptakan kenikmatan yang tak pernah Tristan dapat selama dua puluh empat tahun menghabiskan usia. Kejutan ulang tahun yang diberikan Jimmy, yang sempat Tristan kira adalah hal gila, ternyata semenyenangkan ini. Entah dari mana sohibnya itu mendapatkan gadis cantik bonus perawan pula, yang secara suka rela untuk Tristan tiduri.

"Masih sakit?"

Jika gadis ini dibayar, harusnya Tristan tak perlu memikirkan bagaimana keluhan rasa sakit yang diutarakan. Namun tidak tahu saja, hati Tristan mendadak tidak bisa melihat gadis di bawahnya ini merintih kesakitan, seakan mereka melakukan ini atas dasar perasaan. Gadis ini bukan kekasihnya, namun gerangan apa, Tristan merasa sangat peduli.

Gadis itu menggeleng, membuat Tristan secara tidak sadar menyunggingkan senyuman. Kembali dirinya mencubu bibir sang gadis yang tampak memerah akibat pergulatan mereka sebelumnya, kemudian melanjutkan jalinan panas ini dengan menggila hingga berkali-kali mendapatkan kepuasan. Berkali-kali meledakkan pencapaiannya ke titik terdalam gadis yang bahkan tak ia kenal.

❦❦❦

Cahaya pagi mengusik kedua kelopak mata yang masih tertutup. Bunyi-bunyi kendaraan yang berlalu-lalang, kemudian mulai merasuki runggu. Awalnya sedikit, lama-lama menjadi makin bising. Kelopak mata terlihat mengerjap, kemudian terbelah, membiarkan manik hazel gelap menampakkan jati diri.

Jessy memejam berulang-ulang, berusaha menerima eksistensi cahaya yang ternyata sudah semenyilaukan ini. Detik demi detik serpihan kesadaran itu makin banyak didapatinya. Jessy bergerak, namun ia sadar jika tubuhnya terasa amat berat. Ini terjadi lantaran ia yang belum sadar sepenuhnya, atau memang perasaan Jessy benar? Seseorang melingkarkan tangan di pinggulnya?

Dengan wajah gelisah, Jessy menoleh ke samping kanan. Matanya terbelalak nyaris keluar, ketika menemukan keberadaan seorang pria yang terlelap sebagai si pemilik tangan yang melingkar di pinggulnya.

Jessy makin gelisah, ternyata tubuhnya tertutup selimut yang sama dengan pria ini, tak dihuni sehelai benangpun. Pikiran Jessy makin kacau, kala merasakan perih di area pribadinya. Ya Tuhan, apa yang sudah ia perbuat semalam?

Jessy menerawang. Yang ia ingat bahwa semalam ia keluar bersama adik perempuannya. Mereka mendatangi sebuah club, yang sudah dijanjikan tunangan Jessy untuk bertemu. Agak lama waktu berlalu, namun Arsen tak kunjung datang. Jessy dan Jeane memutuskan untuk memesan beberapa minuman sembari menunggu. Jessy tahu jika ia bukan tipikal orang yang kuat minum, sehingga memutuskan untuk memesan minuman yang kadar alkoholnya paling rendah.

SUPERMAN (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang