05

555 90 3
                                    

"Hubungi aku jika kau membutuhkan bantuan."

"Aku tak akan sudi meminta bantuan pada lelaki mesum sepertimu!"

.
.
.

Sangat terpaksa, namun di lain sisi ia juga sangat membutuhkan bantuan. Jessy duduk berhadapan dengan lelaki yang sudah bertemu dengannya dalam keadaan tak terduga sebanyak dua kali. Jika ini bukan pilihan terakhir, maka Jessy akan memilih jalan lain untuk menyelesaikan masalahnya, asal tidak berhubungan lagi dengan pria ini. Pria yang sedang bersedekap dalam raut mengejek yang kental. Namun sayangnya Jessy benar-benar sudah tak memiliki solusi lain.

"Jadi, ceritanya kau menjilat ludah sendiri?"

Setelah mengetahui kebenaran tentang Diana yang membunuh ibunya, Jessy tak memiliki pilihan lain. Jessy harus membalaskan dendam Ibunya dengan memberikan pelajaran yang setimpal atas apa yang sudah Diana lakukan. Ia tidak tahu, entah masih ada hal-hal busuk lainnya yang sudah dilakukan wanita itu, atau nan sedang ia rencanakan, namun Jessy harus bisa menggagalkan semuanya tanpa sisa.

Dirasa akan mustahil meminta pertolongan orang-orang terdekat, karena Jeane telah berhasil membuat semua orang membencinya. Jikapun Jessy mengatakan kebenaran, ia yakin tak akan ada yang percaya. Sekarang ia hanya punya satu pilihan, dan Jessy sedang mencoba memperjuangkannya.

"Tenang, aku bukan orang yang mudah tersinggung. Aku juga tidak gila akan kata maaf. Jadi, aku tak akan membuat mulut indahmu itu mengatakan hal yang tidak ingin kau sampaikan."

Enggan menatap empunya, Jessy hanya berusaha menolehkan pandangan ke arah sekitar. Ia tahu jika ia sedang diejek, namun Jessy tak boleh merasa tersinggung apalagi mengamuk, karena memang ia yang sedang membutuhkan bantuan di sini.

"Aku harap tawaranmu untuk menolongku malam itu, bukan sekedar omong kosong belaka."

"Ah, aku bukan orang seperti itu. Laki-laki sejati harus bisa memegang kata-katanya, bukan?"

Mencoba memberanikan diri, Jessy akhirnya mau menatap mata empunya ketika mereka berbicara. Entah apa yang sedang ia lakukan, entah mengapa Jessy mau percaya dengan tawaran orang ini. Semoga saja dia benar-benar orang yang baik, dan penawaran bantuan ini dilakukan karena merasa bertanggung jawab akan hal yang terjadi pada mereka malam itu.

"Aku ingin membalas kematian ibuku." itulah tujuan hidup Jessy untuk saat ini. Ia mungkin bisa membiarkan Jeane dan Diana yang mencoba menghancurkan hidupnya, namun Jessy tak akan memaafkan pihak-pihak yang dengan sengaja menyebabkan ibunya meninggal.

Lelaki itu tersenyum, "Kita akan membalaskannya sesuai yang kau harapkan."

Benarkah laki-laki ini sebaik yang sekarang Jessy pikiran? Bukankah agak aneh ketika seseorang bersedia membantu, bahkan dalam status tidak saling mengenal? Mereka memang sudah beberapa kali bertemu, namun tak sempat memperkenalkan nama masing-masing.

"Ke-kenapa kau mau menolongku?" tiba-tiba saja Jessy ingin jawaban yang lebih jelas dengan motif pria ini membantunya.

"Aku hanya melihatmu sedang dalam masa yang sulit. Jadi, mungkin akan menjadi hal yang bagus untuk menawarkan pertolongan."

"Apa pedulimu? Kita bahkan tak saling mengenal? Kenapa kau begitu baik?"

"Hei, Nona. Jangan salah paham. Jangan terlalu berangan lebih. Aku melakukannya tidak gratis. Kau harus membayarku."

Nyatanya orang yang benar-benar tulus di dunia ini hanyalah angan semata. "Aku harus membayar dengan apa?"

"Tubuhmu."

"K-kau...!"

Jessy pikir laki-laki ini bekerja untuk sebuah komplotan ilegal yang menerima bayaran, setelah mendapat tugas-tugas terlarang seperti membunuh seseorang, menculik, mengancam orang kaya, dan lain sebagainya. Namun setelah mendengar jawaban yang meluncur dari bibirnya, hal itu ampuh membuat Jessy ingin membuka sepatu dan melayangkannya ke wajah orang ini.

SUPERMAN (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang