Terlalu naif, terlalu percaya dengan sesuatu yang tampak baik sebagai sampul, padahal nyatanya menyimpan kebusukan yang begitu membahana di dalam. Jessy memutuskan untuk keluar dari rumahnya setelah mendengar semua percakapan sang ibu dan Jeane. Fakta jika Jeane berniat sengaja menghancurkan hidupnya saja sudah terasa sangat menyakitkan, namun ternyata Jessy dihantam kembali ketika mengetahui jika wanita yang benar-benar sudah ia anggap Ibu, berkontribusi pula dalam rencana jahat tersebut.
Sebanyak apapun air mata Jessy yang terurai malam ini, mungkin tak akan bisa membasuh luka yang begitu menyayat nan ia bendung. Bagaimana mungkin dua orang yang murni ia sayangi dengan segenap hati dan hidupnya, bertindak begitu jahat. Jessy terlalu lugu dengan menganggap Jeane dan Ibunya memberikan rasa sayang nan tulus terhadapnya, padahal itu sebatas kepalsuan belaka.
Aliran cinta dan kebahagian yang mereka bagi untuk Jessy, nyatanya menyimpan kebusukan. Jessy tak tahu mengapa mereka melakukan itu, dan membenci dirinya dengan sangat dalam, sampai-sampai mengharapkan kematian. Padahal ketika pertama kali Jessy bertemu dengan Bibi Diana dan Jeane, ia hanya inginkan agar mereka bisa menjadi keluarga yang bahagia tanpa celah ke depannya. Jessy hanya ingin sang ayah bahagia dengan mendapat wanita yang akan ada bersamanya di hari tua nanti.
Dua orang yang menjadi kepercayaan untuk melengkapi kebahagiaannya dan sang ayah, nyatanya memberikan dampak berbalik dari yang Jessy harapkan. Dengan sengaja, Jeane dan Ibunya membuat kehidupan Jessy sengsara. Mereka berdua telah membuat Jessy kehilangan ayahnya, Arsen, Cassandra, dan semua yang sudah Jessy miliki sebelum ini. Pernikahannya gagal tanpa sisa, dan Jessy telah kehilangan kehormatannya. Jika ia mengabulkan keinginan Jeane dan Diana, apakah kehidupan orang-orang nan Jessy cintai, akan berlangsung baik? Jika ia memutuskan untuk mati, apakah itu akan membuat orang-orang bahagia?
Di dunia ini tak ada yang Jessy miliki lagi, tak ada yang percaya padanya, dan tak ada yang mengharapkannya. Ia selalu menangis jika memandangi foto kebersamaannya dengan sang ibu, ketika wanita itu masih ada di sini dan selalu bisa Jessy datangi untuk dipeluk. Jessy rindu dengan usapan yang diberikan ibunya, Jessy rindu dengan kalimat kebaikan yang selalu dituturkan ibunya, Jessy rindu dengan nyanyian wanita itu ketika mengiringinya tidur.
"Ibu, apa yang akan aku lakukan ini adalah benar?" Jessy menghapus air matanya dan berusaha tersenyum meski getir ketika mengamati secarik foto yang selalu ia simpan di dompetnya. "jikapun tidak, tolong maafkan aku, Ibu. Tolong jangan menolakku juga seperti yang semua orang lakukan di sini."
Mencoba kukuh dengan tekadnya, Jessy kembali tersenyum dan mungkin ini akan menjadi senyumannya yang terakhir. Ia hanya inginkan kebahagiaan, dan meninggalkan kebahagiaan. Jika lenyap dari dunia adalah solusi terbaik, maka Jessy akan melakukannya.
Setelah menyimpan dompetnya kembali, Jessy bergegas untuk melewati besi pembatas jembatan. Kakinya sedikit bergetar ketika ia melihat air di bawah, namun Jessy sudah mengambil jalan ini, dan ia hanya perlu melakukannya. Ia hanya perlu menutup mata, melepaskan pegangannya, dan membiarkan dirinya jatuh. Semuanya akan berakhir, dan tidak akan ada rasa sakit lagi.
Menyusul kakinya yang bergetar makin kuat, jemari Jessy juga sama getirnya ketika perlahan-lahan melepaskan pegangannya. Jangan tanyakan detak jantungnya yang semakin kuat berpacu, karena mungkin di saat-saat terakhir beginilah setiap detik akan terasa berarti. Jessy menahan pekikan sendiri, ketika ia merasakan tubuhnya benar-benar seakan melayang tak berpijak. Ia siap jatuh ke dasar sungai ini.
Kemudian dengan secepat kilat, Jessy merasakan sebelah tangannya seperti ditahan oleh sesuatu. Ia membuka matanya kembali, dan ternyata niatnya untuk melompat telah digagalkan. Jessy tak terima, ia berusaha menarik tangannya dan merancau sebisa mungkin.
"Lepaskan aku!"
"Jangan bodoh!" lelaki itu tampak menggigit giginya sendiri, dengan terus berusaha menjaga kestabilan ketika sebelah tangannya masih berhasil memegang besi pembatas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERMAN (√)
RomanceIa kehilangan kehormatannya, ditinggalkan tunangannya, dibenci keluarganya. Jessy rasa ia telah mati sejak saat itu. Tapi Tristan menawarkannya kehidupan baru. Kehidupan yang berbeda, kehidupan yang tidak membiarkan Jessy menjadi seseorang yang lem...