1. Hari Kekalahan.

3.1K 244 9
                                    

Betapa mengejutkan nya bahwa sekolah kami kalah. Aku melihat teman teman Itachiyama yang di tengah lapangan.

Walau bukan aku yang berjuang, namun aku merasakan kesedihan mereka.

Tsukasa terlihat sangat bersalah di kursi cadangan, kerena dia cidera.

Aku ingin menemui mereka dan mengatakan 'tidak apa, kalian sudah berjuang keras sampai sini, kalian hebat'.

Tanpa kusadari aku mengeluarkan air mata saat pandanganku dan ace kami bertemu.

Aku berlari ke arah tangga, teman temanku melihatku dengan pandangan bingung.

Karena aku pikir kita akan menang, aku tidak mengantisipasi untuk kekalahan ini.

Aku berlari secepat yang aku bisa, karena jarak dari tempatku cukup jauh dari tempat nya, membuatku tidak sampai sampai.

Sorakan kemenangan terdengar sampai sini. Harus nya kami yang bersorak.

Aku melihat sekelilingku, tempat ini tempat berkumpulnya para klub voly putra. Pandangan ku terus mencari sosok sang ace dengan nomor punggung 10.

Itu dia, rambut keriting sang ace fucking clean kami. Tanpa basa basi aku langsung memeluk nya dari belakang.

"Tidak apa, kau hebat, my fucking clean prince ace". Bisik ku pada nya.

Tanpa membalas, dia menyemprotkan wajah ku dengan hand sanitizer.

Aku hanya bisa tersenyum. Dan berkata dalam hati.

Sialan.

"Menjauh lah kau kuman, dan apa sebutan fuck mu itu". Cetus nya yang melepas pelukan ku.

Aku melepas pelukan ku dan menatap nya dengan pandangan tajam.

Kupikir dia sedih.

"Untung ganteng, eh untung sayang..". Balasku sambil mengelap wajahku dengan tangan.

Eh udah kering ya.

"Bodoh". Kata kata nya yang penuh dengan tekanan.

Walau singkat, ini cukup bermakna untukku. Ya begini lah, pacaran sama cabai hitam keriting.

 Ya begini lah, pacaran sama cabai hitam keriting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seperti tau sedang aku hina, dia menatapku kesal. Aku hanya bisa memberikan senyum terbaikku.

"Ayo pulang". Ajak nya yang berjalan melewati ku begitu saja.

"Untung aku sudah terbiasa". Gumam ku dan berjalan mengikuti nya.

"Eh... (Nameee)". Teriakkan seorang pemuda yang sangat semangat 45.

Siapa lagi kalau bukan dia.

"Bokutooo". Aku membalas nya dengan teriakkan juga.

Tentu saja cabai keriting ini langsung memegang tangan ku.

"Tumben". Godaku sambil melihat nya.

Dia hanya berdecih saja.

Ara ada yang cemburu.

"(Name)-chan, sudah lama ya.. bagaimana kabar mu..? eh Kiyomi". Bokuto yang memelukku dengan penuh kerinduan.

Tentu saja langsung di tatap tajam sama orang disebelahku. Sakusa memegang tanganku, tidak.. dia menarik ku untuk menjauh dari Bokuto.

"Kabarku baik, kau tadi hebat sekali, tidak ku sangka kau bisa mendapatkan posisi 3 besar".

Bokuto hanya mengangguk-angguk semangat. Wajah nya terlihat sangat senang dan bangga.

Kalau saja aku ini singel, anak ini tipe ku banget, apalagi hair down nya.

Seolah tau apa yang sedang kupikirkan, Sakusa langsung menarik ku lagi, kali ini membuatku benar benar bergerak mengikuti nya, meninggalkan anak burung hantu ini.

"Bokuto, lain kali kita bicara kalau gak ada omi-kun yaaa..". Teriakku yang melambaikan tangan ke Bokuto.

"Iya.. wuuu dasar omi omii".

"Kalian tuh harus akur". Kataku sambil melihat nya.

"Buat apa, dia saja kalah denganku, dia lebih lemah dariku". Jawabnya dengan santuy.

Seperti nya dia cemburu.

"Omi omi.. siapa tau, kalian jadi satu team, Bokuto itu hebat, walau mood nya sangat ekstrem".

"Tidak akan".

"Kalau iya.. kau harus lamar aku loh".

"Ya..".

"Janji? Kalau bohong kau mati tertabrak truk kun".

"Bodo".

°°°

Selama sepanjang jalan kenangan, kita terus bergandengan tangan. Sampai saat nya kami sedikit lagi mau sampai rumah. tapi, Sakusa hanya diam saja.

Apa dia marah?

"Omi-kun, kau mau mampir?". Tanya  ku pada nya, sambil melihat wajah yang sedang tertutup masker itu.

"Tidak".

"Sakusa.. menang atau kalah itu sudah biasa, kau kalah hari ini. Bisa saja kau menang nanti.. Jangan sedih gitu, aku jadi sedih juga". Tanpa kusadari, air mata ku keluar.

Sakusa kaget melihatku menangis. Mungkin dia pikir, yang harus menangis itu kan dia.

Dengan wajah yang tertutup masker, aku tau dia tersenyum, mungkin lebih tepat nya menertawai ku.

"....". Sakusa membuka masker nya dan mencium ku. Mencium bibir ku dengan lembut. Dia mencium ku tanpa aba aba.

Ya Tuhan.

Aku yang syok dengan kejutan dan rezeki tak terduga ini. Yang bahkan selama setahun kami pacaran dia tidak pernah melakukan nya.

Saat dia menjauhkan diri nya disitu aku menyesal, karena tidak membalas nya.

Sial... karena syok, jadi tidak bisa membalas nya. Oh ciuman pertama Sakusa.

"Kenapa kau diam saja?". Tanya nya yang menyadarkan lamunanku.

"Sakusa, ayo lagi.. kali ini aku sudah bersiap". Jawabku dengan menatapnya penuh harapan.

Sakusa malah berbalik dan berjalan meninggalkanku.

Tunggu, kenapa dia kabur. Ah sial aku melewatkan kesempatan emasku. T_T

"Besok.. jam 6 pagi, aku akan menjemputmu.. kau harus banyak berolahraga". Kata nya sambil jalan, dia tidak berbalik.

"Aku tidak bisa mengikuti pola joging mu".

Tentu saja dia tidak mendengarkan kata kata ku. Dia tetap berjalan tanpa dosa.

Sial, bagaimana aku bisa tidur malam ini.

*
*
*
*

Hii guyss.. selain sakusa aku juga buat bokuto, jika kalian suka..

Please komen and favorite

Thks youu.. 😘

Without You (Reader X Sakusa Kiyomi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang