"Ta, nanya dong" Yetta yang lagi nyemilin makaroni bareng Yuki noleh memberi isyarat agar Nara melanjutkan kalimatnya"Kalo orang lagi makan terus belepotan, terus bibirnya di lap—" belum selesai Nara berbicara Yetta sudah memotong pembicaraanya
"Itu bukan ciuman dugong" Yetta pengen banget ceburin Nara ke kolam ikan, polosnya kelewatan
"Kok tau?" Nara benar-benar speechles dengan temannya yang pekanya luar biasa, gak kayak yang satunya
"Apasih yang Yetta gak tau?"
Yuki yang baru paham dengan perbincangan teman-temannya mulai bersuara "Eh itu ciuman kali, tanpa menyentuh keju banget kek di film apa ya namanya gue lupa. Pokoknya itu lah" Nara dan Yetta menggeleng, gila emang si Yuki
Yetta gak habis pikir, kalo masalah asmara Yuki juara satu. Tapi kalo di suruh ngerjain rumus trigonometri? Jangan di tanya pasti ketebak hasilnya gimana
"Udah Ra gak usah di pikirin, itu refleks doang" Nara mengangguk keras, Yetta ngomong bukan ciuman ya bukan
Nara beranjak dari tempat duduk, pengap di kelas isinya orang gibah kan dosa. ia pergi ke toilet sembari berjalan melihat suasana sekolah yang ramai, ya iya lah ramai kalo sepi kuburan namanya
Nara terlalu asik dengan pemandangan sekitar sehingga ia tidak melihat jalan dengan baik. Ia bertemu dengan sosok yang membuat pikirannya tidak tenang akhir-akhir ini
"Hai Curut" sapa Dean tersenyum tidak perduli dengan tatapan kagum di sekitarnya
"Mampus gue" batin Nara, tanpa aba-aba Nara putar haluan berlari ke sembarang arah asalkan jauh dari Dean
"NARA!!!!" Nara tidak memperdulikan teriakan Dean, pikirannya bimbang ingin bertemu tapi malu
"Dah lah bodoamat yang penting gue lari, ayo Ra lari yang kenceng" gumam Nara, rasanya canggung ketemu Dean untuk saat ini
Hap!!!
"Dapat" Dean mengenggam tangan Nara dengan pandangan yang susah di artikan
"Lepasin gue Jun" Nara berusaha melepas genggaman Dean tapi percuma tenaganya sia-sia kalo lawannya Deandra Junata
"Gak! Lo kenapa sih? Gue panggil-panggil gak nyaut, tuli atau budek?!"
Keringat mulai bercucuran memenuhi pelipis Nara apalagi dengan suara deep Dean barusan. Ia berpikir sebentar sampai melontakan kalimat "Gu—gue gue pake earpone, iya earphone"
Dean tersenyum miring menyingkirkan anak rambut yang menutupi telinga Nara, ia mulai membisikkan sesuatu ke Nara "no Earphone"
Deg!!!
"Mampus lo Ra" Nara mengrutuki dirinya sendiri, kenapa sih otaknya gak berfungsi di saat-saat seperti ini. Nara lari sekencang mungkin, bodoamat di liatin satu sekolah yang penting dia jauh dari Dean.
Sampai toilet Nara menarik napas lega, syukurlah Dean tidak mengejar dia sampai sini
"Nara kok lo goblok banget sih, mana kepikirannya earphone doang" Nara marah-marah gak jelas sama dirinya sendiri, untung toilet sepi
"Udah ya Ra, ayo keluar dari goa. Buat seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Yok bisa yok!" Nara keluar dari toilet dengan senyum yang—susah di artikan
DOR
Nara terlonjak karena seseorang yang tiba-tiba muncul di balik pintu toilet pria, untung gak jatuh ke belakang "ASTAGA, Markonah!"
Mark udah ketawa sampai tepuk tangan liat ekspresi Nara kalo kaget lucu banget "Kaget ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rooftop | Xiaojun
Teen Fictionᴅɪᴀ ᴅᴇᴀɴᴅʀᴀ ᴊᴜɴᴀᴛᴀ, ꜱᴇꜱᴇᴏʀᴀɴɢ ʏᴀɴɢ ꜱᴜʟɪᴛ ᴅɪ ᴛᴇʙᴀᴋ, ɴᴀᴍᴜɴ ᴍᴇᴍʙᴇʀɪ ᴋᴇᴊᴜᴛᴀɴ ᴛᴀᴋ ᴛᴇʀᴅᴜɢᴀ✨ WARNING‼️‼️‼️ JANGAN PERNAH BAWA CERITA INI KE REAL LIFE YA SEMUA, APALAGI SALAH LAPAK, YUK JADI PEMBACA YANG BIJAK💚