Keesokan harinya, Stella di antar oleh mas Eko ke sekolah. Kebetulan jadwal cuti mas Eko hanya hari Minggu, setelahnya mas Eko kembali bekerja seperti biasa.
Sekolah Stella adalah SMA Harapan yang memang tak jauh jaraknya dari sekolah Kenzo. Salah satu teman karib Stella juga bersekolah di sana, namanya Remy Tanuwijaya.
Remy adalah teman Stella sejak kecil, namun mereka harus berpisah saat mereka kelas enam SD. Saat itu Stella pindah ke Jepang bersama kakaknya karena kematian orang tua mereka mengharuskannya.
Tapi tak lama kemudian, Stella kembali dan bersekolah di sini sejak kelas sembilan dan pada akhirnya mereka bertemu lagi. Untungnya Stella masih mengingat temannya.
Satu lagi teman karib Stella namanya Kirara Carolina Stephanie, kejadiannya sama persis seperti Stella dan Remy, ya jelas kan mereka temenan sejak kecil bertiga.
Namun yang berbeda, Kirara sekarang satu sekolah dengan Stella. Entah mengapa Remy malah lain jalur, katanya sih ada beberapa hal yang membuat Remy bersekolah di sana.
" Makasih mas Eko. " Ucap Stella setelah turun dari mobil. Ia memasuki halaman sekolah yang lumayan luas itu. Meski begitu, SMA Harapan adalah sekolah elit. Jadi jarang ada siswa yang datang jalan kaki atau naik angkot, kebanyakan bawa kendaraan atau diantar supir pribadi seperti Stella.
Namun baru saja sampai di koridor, Stella dihampir oleh sahabatnya Kirara. Lalu mereka berdua bersama menuju kelas.
" Ra hari ini ada pr nggak? Gue nggak sempet liat jadwal kemaren alhasil gue cuman bawa buku tulis SMA pulpen. " Adu Stella kepada Kirara.
" Emang Lo kemarin ngapain Sampek nggak sempet liat jadwal?. " Tanya Kirara santai, gadis itu hanya duduk bersandar di kursi seraya melihat-lihat kukunya yang nampak baru saja ia polesi.
" Kemarin gue bantuin nenek bikin kue, entah ada petir mana yang menyambarnya tiba-tiba dia pengen buat kue. Habis bantuin nenek tua itu gue langsung tidur karena capek. " Kata Stella panjang lebar, gadis itu benar-benar lelah makanya ia tak sempat mengecek jadwalnya dan milih langsung tidur.
" Untungnya sekarang gak ada pr tapi entar fisika ada tes. " Kata Kirara.
Stella membulatkan matanya tak percaya. Tak ada pr tapi ntar ada tes, ya sama dengkel namanya.
Stella meletakan kepalanya di atas meja, kebiasaannya jika sudah frustasi pasti ia hanya diam.
" Tenang la, ntar kita minta contekan ke Nica dia kan pinter fisika. " Kata Kirara seraya menaik turunkan alisnya.
•••••
Suasana kelas tiba-tiba saja tegang setelah kedatangan pak Fandi selaku guru fisika. Guru yang kira-kira berumur 40 tahunan itu membagikan kertas soal ke setiap bangku.
" Kerjakan dengan baik, tidak ada yang boleh bekerja sama. Bapak tinggal sebentar dulu, jangan ribut!. " Kata pak Fandi memperingati murid-muridnya agar sportif dalam mengerjakan tugas.
" Ya elah percuma di kasih tau, ujung-ujungnya juga pak Fandi keluar kelas. " Kata Bastian salah satu murid terpintar di kelas Stella. Tapi percuma dia pintar, kalo tingkahnya sombong.
" Udah kebiasaan pak Fandi keluar kelas kalo jam ngajar, pasti dia nyempet-nyempetin ngerokok di belakang perpus. " Sahut Pian seraya menaikan kakinya pada pahanya. Cowok itu juga termasuk dalam jajaran siswa Terpintar, wajar saja sikapnya sebelas dua belas sama Bastian.
" Kalian bisa diem gak! Kalo di kasih tugas di kerjain jangan malah ngerumpi!. " Bentak Alana selaku ketua kelas. Bastian dan Pian kontan saja berhenti berbicara saat mendengar sang ketua kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCREAM 【HIATUS 】
Teen Fiction( HIATUS UNTUK SEMENTARA WAKTU. ) Stella Lorelei adalah seorang gadis yang hidupnya penuh dengan semangat dan ambisi. Ia dibesarkan oleh neneknya yang sangat cerewet, tidak hanya itu Stella juga memiliki seorang kakak laki-laki yang sedang bekerja d...